BATUK EFEKTIF SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PERAWATAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU
Oleh : Nova Putri Salsabela - Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Tuberkulosis (TB) tetap menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia dan peringkatnya lebih tinggi daripada human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). TB mempengaruhi lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan 1,4 juta kematian setiap tahun(Soedarsono et al., 2022).Â
Pada tahun 2020, penyakit TB diderita oleh 9,9 juta orang dengan 1,5 juta pasien dengan TB meninggal akibat penyakit ini (Gnther et al., 2022). Angka kejadian TBC secara global memang menurun, akan tetapi di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi (Iskandar et al., 2023).Â
Beban penyakit tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika, dan Indonesia memiliki insiden TB tahunan tertinggi kedua dari berbagai negara secara global (World Health Organization, 2020). Pada tahun 2019, Indonesia gagal mencapai target treatment success rate (TSR) yang ditetapkan oleh WHO(World Health Organization, 2020). Maka dari itu, untuk mencegah tingginya jumlah penderita penyakit tersebut maka perlu adanya perawatan medis yang diberikan secara intensif kepada pasien penderita tuberkulosis.
Salah satu bentuk respon tubuh untuk membersihan jalan pernafasan adalah dengan batuk. Batuk dan dahak adalah gejala utama yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru (TB) (Suzuki et al., 2019). B
atuk yang berlangsung secara terus menerus dan tidak efektif merupakan masalah utama yang banyak diderita oleh pasien dengan tuberculosis paru, akibat dari hal tersebut maka terjadi pengeluaran sputum yang berlebihan, sesak nafas, ronchi atau keluar bunyi ketika bernafas, serta kelelahan (Tahir et al., 2019). Batuk efektif dapat dilakukan secara mandiri sebagai upaya dalam mengeluarkan dahak pada pasien tuberculosis paru. Berikut merupakan tata cara batuk efektif :
- Minum air hangat sebelum latihan batuk efektif
- Atur posisi duduk : condongkan badan ke depan
- Tarik nafas melalui hidung dan hembuskan melalui mulut. Ulangi 4-5x
- Tarikan nafas terakhir, ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu, longgarkan, kemudian batukkan dengan kuat
- Keluarkan dahak dengan bunyi "huff.. huff.. huff"
- Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
Batuk efektif bagi penderita TBC memiliki beberapa manfaat seperti membantu pengeluaran sekret, mencegah terjadinya sesak nafas, serta menghemat pengeluaran energi. Selain tata cara batuk yang baik, pasien tuberculosis memerlukan manajemen perawatan lainnya untuk mendukung kesembuhan yaitu dengan kepatuhan minum obat. Kepatuhan terhadap pengobatan TB merupakan faktor penting dalam mencegah kekambuhan dan menghindari resistensi obat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka optimalisasi perawatan bagi pasien tuberculosis paru berperan sangat penting dalam upaya penyembuhan. Diperlukan sinergitas yang baik antara tenaga kesehatan sebagai konsultan dan pasien sehingga tercapai persentase kesembuhan yang lebih besar. Maka dari itu, perlu adanya perawatan secara mandiri bagi pasien penderita tuberculosis dengan menerapkan tata cara batuk efektif sebagai sarana pengeluaran sputum dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat untuk mencapai optimalisasi kesembuhan yang lebih baik.
Referensi :
Efendi, S., Sjattar, E. L., & Syam, Y. (2022). Health counseling support medication adherence to regular pulmonary tuberculosis patients. Clinical Epidemiology and Global Health, 15, 101055. https://doi.org/10.1016/j.cegh.2022.101055
Gnther, G., Guglielmetti, L., Leu, C., Lange, C., van Leth, F., Hasan Hafizi, Khachatryan, N., Aroyan, H., Kabasakalyan, E., Knappik, M., Skrahina, A., Klimuk, D., Nikolenka, A., Muylle, I., Milanov, V., Velkovska, D., Tarinska, N., Bachiyska, E., Jankovic, M., ... Dudnyk, A. (2022). Availability and costs of medicines for the treatment of tuberculosis in Europe. Clinical Microbiology and Infection. https://doi.org/10.1016/j.cmi.2022.07.026
Iskandar, D., Suwantika, A. A., Pradipta, I. S., Postma, M. J., & van Boven, J. F. M. (2023). Clinical and economic burden of drug-susceptible tuberculosis in Indonesia: national trends 2017--19. The Lancet Global Health, 11(1), e117--e125. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(22)00455-7
Soedarsono, S., Jayanti, R. P., Mertaniasih, N. M., Kusmiati, T., Permatasari, A., Indrawanto, D. W., Charisma, A. N., Yuliwulandari, R., Long, N. P., Choi, Y.-K., Hoa, P. Q., Hoa, P. V., Cho, Y.-S., & Shin, J.-G. (2022). Development of population pharmacokinetics model of isoniazid in Indonesian patients with tuberculosis. International Journal of Infectious Diseases, 117, 8--14. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2022.01.003
Suzuki, T., Shirai, T., Hirai, K., Tanaka, Y., Watanabe, H., Endo, Y., Shimoda, Y., Saigusa, M., Akamatsu, T., Yamamoto, A., Morita, S., & Asada, K. (2019). Improved cough- and sputum-related quality of life after initiation of treatment in pulmonary tuberculosis. Respiratory Investigation, 57(3), 252--259. https://doi.org/10.1016/j.resinv.2019.01.002
Tahir, R., Sry Ayu Imalia, D., & Muhsinah, S. (2019). Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien TB Paru di RSUD Kota Kendari. Health Information: Jurnal Penelitian, 11(1), 20--25. https://doi.org/10.36990/hijp.v11i1.87
World Health Organization. (2020, October 15). Global tuberculosis report 2020. https://www.who.int/publications/i/item/9789240013131
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H