Genap tiga hari sejak kau mengatakan itu.Â
Sejak saat itupun tak dapat ku mengelaknya.Â
Tiga hari yang lama bagi hatiku berbicara.Â
Tiga hari paling mengerikan di kehidupanku.Â
Di ujung masa kau beretorik tentang cinta.Â
Di ujung kuasa ini ku masih kecewa.Â
Di ujung teks itu kau menyingkrih.Â
Di ujung parkiran ini hatiku merintih.Â
Aku tak masalah kehilanganmu.Â
Aku tak masalah membiarkanmu.Â
Asal kau terus bahagia.Â
Asal kau tak membuatku tersiksa.Â
Daun-daun kering berguguran di ujung parkiran.Â
Disusul sang Bayu berhembus tak karuan.Â
Disaat rintik-rintik sajakku jatuh perlahan.Â
Disana segera kau hilangkan secara taj berperasaan.Â
Kau pinta aku menjadi teman.Â
Kau tak berikanku kesempatan.Â
Bagaimana sang diri menyikapi perasaan yang hanya berbalas penghinaan tak berpesan.Â
Aku tak menyalahkanmu bersama orang itu.Â
Aku tak pernah melarangmu memilih pilihanmu.Â
Aku kecewa hanya pada seberapa besar aku mengagumimu.Â
Aku kecewa mengapa tak tahu dari dulu.Â
Pergi... Pergilah yan jauh dengan pilihanmu.Â
Jangan kembali kalau hanya aku menyakiti.Â
Pergi... Pergilah dari ujung parkiran ini.Â
Jangan kembali lagi sampai kau punya hati.Â
-13 Oktober 2024-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H