Percayalah  bahagia itu benar benar sederhana  Untuk mendapatkan sebuah bahagia juga tidak perlu biaya mahal ,  banyak kebahagian yang bisa diperoleh 'gratis' tanpa perlu mengeluarkan sepeser uang pun. Coba kita cek ya...
Bahagia itu ada dimana mana , bahkan di dalam penjara pun kebahagian itu bisa peroleh. Cerita bahagia di dalam penjara saya dapatkan langsung dari seorang teman yang karena sebuah kejadian harus bertanggung jawab dan masuk bui. Cerita bahagia itu juga datang  dari Panti Wreda atau biasa disebut Panti Jompo. Mari disimak...
Masuk penjara yang ada di benak saya pastilah tidak mengenakkan, terkungkung dan menyeramkan. Hidup dibalik tembok tebal dengan jeruji kokoh. Gelap dengan aroma bau yang tak enak.
 Tapi yang saya dapati saat saya mengunjungi ke dalam penjara adalah hal yang lain. Sebuah  kisah kebahagiaan dalam penjara .
Siang itu setelah melewati proses administrasi dan juga pengecekan saya diizinkan masuk untuk menjenguk. Suasana ruang pertemuan antara penjenguk dan napi cukup mengharu biru. Banyak tangisan di sana sini.
Pemandangan ini mengingatkan saya atas rasa syukur kebebasan, tak tersandung masalah hukum. Walau sebenarnya saya menyadari, tidak semua orang yang masuk penjara adalah orang yang sepenuhnya salah. Ia bisa saja terperangkap dalam kondisi dimana ia 'dilibatkan' atau terpaksa ikut 'terlibat'. Â Saya tidak akan membahas tentang salah dan tidak salahÂ
Saya akan membahas tentang kebahagian yang harus diperjuangkan. Walau apapun kondisi yang terjadi. Di dalam sel penjara, para napi akan merasakan bagaimana bertemu dengan orang orang dengan problem sosial, kejiwaan dan tentu problem karakter.Â
Para napi masuk lapas berdasarkan pasal hukum yang  sesuai perbuatan dan kesalahannya. Setelah inkrah (putusan berkekuatan tetap) maka Napi akan menjalani hukuman. Upaya hukum masih bisa terus dilakukan, misal dengan banding ke tingkat lebih tinggi, atau melakukan kasasi bahkan meminta grasi kepada Presiden untuk napi hukuman mati.
Teman saya menerima putusan hukum Pengadilan Negeri (PN) dan  tidak melakukan banding. Masa hukuman akan ia jalani di lapas. Baginya, sudah selesai apa yang menimpanya. Ia hanya akan mengintrospeksi diri, berkontemplasi dan bertahan agar tetap bahagia selama di lapas.
Mencari bahagia di dalam lapas bukan perkara mudah. Bagi yang belum pernah mengalami dipenjara tentu belum terbayang bagaimana mencari bahagia di dalam lapas. Walau  saya  pernah mendengar kasus dimana napi mendapatkan atau lebih tepatnya membangun fasilitas yang nyaman di dalam lapas agar bisa bahagia. Dan ini juga tidak akan saya bahas. Bisa dicari sendiri di di beberapa kanal berita online tentang hal ini.
Saya pernah membaca buku Arswendo Atmowiloto saat di dalam penjara, buku yang sangat menarik untuk melihat pengalaman seorang napi, ada lucu, ada sedih, ada marah kadang menyerempet ke masalah seksual.
Waktu menjenguk  teman saya di lapas  dibatasi hanya 1 jam. Walau dalam kenyataan kadang bisa lebih dari itu. Pembicaraan kami hanya ringan ringan saja, tanya jawab yang tak membutuhkan jawaban rumit. Sekitar kehidupan di dalam lapas. Tapi uniknya , pertanyaan teman saya malah ingin tahu perkembangan di luar.Â
Saya sadar, mungkin karena sangat terbatasnya akses informasi , teman saya malah banyak menanyakan kabar saya selama ini. tentang pekerjaan, tentang kabar beberapa teman yang lain.Â
Jujur saya merasakan perih dari pertanyaan yang ia ajukan. Mungkin ia ingin berkata, 'enak ya bisa bertemu keluarga setiap hari, beraktivitas normal' . Lewat perbincangan itu ia juga menyampaikan bagaimana ia bertahan. Tetap waras, tetap bisa bahagia.
Teman saya ini sebenarnya tipe orang yang melankolis, mudah menitikkan air mata, sensitif terhadap hal yang menyentuh hatinya. Tapi hal itu ternyata tidak terjadi. Saya cukup khawatir dalam pertemuan lebih banyak isak tangis yang terjadi.
Bahkan dalam pertemuan ia lebih banyak tersenyum dan tertawa. Nampak ia ingin menunjukan bahwa ia kuat dan mampu mengatasi cobaan berat ini. Bahkan ia terus memaksa agar saya memesan minuman atau makanan yang disediakan oleh para pedagang di ruangan pertemuan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang tamu.Tapi  saya tetap menolak dengan alasan saya sudah membawa air mineral.
Dalam perbincangan itulah ia mengungkap bagaimana ia harus beradaptasi dengan warga binaan lainnya (sebutan yang benar dari napi). Pergaulan di dalam lapas memang jauh berbeda, ada orang orang yang punya pengaruh. Pintar membawa diri, tidak melakukan hal yang sembrono kalau tidak mau bermasalah.
Untuk mengusir kebosanan atau pengaruh buruk lainnya, ia disibukkan untuk menjadi pengurus mushola di dalam lapas. Berbagai aktivitas ia lakukan di dalam mushola. Beruntung hal ini diperbolehkan petugas lapas.
Karena memang teman saya aslinya orang yang  religius. Maka melihat mushola di dalam lapas ia langsung klop. Teman saya menyebut statusnya sebagai marbot lapas.Â
Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kerohanian ia pasti jadi pengurusnya. Jadi seksi sibuk. Teman saya merasa bahagia dengan kesibukan barunya. Padahal tidak kebayang juga jadi seorang marbot. Setiap hari harus menyapu, mengepel dan mengelap hingga tak ada  sampah, kotoran  bahkan debu sedikitpun.
Kebahagian lain yang teman saya dapatkan adalah kunjungan dari keluarga dan teman teman. Rasanya bahagia bisa sekedar berbincang bincang. Dan walaupun ia tidak pernah meminta dan mengharapkan adalah 'bawaan' berupa makanan dan minuman. Tetap buah tangan itu menjadi hal yang membahagikan. Teman saya selalu berbagi, makanan dan minuman yang ia dapatkan, Â dibagi bagikan ke warga binaan lainnya. Tak pernah dimakan sendiri..
Itulah kisah bertahan dan mencari bahagia di dalam Lapas. Teman saya akhirnya 'lulus' dan sudah menghirup udara bebas. Kembali menjalani rutinitas seperti biasa.
Mencari Bahagia di Panti Wreda
Cerita bahagia di panti wreda saya dapatkan dalam sebuah kunjungan. Sebenarnya saya sudah tiga kali bolak balik ke panti ini. Salah satu tempat yang saya sarankan untuk dikunjungi adalah panti wreda.Â
Saya secara pribadi banyak mendapat pelajaran penting tentang kehidupan dari panti wreda. Sekali dalam hidup datanglah ke panti wreda lihat, rasakan dan dengarkan para warga panti. Banyak pelajaran penting yang akan didapat.
Panti yang saya datangi merupakan panti wreda swasta, artinya bukan miliki pemerintah yang semuanya sudah dibiayai. Untuk biaya dan semua operasional harus diupayakan sendiri, baik  uang sukarela dari keluarga lansia , donasi dari masyarakat umum dan kadang mendapat bantuan dari pemerintah.
Saya akan sedikit gambarkan suasana panti wreda yang saya datangi. Panti ini memiliki luas yang cukup lumayan luas. memiliki halaman yang cukup dimuati lebih dari 10 Â mobil SUV atau MPV. Panti ini memiliki dua bangsal atau dua ruangan besar. Satu untuk laki laki dan satu untuk wanita. Ada ruang yang tidak terlampau luas untuk duduk duduk yang dilengkapi sebuah TV berukuran 42 Inchi.
Para lansia ini mendapatkan satu tempat tidur, sebuah lemari kecil dan satu kursi masing masing. Waktu mereka banyak dihabiskan  di tempat tidur. paling mereka beranjak untuk ke kamar kecil (bagi yang masih mampu) atau jalan jalan  ke ruang depan untuk menonton TV atau duduk di halaman untuk mencari angin segar.
Kebahagian mereka  sederhana duduk mengobrol dengan warga lansia lainnya atau pendamping dan pengurus panti. Sesekali terdengar candaan dan tawa. Tingkah para lansia ini memang banyak mengundang tawa. Ada saja tingkahnya.
Kadang terlihat cari perhatian (caper), kadang menjadi penyendiri , diam seribu bahasa. Kebahagian mereka saat ada yang datang menjenguk. Menerima bingkisan baik makanan dan minuman.
Dibalik keterbatasan dan juga sakit tua yang mereka derita , ada rona kebahagiaan yang mereka dapatkan. Bertemu dengan teman senasib. Asal para lansia juga bermacam macam, ada yang memang sengaja dititipkan keluarga, ada yang ditemukan terlantar di jalan, ada yang sebatang kara, tak memiliki anak sehingga tak ada yang mengurus.
Para lansia ini tetap berjuang dan bertahan. Mencari kebahagian yang mereka dapatkan dengan cara yang sangat sederhana.Â
Artikel ini ingin memberikan pesan, bila hari ini kita tidak bahagia lihatlah masih banyak orang yang di dalam lapas, di dalam panti yang terus berbahagia. Mereka hidup dalam keterbatasan, tapi tetap bisa tersenyum bahagia.Â
Kalau anda tetap tidak bahagia dengan apa yang dimiliki saat ini, jangan salahkan bila Tuhan mencabut rasa bahagia itu. Kita hanya diminta untuk berjuang untuk : BAHAGIA. maka teruslah berjuang.
Salam Bahagia...
Solear city, 9/9/24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H