Mohon tunggu...
Novan Dwi
Novan Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia sederhana yang mencintai Budaya dan Seni yang ada di dalamnya yang kaya akan makna filosofis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pundi-pundi Warisan Kapitalisme dalam Antologi Puisi Hakikat Batu dan Pena: Sebuah kajian Marxisme

7 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sejarah Kapitalisme dan harmonisasi dengan Liberalis Smith

Seorang tokoh yang mencetuskan asas tentang kebebasan (liberalis) Adam Smith kerap dikenal juga sebagai bapak kapitalisme barat. Smith dalam (Smith, 2005) menjelaskan tentang teoritis kebebasan untuk mencapai sesuatu yang dikatakan orang-orang sebagai Utopia. Smith mengungkapkan kebebasan kepentingan individu dengan catatan tidak melibatkan keegoisan di dalamnya. Smith kemudian membuat suatu sistem bahwa uang adalah suatu alat pemberi nilai suatu barang tertentu dan memiliki suatu nilai tukar. Pemikiran Smith dinilai positif membawa pertumbuhan ekonomi. Setiap sesuatu akan diberikan sebuah nilai yang bisa dijadikan pertukaran dengan uang.

Dalam bukunya The Invicible Hand. Smith menegaskan lagi tentang pendapatnya. Ia menciptakan sebuah hukum baru tentang Supply and Demand. Ketika permintaan tinggi namun barang yang ditawarkan rendah maka akan terrjadi lonjakan harga. Sebaliknya ketika barang yang ditawarkan lebih banyak daripada permintaan pasar maka harga akan cederung stabil atau turun. Konsumen menilai suatu nialai barang dengan produsen memperhatikan kualitas produk sebagai penjagaan kualitas produk.

Karl Marx dan kritik terhadap Kapitalisme

Semua permikiran Smith menuju utopis semula berjalan baik. Hingga apa yang dikatakan Freeud sebagai id, ego, superego manusia mulai meruntut urusan ekonomik. Manusia mulai serakah dan egois dengan uang. Kemudian Marx dalam (Marx, 1867) memberikan kritikan pedas terkait liberalis yang teranjur tersebar laris. Marx berpendapat bahwa faktor pasar membuah sebuah ketimpangan sosial dan ekonomi yang besar. Pasar layaknya sebuah ekosistem bagi hewan yang terdapat hewan predator puncak dan hewan yang dimangsa.

Sistem kesosialan tersebut membuat sebuah kasta tak langsung dalam hierarki masyarakat. Masyarakat terbagi menjadi dua kaum. Layaknya oposisi binar yang dicanangkan Ferdinand de Saussure seperti baik-buruk, kiri-kanan, hitam-putih. Pasti ada satu sisi yang dinilai lebih positif dari sisi lainnya.

Kaum Bourjuis yakni kaum ningrat yang memiliki alat-alat produksi masal yang dapat mengatur bagaimana nilai suatu pasar bekerja. Sedangkan kaum proletariant adalah kaum yang mengikuti sistem kerja pasar tersebut, (Mulyanto, 2008). Kemudian oleh Lenin lebih diperjelas dengan mengklasikannya sebagai kaum buruh dan tani dengan kaum pemerintahan. Dengan warisan pemikiran materialisme historical Marx, Lennin berhasil membuat gebrakan dalam negerinya. Pemikiran Marx juka menjarah ke segala hal, Marx memang tak mengatakan bahwa ia adalah seorang penantang ia hanyalah seorang pemikir yang terus berfikir. Namun tulisannya seakan memberikan ilham baru bagi orang-orang yang membacanya. Dalam bidang kenegaraan ada Lennin dan Che Guevara sebagai tokoh perjuangan revolusioner. Dalam kesastraan ada kaum formalis Russia seperti Mikhail Bakhtin yang kemudian membuat gebrakan baru dalam dunia sastra tentang New Critisism.

Pundi-pundi kapitalisme dalam Antologi puisi Hakikat Batu Dan Pena

Pergambaran kontruksi kapitalisme dan penggambaran kaum bourjuis dan ploretariant juga tergambar dalam kumpulan puisi ini. Seperti pada:

1.Puisi GEDUNG TEATER: Singapura.

Tapi, di seberang gemerlap dan kemegahan itu ada pribumi-pribumi tak mujur. Sebagai tenaga kerja, mereka setia berkerja secara berat dan kesetanan untuk mengobati biaya hidup. (hal. 15)

Dalam puisi tersebut tergambar kondisi di sebuah negara yang maju. sebagian orang luar memandangnya sebagai negara yang subur, makmur, dan rakyatnya hidup akur. Ternyata menyimpan suatu sistem yang tak pernah dibayangkan oleh orang lain. Memang gaji disana tergolong tinggi namun kehidupan Hedonism juga mengontrol gaya hidup yang semakin meningkat. Hingga dalam puisi itu digambarkan para pekerja (prooletariant yang tak memiliki alat-alat produksi masal) seperti bermain drama di teater mereka memberikan ekspresi palsu dan berusaha tampil apik dihadapan orang lain. Sedangkan di belakang panggung ada sebuah keluarga yang harus diberikan makan.

2.PARA PRIAYI: Francois Maurice Mitterrand dan Francois Hollande.

Tapi bila skrip nakal itu dijahit oleh seorang selebriti, maka gerak-gerik dan lalu lalang menolongnya ialah suvenir nista untuk para penggemar dan penambang kesopanan. (hal. 6)

Ketika sebuah tindakan kriminalisasi hati (selingkuh) dijadikan sebuah sandiwara yang baik bagus kaum bourjuis. Bahkan dari kasus-kasus perselingkuhan itu mereka masih bisa mendapat pundi-pundi uang dari sebuah skrip nakal tersebut. Sedangkan kaum bawah hanya bisa dimanfaatkan dari kondisi tersebut yang seakan-akan membawa manfaat yang jelas namun ternyata tidak seperti itu.

3.RESTORASI SOSIAL: India.

Mereka menciptakan iklan untuk merebutkan pasar melalui televisi dan media massa lain. Berharap konsumen terus memberangkatkan fulus-fulusnya demi produk-produk favorit krim dan lulur pemutih. (hal. 18)

Para produsen kosmetik juga salah satu fenomena kapitalisme yang berhasil. Mereka berhasil mengusai bidang kesehatan dengan campuran tangan-tangan kapitalistik. Media-media mereka kuasai sehingga sumber pencarian berita dan pengetahuan warga-warga kemudian dibentuk suatu konstruksi yang baru sehingga mereka mengikuti kontruksi tersebut. Fenomena penguasaan media oleh produsen juga tergambar dalam film dokumenter yang berada pada platform Netflix yang berjudul "The Social Dilema". Dimana kita sebagai konsumen menganggap media membutuhkan kita namun ternyata konsumen bagi media-media tersebut adalah para pengiklan. Kita hanya dijadikan sebuah produk yang terrus dimanjakan oleh produk mereka.

4.GEROMBOLAN LIAR: Brasil.

Seperti Piala Dunia dimana tuan rumah menumbuh-renovasikan infrastruktur negara demi menghibur pemerintah, parlemen, maupun penonton. (hal. 34)

Ajang kompetisi olahraga juga tak luput dari pandangan kapitalisme. Sering kali ketika sebuah negara ditunjuk sebagai tuan rumah mereka tiba-tiba membangun infrastruktur yang sebelumnya menganggur. Sebuah fasilitas yang memnajakan mereka yang diatas dengan dalih orang penting. Kaum proletariant hanya bisa menikmati dengan cara membayar dengan iming-iming bahwa mendapatkan benefit yang sepadan.

Daftar Rujukan:

Marx, K. (1867). DAS KAPITAL.

Mulyanto, D. (2008). Konsep Proletarisasi dan Akumulasi Primitif dalam Teori Kependudukan Marxis. In Jurnal Kependudukan Padjadjaran (Vol. 10, Issue 2).

Smith, A. (2005). AN INQUIRY INTO THE NATURE AND CAUSES OF THE WEALTH OF NATIONS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun