Pluralitas mengajari kita saling menghargai perbedaan. Pluralitas dimaknai sebagai penyatuan didalam perbedaan sosial yang ada di tengah-tengah kehidupan.
Aceh menjadi kota yang homogen karena umat Islam memenuhi sudut-sudut kota dan perda-perda Islam dijalankan di sana, Â tetapi Gereja masih berdiri dan dilindungi di sana. Begitu pula Tapanuli Utara didominasi oleh umat Nasrani dan Masjid hadir ditengah-tengah kehidupan mereka.
Candi-candi bercorak Buddha yang terletak di Jawa Tengah tetap berdiri dan dilindungi, meskipun statistik tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah umat Buddha paling sedikit di Jawa Tengah dibanding wilayah-wilayah lainnya di Indonesia seperti di DKI Jakarta, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Umat Hindu di Bali melindungi mereka yang berkeyakinan lain.
Tampaknya semua ini memang menunjukkan bahwa Indonesia dan pluralisme tidak menyoal satu dengan yang lain. Keduanya menjadi bagian yang tidak mungkin dan tidak akan dapat dipisahkan. Perbedaan itu dapat disatukan dan diterima dengan penuh kemauan dan kesadaran.Â
Hari ini tepatnya 16 Mei 2022, umat Buddha merayakan Waisak melalui peristiwa agung yang disebut Trisuci Waisak. Simbol keagungan yang membawa penerangan bagi umatnya dan sebenarnya juga ditujukan bagi semua umat Tuhan yang mencintai perdamaian.
Merayakan Waisak sejalan dengan merayakan pluralisme di Indonesia.Â
Novance Silitonga adalah peneliti di Populus Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H