Tepatnya 20 Oktober 2024, Rakyat Indonesia akan memiliki presiden yang baru. Presiden yang berhasil meyakinkan 96.214.691 atau sekitar 58 persen suara pemilih pada pemilihan presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu. Presiden yang terpilih kali ini dapat dikatakan presiden yang sangat percaya diri. Ia tangguh dan tak mengerti bagaimana caranya menyerah dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres). Tercatat, mantan Jenderal Pasukan Elite Kopassus telah 4 kali bertarung guna mendapat kepercayaan dari rakyat sebagai Presiden atau Wakil Presiden.
Dimulai Pilpres 2004, 2009, 2014 dan terakhir 2019, Prabowo terus mencoba tapi lagi-lagi rakyat belum percaya sama beliau. Sampai akhirnya lebih dari setengah jumlah pemilih sah pilpres 2024, beliau berhasil mendapat simpati dari rakyat. Rival politiknya kemarin juga bukan sembarang orang. Mereka yang secara elektabilitas cukup tinggi dan sangat mumpuni dalam dunia politik praktis.
Presiden Percaya Diri
Ketangguhan Prabowo menunjukkan bahwa Prabowo adalah orang yang percaya diri. Ia tahu dan yakin bagaimana membawa negara ini bisa menjadi negara besar dan sejahtera. Setidaknya kepercayaan diri tersebut dapat dilihat dari beberapa hal.Â
 Pertama. Tidak seperti kebiasaan presiden-presiden sebelumnya yang memanggil para menteri setelah pelantikan dilakukan, Prabowo dengan percaya diri memanggil para calon menteri kabinetnya justru pada saat ia belum dilantik dan belum sah menjadi presiden. Tak ada yang salah dengan langkah ini, Prabowo ingin segera bekerja pada saat dilantik menjadi Presiden sah. Usai dilantik, Presiden Prabowo sudah punya "mesin panas" yang siap dijalankan.
Kedua. Prabowo membuka peluang untuk berkoalisi dengan semua partai politik yang menjadi rivalnya pada pilpres kemarin. Sekali lagi, Prabowo begitu percaya diri bahwa rival politiknya mau membantu dan yakin tak akan ada oposisi terhadap pemerintahannya. Bangsa besar perlu koalisi yang besar. Itulah insting politik yang terbangun dalam dirinya. Ia seakan abai terhadap pemerintahan yang sehat harus hadir oposisi yang sehat pula.
Ketiga. Presiden Prabowo memahami betul, bahwa PDIP dan Megawati adalah salah satu kekuatan politik yang wajib dirangkul karena mereka adalah pemenang pemilu dengan menguasai 110 kursi parlemen. Padahal rasionalitas politiknya, tanpa merangkul PDIP-pun, Prabowo cukup aman di parlemen. Â Namun ia tetap berharap ada kerjasama politik di antara mereka. Sejauh ini, Megawati belum memberikan sinyal hijau untuk mau bekerjasama baik di pemerintahan maupun di parlemen. Toh, Prabowo tetap percaya diri bahwa Megawati dan PDIP akan menerima ajakan politiknya untuk berkoalisi. Ia terus bermanuver bagaimana agar dirinya dan Megawati berada dalam satu kubu.
Keempat. Rencana Prabowo di bidang ekonomi. Banyak sindiran bahkan kritik yang dialamatkan kepadanya. Kenaikan ekonomi sebesar 8 persen mengada-ngada ditengah situasi ekonomi global yang cukup sulit. Itu dianggap hanya jargon politik semu. Lagi-lagi Presiden Prabowo sangat yakin hal ini mungkin dicapainya. Salah satu yang dapat memperkuat kemungkinan itu adalah dengan koalisi gemuk yang ia buat.
Mengawasi Presiden
Kita menghargai Presiden Prabowo sangat percaya diri dan itu adalah modal dasar kepemimpinan yang kuat. Jika mencermati koalisi gemuk yang telah dibentuk dan hampir seluruh kekuatan parlemen dapat dikuasai, itu berarti Presiden minus pengawasan. Saya melihat keputusan PDIP dan Megawati menjadi oposisi dan ada di luar pemerintahan serta kritis di parlemen adalah langkah yang paling baik untuk menjaga pemerintahan Prabowo.
Pengalaman PDIP yang pernah menjadi oposisi 10 tahun selama pemerintahan SBY toh membawa kebaikan bagi rakyat Indonesia. Mekanisme check and balances ini harus tetap hadir agar kekuasaan tidak sewenang-wenang. Kekuasaan yang dikontrol saja bisa destruktif dan berkhianat pada rakyat, apalagi kalau tidak ada pengawasan, rakyat akan menjadi sekedar objek kekuasaan. Rakyat disanjung ketika pemilu, setelah usai rakyat pun pilu.
Program Prabowo sebagai presiden terpilih hanya mungkin terwujud jika selalu diawasi dan selalu diingatkan agar tegak lurus pada janji politik yang dikatakan dan selalu menjunjung tinggi konstitusi yang didalamnya bersemayam kedaulatan rakyat.
Untuk semua ini, barangkali di tengah tak satupun partai politik yang ambil posisi sebagai oposisi, maka pilihannya adalah rakyat yang berdaulat yang mengambil peran pengawasan. Kita semua akan mengawasi setiap kata-kata yang diucapkan, nazar politik yang diutarakan untuk merayu rakyat pada saat kampanye pilpres kemarin. Oleh karenanya mari kita mengawasi setiap kata dan janji. Selamat bertugas Pak Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H