Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Berburu Lontong Balap dan Filosofi Tak Mau Kalah

1 September 2024   08:43 Diperbarui: 1 September 2024   13:14 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk satu porsi Lontong Balap hanya dikenakan harga Rp 12 ribu, cukup murah dan sudah cukup membuat perut kenyang. Keringat bercucuran karena pengaruh petis yang pedas. Saat saya pesan, sudah ada 6 orang yang makan ditempat. rata rata anggota TNI dan pegawai kantoran. bila ditambah sate kerang dikenakan seribu rupiah per tusuk. 

Sesekali saya lihat pengendara motor berhenti untuk memesan lalu kembali pergi karena memilih untuk dibungkus. Cukup laris karena dalam hitungan saya dalam 30 menit penjaja lontong balap tak pernah berhenti menyiapkan pesanan lontong balap.

Filosofi Lontong Balap

Lontong Balap memang terdengar sedikit aneh, ada kata 'balap'. Tapi dengan penamaan Lontong Balap kita akan berimajinasi suasana balapan, yang riuh dan saling kejar, saling mendahului. 

Menurut cerita, penambahan kata Balap memiliki arti: tak mau kalah. Balap adalah kontestasi merebut pelanggan atau pembeli. Tak ada leyeh leyeh ketika ingin mendapatkan sesuatu. Semuanya harus dikejar. 

Dulu, penjaja Lontong Balap adalah pedagang yang mesti dipikul. Dengan beban berat, si pedagang berlarian mengejar calon pembeli. Situasi saling berlarian inilah yang menginspirasi orang menamai makanan ini: Lontong Balap.

Frasa 'Balap' juga disematkan pada jenis makanan dari kota Medan Mie Balap. Makanan yang biasa disantap saat sarapan ini sangat populer. Kalau di Surabaya ada Lontong Balap, di Medan ada Mie Balap. Keduanya biasa disantap sebagai sarapan pagi.

Frasa Balap memang terdengar enerjik, bertenaga dan cukup enak diucapkan. Maka tak hanya makanan , kini ada Sayur Balap, penjual aneka jenis sayur sayuran, bumbu dan berbagai bahan makanan. Sayur Balap buka sejak pagi sekali, bersaing dengan kehadiran pasar pagi.

Sayur balap menjadi alternatif ibu ibu yang ingin cepat memasak tanpa harus bersusah payah masuk ke dalam pasar yang ramai dan padat. Pedagang sayur balap mengambil celah market yang tak dimiliki sebuah pasar reguler. 

Dari Surabaya saya banyak mengambil hal menarik, Secara keseluruhan Surabaya merupakan kota yang bersih, lalu lintasnya teratur walau beberapa jalan macet dan nuansa semangat sepak bola sangat terasa. Mudah sekali melihat spanduk besar dukungan terhadap klub Persebaya, Bajul Ijo.

Lontong Balap sudah saya habiskan, perjalanan akan saya lanjutkan kembali. Surabaya, aku padamu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun