Mohon tunggu...
novance silitonga
novance silitonga Mohon Tunggu... Penulis - senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Rakyat, Pilpres dan Masa Depan Indonesia

13 April 2019   23:05 Diperbarui: 14 April 2019   05:46 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | (KOMPAS/HANDINING)

Pesta Rakyat Untuk Presiden
Pesta rakyat diselenggarakan sekali dalam lima tahun. Judul pesta itu adalah pemilihan presiden atau suksesi kepemimpinan nasional. Alam demokrasi seperti di Indonesia, menempatkan pemilu sebagai sebuah kesempatan bagi anak bangsa untuk membuktikan diri sebagai figur yang patut menjadi pemimpin. 

Setiap anak bangsa mempunyai kesempatan yang sama menjadi pemimpin bagi bangsanya. Hal demikian dijamin oleh konstitusi. Untuk menjadi calon presiden, anak bangsa sebagai warga negara harus diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Beberapa negara menyediakan kesempatan bagi individu mencalonkan diri sebagai calon presiden tanpa partai politik. 

Misalnya Rusia, Vladimir Putin mencalonkan diri dari jalur independen. Sebelumnya Boris Yeltsin juga menjadi Presiden Rusia non-partai hampir satu dekade. Di Jerman, ada Joachim Gauk, mantan Pastor Lutheran, terpilih tahun 2012 sebagai Presiden (walaupun dianggap sebagai figuran). 

Justru ketika dicalonkan oleh SPD (Social Democratic Party of German) dan Partai Hijau, Joachim mengalami kekalahan. Lamberto Dini di Italia. Atifete Jahjaga, presiden perempuan pertama dari Republik Kosovo dan terakhir di Polandia, seorang aktivis kemanusiaan, Lech Wallesa, terpilih sebagai Presiden Polandia tahun 1990-1995. Tokoh-tokoh ini berjaya tanpa partai politik. 

Diskursus nasional pernah diwarnai gagasan untuk calon presiden dari jalur perorangan atau sering disebut calon independen. Menjelang pemilihan presiden isu-isu seperti ini tetap dikemukakan, namun selalu gagal mencapai konsensus nasional.

Akhirnya calon presiden dari jalur perorangan kandas diperjuangkan oleh sebagian kecil elit politik. Sebagian besar elit partai politik tentu melihat bahwa jalur independen ini akan memperkecil kekuasaan partai politik.

Tanggal 17 April 2019, seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak suara akan memberikan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Untuk pertama kalinya diselenggarakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serentak dengan Pemilihan Anggota DPR RI, Anggota DPD, Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Hari itu adalah puncak pesta rakyat Indonesia terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Pesta rakyat yang dimaksud adalah pesta kebebasan untuk menyambut datangnya pemimpin yang diharapkan oleh rakyat. Pesta rakyat yang hanya bisa terjadi di alam demokrasi seperti bangsa kita ini.

Perbincangan politik ditengah-tengah rakyat lebih diwarnai oleh perbincangan calon presiden dibandingkan calon legislatif baik di tingkat pusat, provinsi ataupun kabupaten/kota. Apalagi perbincangan calon-calon Dewan Perwakilan Daerah hampir tidak terdengar siarnya. Bahkan masih ada yang bertanya DPD itu lembaga apa?.

Pilpres punya magnet kuat dibandingkan Pileg dan DPD. Pemberitaan media online dan cetak menyajikan porsi Pilpres jauh lebih banyak daripada Pileg dan DPD, bahkan Pilpres punya program debat adu gagasan dan disaksikan oleh semua orang. 

Lebih tragisnya lagi ada pesan berantai yang tidak bertanggungjawab yang berseliweran di media sosial (whatsapp group) yang mengajak pemilih mendahulukan pencoblosan surat suara untuk presiden dan wakil presiden kemudian menyusul ke surat suara lainnya karena khawatir kehabisan waktu di bilik suara melihat daftar caleg dan DPD yang sangat banyak dan tersusun rapi di satu kertas suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun