Tulisan kali ini kita akan berdiskusi tentang mitos atau tradisi unik yang sangat terkenal di salah satu dusun di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca, diharapkan melalui tulisan ini agar pembaca dapat lebih bijak dan menghormati budaya serta kepercayaan dari setiap daerah. Terutama di Indonesia yang sangat beragam agama, budaya, adat istiadat dan lain sebagainya.
Masyarakat di salah satu dusun di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kebiasaan dan tradisi yang unik, yaitu sebagian besar rumah masyarakat dusun tersebut tidak ada yang memiliki apalagi menggunakan kasur sebagai alas tidur, khususnya kasur yang terbuat dari pohon randu atau kapuk. Sebagai gantinya, mereka tidur hanya beralaskan tikar, baik diletakkan langsung di atas lantai maupun di atas dipan. Â Menurut pengalaman salah satu subscriber channel YouTube Hiratoda Radifan yang melihat dan mengalami langsung kejadian di dusun tersebut, memang ada beberapa masyarakat yang menggunakan kasur busa, namun itu dikarenakan keluarga mereka memiliki seorang bayi. Selebihnya, mereka hanya menggunakan tikar, karena menurut masyarakat dusun tersebut, penggunaan kasur khusunya kapuk dapat membawa bahaya dan petaka bagi siapa yang melanggar.
Menurut pernyataannya, pernah ada kejadian lama, dimana ada salah satu warga yang memang secara sengaja menggunakan kasur kapuk, karena menurutnya pantangan tersebut hanya sebuah mitos belaka. Namun tidak lama setelah ia membawa kasur kapuk ke rumahnya, mulai terjadi kejadian-kejadian aneh dan  tidak lama ia jatuh sakit selama kurang lebih 40 hari. Atas saran warga, kasur kapuk itupun akhirnya dilenyapkan dengan dibakar atau dikubur. Semenjak itu, warga yang sakit tadi mulai berangsur pulih dan sehat kembali. Sejak kejadian itu, tidak ada satupun warga dusun yang berani melanggar.Â
Menurut salah satu warga asli dusun sana yang menjelaskan, bahwa tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Dimana kisah ini akhirnya menjadi salah satu cerita rakyat yang dipercaya warga dusun tersebut. Sehingga dalam cerita ini tidak ada maksud dan unsur sara. Â Yaitu kisah saat Sunan Kalijaga membawa ajaran agama Islam di dusun tersebut, di mana saat itu ajaran Hindu sudah datang terlebih dahulu. Tokoh besar penyebar agama Hindu di sana, yaitu Sanca Ndalu merasa tidak terima, dan menolak ajaran yang dibawa Sunan Kalijaga. Tapi peringatan yang diberikan Sanca Ndalu tidak diindahkan oleh beliau. Sehingga makin banyak warga dusun sana yang memeluk agama Islam yang dibawa Sunan Kalijaga.
Akhirnya, Sanca Ndalu memutuskan untuk memberi serangan semacam 'santet' untuk memberi pelajaran kepada Sunan Kalijaga karena tidak mengindahkan peringatannya melalui medium kasur kapuk, yaitu tempat tidur Sunan Kalijaga. Saat setelah Sunan Kalijaga bangun dari tidurnya ia merasa demam dan badanya sakit. Namun karena 'kesaktian' dan ilmu yang dimilikinya sangat tinggi, serangan santet tersebut hanya menyebabkan ia demam. Saat itu juga ia tahu bahwa dirinya sedang menerima 'santet' dari Sanca Ndalu. Sesaat setelah menyadari hal itu, beliau mengumpulkan warga dusun sana dan berkata "siapapun yang tinggal di tanah ini, tidak boleh tidur di atas kasur, sebelum ilmunya sama denganku". Kurang lebih seperti itu perkataan Sunan Kalijaga.
Jika melihat masa lalu, maksud kasur saat itu yaitu kasur kapuk. Karena zaman dahulu belum ada jenis kasur selain kapuk. Jadi menurut narasumber, saat ini penggunaan kasur seperti busa dan springbed masih diperbolehan untuk digunakan. Sampai sekarang tradisi ini masih dijaga oleh warga dusun sana, sehingga tidak ada satupun yang berani memiliki kasur kapuk atau apapun yang mengandung kapuk. Karena untuk bisa menggunakan barang-barang yang mengandung kapuk, masyarakat diharuskan memiliki ilmu setinggi Sunan Kalijaga, yang mana menurut masyarakat di sana, hal itu mustahil untuk dimiliki.
Begitu singkat cerita tradisi unik yang dimiliki salah satu dusun di Yogyakarta, pembaca diperbolehkan berdiskusi dengan bijak dan menggunakan kata-kata yang baik serta tidak mengandung unsur Sara. Sekali lagi ini hanya tulisan sebagai sarana menambah ilmu, wawasan dan pelajaran agar kita senantiasa menjaga dan mengormati tradisi daerah dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H