Mohon tunggu...
Nova Yulfia
Nova Yulfia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Seorang Emak Penulis yang menjadikan hobi menulis sebagai profesi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asiknya Bermain ABC Lima Dasar saat Listrik Padam

6 Agustus 2019   23:50 Diperbarui: 6 Agustus 2019   23:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Viral sekali pemberitaan mengenai listrik padam yang terjadi pada hari Minggu, (04/08/2019) tempo hari. Wajar saja, sebab area pemadaman yang dilakukan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) ini mencakup sebagian besar pulau jawa, termasuk ibukota Jakarta. 

Ditambah lagi tidak adanya pemberitahuan sebelumnya kepada masyarakat, bahwa akan ada pemadaman listrik yang begitu lama, yakni nyaris 10 jam! Setahu saya, inilah pemadaman listrik terlama selama hampir dua dasawarsa saya bermukim di Jabodetabek.

Keesokan harinya, Senin pagi, hampir semua media memberitakan soal listrik padam. Bahkan dikabarkan soal mati listrik ini sempat menjadi trending topik dunia di twitter dengan #listrikpadam.     

Seribu satu macam cerita menarik bermunculan dibalik peristiwa langka tersebut. Sosial media dibanjiri dengan cerita-cerita unik para netizen dengan tema matinya listrik. Yang paling heboh pastinya cuitan para Emak-emak. Bagaimana tidak, listrik padam pada hari Minggu. Dimana pada keesokan harinya merupakan hari tersibuk setiap pekannya. Yaa, sudah rahasia umum bahwa setiap Hari Minggu sore para Emak-emak membutuhkan tenaga ekstra. Karena aktivitas rumahtangga harus selesai sebagai persiapan kegiatan Senin pagi.

Ada Emak-emak yang menceritakan, dia tidak tuntas menyetrika pakaian seragam anak-anak untuk digunakan bersekolah, makanan yang tidak bisa dimakan lagi didalam kulkas, nasi basi yang terperangkap dalam magic com, cucian yang belum dibilas didalam mesin cuci. Dan masih banyak curhatan para emak di media sosial yang mengeluhkan padamnya listrik.

Sebagai ibu rumahtangga dengan 3 anak usia sekolah dasar, sebenarnya saya juga ingin menuliskan apa yang menjadi keresahan kami disaat listrik tidak menyala sepanjang hari. Tapi saya tahan dulu, sampai tulisan ini akhirnya turun di Kompasiana, hehe..

Kebutuhan dan ketergantungan kita terhadap listrik sudah sangat tinggi. Bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, bisa dipastikan hampir semua peralatan rumah tangganya sudah terkoneksi dengan listrik.

Misalnya alat untuk mencuci pakaian, semua sudah menggunakan mesin cuci. Kalau listrik mati, otomatis tidak bisa mencuci. Kalaupun bisa mencuci dengan tangan, tentu membutuhkan air. Dan air harus dikeluarkan dengan mesin air, jetpam misalnya yang membutuhkan aliran listrik. Jika listrik hanya mati per-kawasan saja, kegiatan mencuci mungkin bisa dilakukan di laundry. Ternyata karena padam listriknya merata, laundry pun tutup. Lalu pakaian tidak bisa dicuci. Padahal akan dipakai esok harinya.

Namun selalu ada hikmah dibalik semua kejadian. Demikianlah yang sering saya dengar dari orang-orang bijak. Daripada menghabiskan energi dengan menggerutu, mengomel dan marah-marah di sosial media, lebih baik saya dan keluarga mengambil quality time bersama keluarga.

Seharusnya, memang dalam keseharian menghabiskan waktu bersama keluarga menjadi prioritas, namun terkadang masih "di interupsi" oleh kehadiran gadget. Sudah sangat "biasa" terjadi pada saat kita mengobrol bersama, si gawai masih berada dalam genggaman. Atau masih melirik-lirik gawai disaat kumpul-kumpul seakan dunia maya jauh lebih menarik daripada kehidupan dunia nyata.

Oya, satu lagi, ketika kita sebagai orangtua selalu membatasi pemakaian gawai pada anak, tapi kita sendiri dan gawai bagaikan bayangan, enggan berpisah. Hayoo, benar apa betul?

Di kota saya, Depok, listrik sudah padam sejak pukul 11 pagi sampai pukul 9 malam. Hari itu terasa lama sekali. Mau tidak mau kegiatan rumah tangga saya hentikan. Saya berpikir lebih baik menghabiskan waktu bersama anak-anak. Kami melakukan banyak hal bersama dirumah. Mulai dari bersih-bersih rumah yang melibatkan seluruh anggota keluarga, makan bersama di luar, sampai bermain permainan ABC Lima Dasar.

Biasanya saya malas ikut bermain ABC Lima Dasar jelang tidur bersama anak-anak, karena sibuk mempersiapkan kebutuhan mereka untuk keesokan harinya. Lepas Isya, dengan bantuan lampu darurat kami berkumpul di ruang keluarga sambil rebahan memainkan permainan ABC Lima Dasar. Pesertanya, saya, suami dan ketiga anak-anak saya, sementara yang bayi usia 4 bulan sambil harus terus di kipas, agar nyaman tidurnya.

Permainan dimulai dengan menyebutkan nama-nama negara berdasarkan huruf awalnya. Jari diacungkan untuk menghitung huruf apa yang keluar dari peserta terakhir. Semua peserta harus menyebutkan satu nama negara sesuai dengan petunjuk tadi. Bagi peserta yang tidak bisa menyebutkan jawabannya, dinyatakan kalah dalam permainan. Dan ia dikenakan hukuman berjoget atau bernyanyi guna menghibur peserta yang menang.

Dari permainan ini, saya jadi tahu lagu terbaru K-Pop Blackpink yang berjudul Kill This Love, lengkap dengan dance-nya. Setelah saya googling, ternyata lagu tersebut sedang hits dimana-mana. Anak perempuan saya yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 5, diam-diam penggemar rombongan penyanyi wanita Korea tersebut. Tahu tidak, sewaktu mengetik tulisan ini, saya diiringi lagu tersebut lho hehe..

Tidak terasa waktu terus berlalu, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun belum ada tanda-tanda listrik akan menyala. Sebab, ternyata sinyal ponsel pun hilang. Praktis, koneksi dengan dunia luar terputus. Semakin malam, peserta permainan ABC Lima Dasar berguguran satu persatu. Tertidur. Mereka tertidur dengan rasa bahagia. 

Sepengetahuan saya, anak yang tidur membawa rasa bahagia akan jauh lebih sehat jiwa dan fisiknya. Karena tubuhnya mampu memproduksi hormon endorphin secara alami. Dan ini sangat baik untuk tumbuh kembang anak.

Ketika listrik kembali menyala pada pukul 9 malam, suami menggendong anak-anak untuk dipindahkan tidur ke kamar mereka. Sebuah pemandangan yang indah bukan?

Tentu kita tidak mengharapkan adanya pemadaman listrik kembali seperti tempo hari. Ada banyak kepentingan orang-orang yang tertunda, walaupun tidak sedikit juga mungkin seperti saya yang malah memanfaatkan momen tersebut sebagai sesuatu yang berharga. Inilah cerita dibalik listrik padam versi saya. Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun