Mohon tunggu...
Novan Mardiansah
Novan Mardiansah Mohon Tunggu... -

Lahir di " Kota Hujan ", 20 November 1975. Menyukai pelajaran Bahasa Indonesia waktu di sekolah, mencoba jujur berapresiasi, penikmat kopi sejati...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Pengakuan (Terinspirasi Skandal Ramaditya)

21 Agustus 2010   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“ Apa yang telah meracuni pikiranmu, nak ?” pertanyaannya terdengar menggelegar ditelingaku, walaupun kenyataan suaranya terdengar lirih menusuk tepat di dasar sanubariku. Aku tertunduk, rasa bersalah seakan menyuruhku demikian.

“ Baik kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan Ibu.” Kali ini suaranya agak tertahan oleh emosi yang berhasil ia sembunyikan.

“ Ibu tahu apa yang telah kamu lakukan, namun Ibu tidak mau mempercayainya begitu saja, Ibu mau dengan langsung pengakuanmu !”

Kali ini aku semakin tersudut.

“ Selama ini mereka telah memandang sebelah mata orang-orang sepertiku,bu.” Kuberanikan diri bersuara.

“ Apakah karena telah dipandang sebelah mata mereka menyinggung perasaanmu, lantas kamu mencari pembenaran atas perbuatanmu ?” pertanyaan ibu kembali membuatku terpojok.

“ Aku lalukan semuanya demi ibu.”

“ Ibu tidak pernah mengajarkanmu melakukan perbuatan itu ! “ Ibu membalikan perkataanku.

“ Aku ingin membahagiakan ibu, membalas apa yang telah ibu lakukan untuku. Aku tidak mau melihat ibu sedih memiliki anak cacat sepertiku, aku ingin membuat ibu bangga seperti kebanyakan ibu yang memiliki anak normal dan menjadi “orang" !.

Kali ini ibu tertunduk dan kudengar isakanya, lamat !.

________________

Catatan : Sebuah Fiksi, mencoba memposisikan diri sebagai Ramaditya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun