Mohon tunggu...
novarina dwiamalia
novarina dwiamalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswa / pelajar

apa y

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara

14 September 2023   22:14 Diperbarui: 14 September 2023   22:18 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ORIENTASI

Para bidadari sudah turun untuk memberikan penghormatan kepada salah satunya perempuan didunia yang sudah dipilih sebagai sang Ardhaneswari, yang berarti perempuan pertama yang menurunkan raja-raja besar dipulau jawa ini. tidak heran sebagai sang Ardhaneswari, Ken Dedes adalah titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan. Apa benar kabut tebal itu turun karena adanya bidadari turun dari langit?Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan senyumnya  dari kakek tua, yang membicarakan cerita itu dan mengaku memergoki para bidadari itu, lalu menganbil salah satu dari perempuan tersebut untuk dijadikan istrinya.

PENGUNGKAPAN PERISTIWA

Sudah jauh soal kabut tebal juga, siperempuan penyihir dari Ghirah marah dan menebar tenun, kabut terlalu tebal menyebabkan penyakit tidak hanya turun di wilayah tertentu. Empu menebas pelepah daun keluwih yang melayang ke atas ketika membacakan japra matra. ampak-ampak pedu itu sangat lebar dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Ketika sebelumnya siapun tidak sempat memikirkan, dan saatnya siapapun tiba-tiba merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa

MENUJU KONFLIK

Gajah Enggon yang memohon izin untuk bertemu secepatnya melespas warastra, sanderan ada ciri-ciri khusus yang dibalas Gajah Mada dengan anak panah yang serupa melalui isyarat khusus itu

PUNCAK KONFLIK

"Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah yang tertusuk di tenggorokannya. Tidak ada jejak pertengkaran apapun," orang yang bisa melepas anak panahnya. Gajah Mada menengadah menatap langit.

"Bhayangkara"

"Ya," saut Gagak Bongol . "Siapa?" lanjut Gajah Mada 

  

REOLUSI 

Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggom secepatnya menjawab dan diberik giliran oleh Patih Daha Gajah Mada untuk menelusulli sendiri jawabnya. nama-nama nya adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Kartika Sinumping, Jayabaya, Pradhabasu, Lembang Laut, Riung Samudra, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan Gagak Bongol. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugue di Mojoagung, 

KODA

Kebebasan bertanggung jawab dan cinta tidak bisa dipaksakan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun