Simpel saja, hari ini anak belajar gaya hidup sehat dan bersih di sekolah. Sayangnya, sesampai di rumah, banyak sampah berserakan atau tidak pernah diingatkan untuk mencuci tangan sebelum makan. Mungkin pelajaran itu akan menguap tanpa sempat diterapkan, bukan? Coba kalau orang tua mau bersinergi, tentu dapat terealisasi menjadi kebiasaan baik sehari-hari.
Satu lagi yang menjadi fokus saya setelah menjadi Ibu Penggerak, yaitu bagaimana menyikapi kekerasan yang masih menjadi momok dalam dunia pendidikan saat ini. Intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual. "Kadang kita hanya fokus menasehati anak untuk selalu bersikap baik. Tapi lupa untuk menyiapkan mereka agar dapat melindungi diri dari perlakuan buruk yang diterima." Kalimat paling melekat dalam ingatan saya saat pelatihan. Seakan ditampar. Itu saya! Terlalu sibuk menyuruh anak agar jangan nakal di sekolah. Padahal sama krusialnya dengan menyuruh mereka segera menolak, berterik, lari, dan melaporkan segala bentuk kekerasan yang mungkin saja dialami.
Berkat Ibu Penggerak juga, saya bisa memberi informasi kepada salah satu teman sesama ibu yang anaknya mengalami perundungan, tapi tak kunjung mendapat solusi dari sekolah. Kekerasan pada satuan pendidikan sangat bisa dilaporkan secara online di kemdikbud.lapor.go.id, di hotline 129, atau meneruskannya ke instansi yang lebih tinggi seperti UPT PPA, P2TP2A, Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan, bila di tingkat sekolah tidak tertangani. Sebegitu pedulinya pemerintah kita akan hak keamanan dan kenyamanan anak selama menempuh pendidikan. Payung hukumnya ada, karena bagaimanapun, traumatik akibat kekerasan, akan mengganggu proses belajar dan masa depan generasi bangsa ini.
Beliau akhirnya bergabung menjadi Ibu Penggerak. Terkadang, banyak orang tua yang sangat ingin peduli dengan pendidikan anak, tapi dihadapkan dengan keterbatasan akses akan informasinya. Program Ibu Penggerak membuka akses tersebut. Orang tua dapat memiliki jalur tepat untuk mempelajari ilmu seputar pendidikan teraktual, jelas dan benar.
Inilah harapan terbesar dari kehadiran Ibu Penggerak. Berjalan beriringan pada rute yang sama dengan guru dan sekolah, serta tahu apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami masalah/tantangan dalam pendidikannya.
Selain untuk keluarga dan anak-anak sendiri, Ibu Penggerak juga dapat melebarkan langkahnya dalam lingkup yang lebih besar. Potensi ibu untuk berkolaborasi dalam sistem pendidikan, serta lingkungan hangat yang dimilikinya, baik dalam pergaulan sesama ibu, dengan sekolah anak-anak, atau dengan perkumpulan dan komunitas tertentu, dapat menjadi pintu sharing yang tak kalah berpengaruh.
Ibu Penggerak berkesempatan menjadi Fasilitator Ibu Penggerak agar dapat secara legal menyebarluaskan informasi, hingga menjadi mitra sekolah dalam menyosialisasikan peran orang tua dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Kali ini, calon ibu-ibu fasilitator kembali diberi penguatan materi, serta ilmu public speaking dan membuat konten. Dengan bekal yang lebih lengkap, Fasilitator Ibu Penggerak siap mengajak, mengedukasi dan menyadarkan lebih banyak orang tua tentang peran pentingnya.
Tertarik, saya pun kembali mengajukan diri untuk mengikuti Training of Trainers (ToT) Ibu Penggerak, dan lulus sebagai Fasilitator Ibu Penggerak Batch 3. Tidak muluk-muluk, setidaknya saya bisa meneruskan apa yang saya punya kepada teman-teman sesama ibu yang saya kenal. Kalau lebih banyak orang tua bisa mengambil peran dalam pendidikan anak, terutama dalam Merdeka Belajar yang berpusat pada peserta didik, tentu kita akan semakin dekat dengan kesuksesan Kurikulum Merdeka untuk mewujudkan SDM unggul dengan Profil Pelajar Pancasila dan Pembelajar Sepanjang Hayat.
Pada Rencana Tindak Lanjut (RTL) pertama saya, acara arisan ibu-ibu adalah momen yang saya pilih. Bayangkan, di acara arisan! Saat itu saya membahas tentang Tiga Dosa Besar Pendidikan. Ternyata, saya dibuat takjub dengan antusiasme ibu-ibu yang berkesempatan hadir. Memang tidak banyak, hanya belasan ibu, tapi lebih dari dua jam kami berdiskusi tentang puluhan kasus perundungan. Malah, salah satu dari ibu-ibu tersebut, akhirnya juga bergabung menjadi Ibu Penggerak, dan bulan lalu menyelesaikan ToT Fasilitator Ibu Penggerak. Senang rasanya, karena ini menjadi bukti bahwa akses informasi adalah kunci.