Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenapa Pekerjaan Ini Disebut "Pak Ogah"

25 September 2024   09:41 Diperbarui: 25 September 2024   09:47 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke tema tulisan, dari mana sebutan 'Pak Ogah' menjadi trademark untuk orang yang mengatur lalu lintas dan meminta uang receh di jalan, mungkin karena kebiasaan gestur tangan yang meminta uang receh yang membuat pengendara ingat karakter Pak Ogah dalam Film Unyil. 

Keberadaan Pak Ogah di jalanan sebenarnya punya sisi manfaat bila dalam peran membantu tugas polisi jalan raya. Pak Ogah ini juga berjasa saat membantu anak sekolah atau ibu ibu yang akan menyebrangi jalan. Walau terkesan amatiran dalam mengatur pergerakan lalu lintas, para Pak Ogah ini paling tidak membantu jalanan tidak macet total karena tidak ada pengendara yang mau mengalah.

Ilustrasi (sumber gambat : Bing Creator AI)
Ilustrasi (sumber gambat : Bing Creator AI)

 

Berapa Penghasilan dari Pak Ogah ini ?

Saya pernah iseng bertanya kepada teman yang berprofesi  mengatur lalu lintas ( Pak Ogah) , kalau sedang bagus bisa membawa pulang Rp 100.000 , bahkan bisa lebih. Namun kalau lagi sial  cuma dapat Rp 30.000. Tidak tentu penghasilan para Pak Ogah ini.

Yang pasti mereka tidak bekerja sendirian, mereka biasanya berkelompok. Tiap kelompok mendapatkan jatah waktu bertugas. Bisa 3-6 jam. Mereka juga membagi tugas dan peran. Ada yang mengatur lalu lintas, ada yang bertugas meminta uang ke sopir atau pengendara. 

Tiap kelompok bisa beranggotakan 3-6 orang. Dalam kelompok mereka akan berbagi penghasilan , seorang ketua kelompok biasanya mendapatkan uang lebih banyak, namun ada juga yang dibagi rata. Tidak peduli ketua atau anggota sama rata.

Dari penghasilan menjadi Pak Ogah, ada yang bisa membiayai keluarganya. Untuk makan sehari hari, beli jajan, bayar paket internet, listrik dan air. Walau tak menjanjikan uang banyak, dari mengatur lalu lintas ada penghasilan yang bisa diandalkan.

Pekerjaan menjadi pengatur lalu lintas ini punya resiko yang sangat besar, nyawa. Karena bisa saja terjadi kecelakaan karena tertabrak atau terserempet kendaraan yang mereka atur. Atau yang lebih mengerikan adakah perebutan lahan yang berakhir perkelahian yang brutal dan bisa mengancam nyawa.

Mirip dengan lahan parkir, pekerjaan pengatur lalu lintas ini punya wilayah kekuasaannya. Tidak sembarang orang bisa ikut mengatur lalu lintas. Salah salah bisa babak belur bila mencoba menyerobot lahan orang.

Secara  keuntungan, menjadi Pak Ogah memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang, kadang berupa barang seperti rokok, makanan atau minuman. Namun sebagai pekerjaan tentu menjadi pengatur lalu lintas alias pak ogah tidak memiliki jenjang karir, tidak mendapatkan jaminan asuransi, kepanasan , kehujanan. diomelin pengendara bahkan dimintai uang oleh jawara atau  jagoan kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun