Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa Orang Tua Menitipkan Anak ke Daycare?

2 Agustus 2024   17:03 Diperbarui: 6 Agustus 2024   16:26 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Sumber gambar picjumbo_com via Pixabay

Berita penganiayaan anak di Daycare di Depok menjadi perhatian khalayak ramai. Hal yang tentu tak bisa diterima oleh akal sehat. Kasus kekerasan anak selalu menjadi berita viral. Pelakunya rata rata orang dekat, bisa anggota keluarga, babysitter, guru, atau orang yang berada dalam lingkungan rumah.. 

Orang yang seharusnya melindungi malah menjadi pelaku kekerasan. Daycare adalah save home bagi anak anak. Tempat mereka dititipkan orang tua masing masing. Anak anak ini bisa tinggal lebih dari 8 jam di Daycare, mulai dari makan, tidur, bermain, belajar hingga segala aktifitas lainnya.

Saya mendapatkan pengalaman melihat langsung keadaan Daycare beberapa bulan yang lalu. Seorang teman memiliki Daycare di wilayah Jakarta Selatan. Sebuah bangunan berlantai dua ini difungsikan sebagai Daycare, preschool, dan sekolah dasar.

Daycare yang dikelolanya memiliki cerita yang menarik, sejak memiliki anak, pasangan teman saya ini sudah merintis mendirikan Daycare. Pengguna jasa pertamanya adalah tetangga sebelah rumah. Hanya satu anak.  Tempatnya juga hanya dirumah. Anak tetangga yang dititipkan ini bermain dengan anaknya seharian.

Berjalannya waktu pengguna jasa Daycarenya semakin banyak, dari rumah pribadi, teman saya menyewa sebuah rumah khusus untuk daycare. 

Untuk memberikan pelayanan yang baik, pengasuh anak alias babysitter mulai dipekerjakan. Segala perlengkapan Daycare untuk bermain, belajar dan istirahat juga dilengkapi.

Prosesnya panjang dan penuh kesabaran. Tak sembarang orang bisa membangun Daycare yang baik dan profesional. Selain yang jadi pengguna jasanya adalah keluarga kelas menengah keatas. Tingkat keamanan, kenyamanan dan kepercayaan jadi hal yang selalu diperhatikan. Ceritanya penuh suka dan duka.

Komplain orang tua selalu ada , macam macam, mulai dari makanan, tempat istirahat, perlengkapan bermain dan yang paling sering adalah perilaku si pengasuh. Anak anak yang sudah bisa berbicara lancar, akan mudah mengadukan apa saja yang diterimanya selama di Daycare.

Perlakukan teman sesama di Daycare juga menjadi hal krusial, anak anak yang dititipkan di Daycare berasal dari berbagai macam latar belakang. Walau masih anak anak, mereka sudah memiliki sifat bawaan. Ada anak yang cepat sekali marah, mudah menangis, terlalu posesif, terlampau aktif, bahkan ada anak yang memiliki trauma di keluarganya.

Selama di Daycare saya mendapatkan cerita yang sangat banyak. Mengelola Daycare walau secara bisnis cukup menjanjikan tetapi resikonya besar. Dititipkan anak, buah hati yang sangat dicintai orang tuanya. Tentu bukan perkara mudah.

Maka untuk memasukkan anak ke Daycarenya, teman saya memiliki SOP yang cukup ketat. Orangtuanya harus bisa bekerjasama , terbuka, jujur dan paham akan situasi Daycare. 

Ketika dititipkan di Daycare anak yang dititipkan akan bergaul dengan anak anak lainnya. Berbeda usia, bercampur dengan orang dewasa yang merupakan para pengasuh dan guru. 

Orang Tua diwajibkan mengikuti sesi wawancara sehingga orang tua percaya dan yakin mau menitipkan anak di Daycare. 

Karena ada aturan, maka ada yang harus dipatuhi dan dipahamkan. Orangtua harus jujur bila ada hal khusus tentang anaknya, baik itu penyakit bawaan, kebiasaan atau perilaku yang harus disampaikan. Hal ini akan memudahkan anak bersosialisasi dan beradaptasi.

Teman saya menggabungkan Daycare , Preschool  untuk anak yang sudah berusia dua hingga empat  tahun. Anak anak ini akan bersekolah dari jam 8 hingga jam 11. Sedang anak yang berusia empat dan lima tahun akan disediakan Taman kanak kanak dengan jam yang hampir sama. 

Setelah anak bersekolah , anak anak akan beristirahat lalu makan siang dan setelah itu wajib tidur siang. Setelah tidur siang  jam dua   , adalah sesi bermain bebas untuk anak anak, berbagai macam mainan disediakan lalu sore hari waktunya mandi sore dan setelah itu kembali makan. 

Anak anak ini akan dijemput  orang tuanya masing masing  jam 18:00, bila orangtuanya harus pulang terlambat karena ada tugas lembur, anak masih bisa tetap berada di Daycare. 

Tentu dengan tambahan biaya perjam yang akan dikenakan. Teman saya juga memberikan fasilitas mengantar anak sampai ke rumah untuk orangtua yang tidak bisa menjemput.

Daycare antara kebutuhan dan Pendidikan Usia Dini.

Kesibukan orangtua yang bekerja, baik ayah dan bunda membuat anak harus ditinggal di rumah. Pilihannya bisa menyewa baby sitter atau asisten rumah tangga. Ini yang biasa dilakukan. Atau menitipkan ke keluarga dekat.

Saya juga mengalami hal yang serupa, di awal pernikahan saya dan istri sama sama bekerja. Untungnya, istri bekerja sebagai guru yang bekerja hanya setengah hari. 

Anak pertama dan kedua dititipkan ke asisten rumah tangga (ART) karena tidak ada Daycare di lingkungan rumah. Jam satu siang, istri sudah kembali ke rumah dan bersama anak anak kembali. Hal ini berlangsung hingga anak saya yang ketiga.

Menjaga anak bukan perkara mudah, asisten rumah tangga rata rata  tidak bertahan lama, biasanya 3-6 bulan sudah meminta berhenti. Jarang yang bisa bertahan hingga satu tahun. 

Kelemahan asisten rumah tangga , latar pendidikan yang rendah membuat mereka tidak bisa memberikan pendidikan anak usia dini yang baik. Hanya bertugas untuk  melayani makan, minum dan  kebersihan anak.

Anak saya yang keempat dititipkan ke keluarga tetangga, sejak masih berumur empat bulan. Tetangga saya ini memiliki anak yang seusia sehingga seperti merawat anak kembar. 

Sebenarnya tidak tega juga, bila pagi hari membawa anak yang masih bayi untuk dititipkan dan siang hari dijemput kembali. Tapi hanya itu pilihannya, tiga anak saya sudah bersekolah  saat itu, 

Ini Alasan Orangtua Menitipkan Anak ke Daycare

Menitipkan anak ke Daycare adalah pilihan, ada yang mau melakukan dan ada yang cukup menggunakan jasa ART atau babysitter. Namun ada keluarga yang menganggap anak lebih baik bila dititipkan ke Daycare, ada beberapa keunggulan yang dimiliki Daycare

Pertama, anak anak yang berada di Daycare lebih cepat bersosialisasi, memiliki teman bermain yang rata rata sebaya. Sehingga anak memiliki kepekaan, empati dan emosi yang tumbuh dengan baik. Anak selama di daycare akan terbebas dengan gadget. 

Kedua, untuk anak anak yang sedang belajar bicara. Berada di Daycare akan menghindari speech delay (keterlambatan bicara). Karena anak akan mendapatkan lingkungan yang penuh kosa kata. Sehingga anak akan cepat belajar bicara. Ada lawan bicara yang banyak ragamnya. Anak akan terpacu untuk belajar bicara dan menyimpan banyak kosa kata.

Ketiga, Anak akan mendapatkan ritme yang baik dan teratur. Kapan waktu tidur, makan , belajar dan bermain. Makanan yang disediakan rata rata makanan sehat dan terjamin.

Keempat, untuk Daycare yang menggabungkan dengan kegiatan sekolah, orangtua akan lebih mudah karena dalam satu waktu, anak juga bersekolah. Tak perlu antar jemput. 

Daycare memang pilihan karena biasanya untuk menitipkan anak di Daycare memerlukan biaya yang lumayan mahal. Tidak semua keluarga mampu untuk membayar biaya yang ditetapkan pengelola Daycare. 

Walaupun saya pernah menemui Daycare yang memiliki jiwa sosial ketika berada di Kota Mamuju, saat menangani pasca bencana gempa di tahun 2021. Sebuah rumah yang cukup besar, pemiliknya seorang ASN, kepala sekolah sebuah SMP

Biaya yang dikenakan disesuaikan dengan kemampuan orang tua, sehingga bagi orangtua hal ini sangat membantu. Apalagi bila orangtua tersebut adalah single parent yang harus bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Saya belum menemukan kembali Daycare seperti ini.

Daycare untuk Lansia

Daycare ternyata bukan hanya untuk balita dan anak anak. Ada Daycare khusus lansia. Di tempat ini yang dititipkan adalah orang yang sudah memasuki usia senja. Konsepnya mirip rumah panti jompo namun lansia ini tidak tinggal menginap, mereka bisa pergi dan pulang saat sang anak sudah kembali dari tempat kerjanya.

Lansia ini mendapat manfaat bersosialisasi, mengobrol dan berkomunikasi sesama lansia lainnya, selain ada program olahraga, permainan kreatif, bimbingan rohani dan hal lainnya. Untuk Daycare Lansia dibutuhkan tempat yang lebih luas. Tempat istirahat yang lebih representatif.

Menurut informasi teman saya ini Daycare Lansia jauh  lebih mahal ketimbang Daycare balita, mungkin karena penanganan dan tempat yang dibutuhkan jauh lebih rumit. Pengasuhnya juga lebih khusus dan memiliki tingkat kesabaran yang sangat tinggi.

***

Uniknya Daycare tidak hanya dititipkan anak yang kedua orang tuanya pergi bekerja, ada yang ibunya tidak bekerja namun karena ia istri pejabat sehingga sering banyak kegiatan di luar sehingga sang anak dititipkan di Daycare

Atau ada keluarga yang sebenarnya memiliki ART dirumah namun tetap lebih percaya menitipkan anak di Daycare, sekali lagi ini adalah pilihan orang tua mau dimana menitipkan anak. 

Tentu bagaimanapun, anak idealnya dididik langsung oleh orang tuanya terutama ibu. namun di zaman dimana semua berhak mengejar karir, baik laki laki atau wanita. Maka kesempatan untuk mendapatkan posisi pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup terbuka secara adil. 

Apalagi kebutuhan yang tinggi membutuhkan dana yang besar, dan itu hanya bisa tercapai bila suami dan istri keduanya mencari penghasilan secara bersama , yang akibatnya anak harus dititipkan di Daycare. Begitulah kehidupan, semoga semuanya dalam Lindungan Tuhan, Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun