Mohon tunggu...
novance silitonga
novance silitonga Mohon Tunggu... Penulis - senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solidaritas Identitas

23 Agustus 2019   09:35 Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novance Silitonga
(Direktur Populus Indonesia)

Apa yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, menyita perhatian publik. Kota ini membara dalam kekisruhan dan sempat melumpuhkan aktivitas warga. Pemberitaan diberbagai media mengatakan gedung DPRD dibakar dan beberapa fasilitas umum lainnya dirusak oleh Warga Papua yang sedang dilanda amarah. 

Apa pasal? Tindakan persekusi dan perlakuan rasis oleh sekelompok organisasi masyarakat (ormas) dan aparat keamanan terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah (Malang, Surabaya dan Semarang) memicu gelombang protes dan aksi massa di Manokwari.

Aksi massa seperti ini merupakan aksi solidaritas bersama masyarakat Papua berbasis identitas. Mereka tidak terima warga mereka di perantauan diperlakukan secara diskriminatif dan diberikan pernyataan negatif dan sensitif oleh masyarakat non-Papua, dimana pada saat yang sama mereka memperlakukan warga non-Papua yang hidup bersama dengan masyarakat Papua di Manokrawi secara sejajar sebagai sesama anak bangsa. 

Aksi Manokwari berangkat dari sebuah manifestasi sikap atas tersakitinya sebuah identitas politik (sukubangsa Papua) yang disertai tindakan kekerasan yang mengganggu ketertiban umum.

Aksi solidaritas berbasis identitas bukan hal yang tabu dalam konteks masyarakat majemuk seperti Indonesia. Banyak aksi-aksi berbasis identitas yang diberi ruang oleh demokrasi. 

Sepanjang tidak mengganggu dan mengancam persatuan sebagai sebuah bangsa, aksi-aksi ini akan selalu mendapat sambutan dan dukungan luas, namun jika sebaliknya, maka akan mendapat penolakan dan dengan sendirinya kehilangan simpatik dari identitas lainnya.

Catatannya adalah, bahwa aksi solidaritas berbasis identitas punya celah untuk dijadikan maksud dan tujuan lain. Paling mungkin adalah upaya untuk memisahkan diri yang dimanfaaatkan oleh kelompok separatis. 

Memang sejauh ini, kisruh yang terjadi di Manokwari tidak ada hubungannya dengan upaya separatis. Murni akibat dari gesekan masyarakat yang bersumber dari salah pengertian dan kekurangarifan warga dalam menyikapi masalah yang sedang terjadi.

Medsos: Sumbu Ledak Kisruh
Media sosial menjadi "sumbu ledak" atas peristiwa Manokwari. Sekelompok masyarakat terhasut oleh sebuah pemberitaan (postingan) di salah satu media sosial bahwa mahasiswa Papua melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap Bendera Merah Putih yang menyulut kemarahan warga. 

Kemarahan muncul begitu saja tanpa proses dialog sebagai upaya mencari kebenaran berita di media sosial. Hoaks terbukti telah mengganggu dan menggugah emosi massa sehingga berita lancung serta merta dianggap benar. Gerak cepat aparat keamanan adalah mengambil langkah-langkah antisipatif mengamankan mahasiswa Papua sehingga situasi dapat kembali normal.

Hoaks tersebut ternyata sampai ke Manokwari dalam situasi dimana kekisruhan sebenarnya sudah reda dan keadaan kembali kondusif. Oleh warga Manokwari ternyata disikapi secara berlebihan dan menindaklanjuti dengan aksi protes melalui serangkaian tindakan-tindakan yang melanggar hukum (pembakaran, blokade jalan, perusakan fasilitas umum) dan merugikan semua pihak. Atas nama solidaritas identitas dan dipicu oleh medsos sebagai "sumbu ledak" nya, Manokwari telah menampilkan wajah yang kurang ramah.

Peran Para Pihak
Yang paling dibutuhkan dalam situasi seperti ini adalah pernyataan-pernyataan sejuk dari para pihak, bukan saja dari otoritas politik, tetapi berbagai elemen masyarakat berpengaruh, khususnya tokoh gereja. Para pemimpin sebaiknya menyampaikan hal-hal yang merangsang dan membangkitkan rasa kepercayaan sebagai satu bangsa dan satu tanah air.

Komunikasi antara pemimpin daerah dan nasional turut menjadi kunci untuk meredam situasi agar tidak merambat kemana-mana. Pertemuan dan dialog antar warga dari berbagai identitas perlu disegerakan sehingga menutup ruang-ruang kecurigaan dan ketidakpercayaan satu sama lain.

Seluruh warga (baik di Papua, Surabaya, Malang dan daerah-daerah lain) perlu menahan "nafsu" untuk berkomentar yang menunjukkan keberpihakan. Kita semua harus berdiri di garis yang sama dalam melihat persoalan ini.

Papua Cinta Damai
Sebagai Kota Injil yang penuh damai dan cinta kasih, Papua dapat dijadikan salah  satu model kerukunan dan keharmonisan. Nilai-nilai Kristiani yang mengedepankan kedamaian, cinta kasih dan pengorbanan tetap relevan untuk terus dipraktekkan, khususnya dalam situasi sekarang ini. 

Salah pengertian yang menimbulkan gesekan, amarah dan kebencian serta rasa sakit menjadi momentum kembali untuk menumbuhkan rasa persaudaraan diantara umat Tuhan yang saling menghargai dan mencintai sesama. 

Kemampuan warga dan pemerintah Papua dalam mengatasi kekisruhan yang terjadi, semakin menunjukkan bahwa Tanah Papua (Manokwari) adalah "surga kecil" jatuh ke bumi. Tempat orang merindukan kedamaian dan cinta kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun