Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenali Risiko dan Manfaat Pendidikan Nonformal

12 Juli 2024   15:11 Diperbarui: 12 Juli 2024   15:25 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risna Hasanudin sedang mengajari anak anak Suku Arfak (sumber: IG @hasanudinrisna)

Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi salah satu harapan untuk belajar keterampilan praktis, Lembaga Kursus dan Pelatihan bisa menjadi solusi bagi yang tidak mampu kuliah. Ditengah gonjang ganjing naiknya UKT dan mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi.

Pendidikan dari manapun asalnya tetaplah memberikan manfaat, ia menjadi alat untuk berkembangnya peradaban manusia. Mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis namun jangan lupa pendidikan moral dan akhlak menjadi hal penting yang jangan sampai terlupakan.

Negara melalui pemerintah menggunakan semua alat birokrasinya yang ada seharusnya aktif dalam perannya. memastikan anak anak bangsa mendapatkan hak yang sama dalam mengenyam pendidikan. 

Pendidikan yang mampu dijangkau dengan mudah, murah dan adil. Baik pendidikan formal dan nonformal. Keduanya akan saling melengkapi, menguatkan, dan memberikan manfaat besar. 

Membuat Rumah Baca Pintar

Saya sempat membuka perpustakaan di rumah, dan saya buka untuk umum. Ini saya buat karena ada beberapa teman menitipkan buku buku. Ditambah koleksi pribadi, saya pernah hitung sampai 1100 judul buku.

Dengan menambahkan rak buku, meja dan alas untuk lesehan jadilah Rumah Baca Pintar saya buat. Untuk menarik minat baca, saya buatkan flyer ke beberapa tempat strategis. Juga ke beberapa grup WA di perumahan.

Hasilnya belum maksimal, pengunjungnya rata rata anak anak. Koleksi buku anak anak saya terbatas sehingga sering membuat anak anak cepat bosan. Kebanyakan koleksi buku pribadi  rada rada berat dan tebal. 

Satu masalah yang paling utama, saya sering keluar kota saat itu, Rumah Baca sering tutup. Bisa berminggu minggu kalau saya keluar kota. Faktor inilah yang membuat Rumah Baca akhirnya sepi peminat.

Tapi saya tetap senang bisa membuat Rumah Baca, sampai hari ini rumah baca sebenarnya masih tetap buka. tapi karena lokasinya pindah ke rumah depan. Anak anak atau calon pengunjung rada rada segan. Perlu lokasi yang lebih terbuka. Dan satu lagi saya belum bisa meminjamkan buku, jadi harus baca ditempat. Banyak  buku tidak pernah kembali bila dipinjamkan teman. (mungkin lupaaa) 

Salam Bahagia...

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun