"Boleh dong pakai harga teman."Â
"Massa ga bisa pakai harga teman."
"Ini sudah pakai harga teman, kalau orang lain lebih mahal Bro."
Seperti itulah percakapan tentang "harga teman". Sebuah kalimat yang sering dipakai ketika ingin meminta harga khusus. Tapi uniknya, ketika percakapan ketiga, nampaknya si penjual malah menggunakan "harga teman" sebagai strategi marketing.
Penggunaan "harga teman" dalam percakapan transaksi bisnis kadang masih sering terdengar, kadang menggunakan kata yang sedikit berbeda tapi punya makna yang mirip dan serupa.
Seperti "harga saudara", "harga tetangga", "harga persahabatan" dan beberapa kata lain. Permintaan untuk meminta harga khusus ini seperti bermuka dua. Di satu sisi akan dipandang sebagai sebuah pemanfaatan hubungan pertemanan untuk mendapat privilege harga.Â
Hal ini ada yang menganggapnya mental miskin yang tidak mensupport bisnis teman malah minta harga khusus yang lebih murah. Bukan memberikan dukungan dengan membeli sesuai harga yang pantas (pasar), malah ingin menangguk keuntungan .
Seharusnya kalau melihat teman sedang berjuang dengan usahanya, bantu dengan ikut membeli produknya dengan harga normal. Bahkan ikut membantu mempromosikannya. Itu idealnya. Tapi untuk sebagian orang, meminta harga khusus kepada teman adalah hal yang lumrah saja. Toh, dengan memberikan harga khusus akan membuat persahabatan semakin erat.
Malah ada yang tak menerima uang pemberian dari teman, diberikan gratis. Tidak enak menerima dari teman yang hubungannya sangat dekat. Hal ini mungkin terjadi. Tapi biasanya teman yang bijak pasti menolak saat diberikan gratisan.Â
Dalam dunia bisnis, sejatinya tak ada "harga teman" atau "harga saudara". Semuanya harus dinilai dengan profesional. Sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan. Kalau hal ini terjadi secara umum bisa dibayangkan akan timbul kerugian bagi seorang pebisnis. Lebih baik punya teman sedikit daripada punya banyak teman tapi menggerogoti laba yang seharusnya didapat.