Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahagia itu [Sangat] Sederhana

9 September 2024   08:43 Diperbarui: 9 September 2024   08:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bahagia (sumber : Pixabay/Dan_Park)

Mencari bahagia di dalam lapas bukan perkara mudah. Bagi yang belum pernah mengalami dipenjara tentu belum terbayang bagaimana mencari bahagia di dalam lapas. Walau  saya  pernah mendengar kasus dimana napi mendapatkan atau lebih tepatnya membangun fasilitas yang nyaman di dalam lapas agar bisa bahagia. Dan ini juga tidak akan saya bahas. Bisa dicari sendiri di di beberapa kanal berita online tentang hal ini.

Saya pernah membaca buku Arswendo Atmowiloto saat di dalam penjara, buku yang sangat menarik untuk melihat pengalaman seorang napi, ada lucu, ada sedih, ada marah kadang menyerempet ke masalah seksual.

Waktu menjenguk  teman saya di lapas   dibatasi hanya 1 jam. Walau dalam kenyataan kadang bisa lebih dari itu. Pembicaraan kami hanya ringan ringan saja, tanya jawab yang tak membutuhkan jawaban rumit. Sekitar kehidupan di dalam lapas. Tapi uniknya , pertanyaan teman saya malah ingin tahu perkembangan di luar. 

Saya sadar, mungkin karena sangat terbatasnya akses informasi , teman saya malah banyak menanyakan kabar saya selama ini. tentang pekerjaan, tentang kabar beberapa teman yang lain. 

Jujur saya merasakan perih dari pertanyaan yang ia ajukan. Mungkin ia ingin berkata, 'enak ya bisa bertemu keluarga setiap hari, beraktivitas normal' . Lewat perbincangan itu ia juga menyampaikan bagaimana ia bertahan. Tetap waras, tetap bisa bahagia.

Teman saya ini sebenarnya tipe orang yang melankolis, mudah menitikkan air mata, sensitif terhadap hal yang menyentuh hatinya. Tapi hal itu ternyata tidak terjadi. Saya cukup khawatir dalam pertemuan lebih banyak isak tangis yang terjadi.

Bahkan dalam pertemuan ia lebih banyak tersenyum dan tertawa. Nampak ia ingin menunjukan bahwa ia kuat dan mampu mengatasi cobaan berat ini. Bahkan ia terus memaksa agar saya memesan minuman atau makanan yang disediakan oleh para pedagang di ruangan pertemuan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang tamu.Tapi  saya tetap menolak dengan alasan saya sudah membawa air mineral.

Dalam perbincangan itulah ia mengungkap bagaimana ia harus beradaptasi dengan warga binaan lainnya (sebutan yang benar dari napi). Pergaulan di dalam lapas memang jauh berbeda, ada orang orang yang punya pengaruh. Pintar membawa diri, tidak melakukan hal yang sembrono kalau tidak mau bermasalah.

Untuk mengusir kebosanan atau pengaruh buruk lainnya, ia disibukkan untuk menjadi pengurus mushola di dalam lapas. Berbagai aktivitas ia lakukan di dalam mushola. Beruntung hal ini diperbolehkan petugas lapas.

Karena memang teman saya aslinya orang yang  religius. Maka melihat mushola di dalam lapas ia langsung klop. Teman saya menyebut statusnya sebagai marbot lapas. 

Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kerohanian ia pasti jadi pengurusnya. Jadi seksi sibuk. Teman saya merasa bahagia dengan kesibukan barunya. Padahal tidak kebayang juga jadi seorang marbot. Setiap hari harus menyapu, mengepel dan mengelap hingga tak ada  sampah, kotoran  bahkan debu sedikitpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun