Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Rayuan atau Gertakan Bos, Apa yang Harus Dilakukan?

10 Juli 2024   16:40 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:59 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Bos di Tempat Kerja Marah | Image by Freepik

Dunia kerja memang menarik, 29 tahun 4 bulan saya menjalani dunia kerja, di beberapa jenis pekerjaan yang punya karakteristik yang sangat berbeda. Saking berbedanya sampai sampai saya sendiri tak habis pikir, kok bisa ya saya kerja di dunia yang berbeda dan tak saling terkait.

Biasanya orang bekerja dalam satu cluster, yang sesuai dengan skill atau latar belakang pekerjaan sebelumnya. Atau bekerja dalam satu bidang yang mirip. Jadi kalau pindah kerja dalam sekitaran  bidang tersebut saja, seperti yang dilakukan seorang teman yang dari awal bekerja sebagai HRD, selama 30 tahun kerja dan 3 kali pindah, ia tetap berada di bidang yang sama, HRD.

Beda dengan saya yang berpindah dari perusahan retail ke bidang pemberdayaan masyarakat petani di Kementan, lalu pindah ke perusahan riset lalu pindah ke lembaga sosial dan kemanusian, bahkan saya pernah menjadi guru SMA selama satu tahun. Sekarang saya memilih kerja mandiri tanpa seorang bos atau atasan. Ada yang menyebutkan Solopreneur. Semuanya dilakukan 'sorangan wae'.

Rayuan dan Gertakan Bos

Saya mengalami banyak "gaya bos" selama bekerja. Macam-macam gaya dan sifatnya. Bos saya di perusahaan retail seorang wanita yang karakternya galak, keras dan ceplas ceplos. Tidak peduli orang sakit hati atau tidak, yang penting apa yang ada dipikirannya terucapkan.

"Rayuan" yang dimilikinya adalah sifat memaksa. Ikuti atau kena gertakannya. Bagi bos, pekerjaan harus sesuai dengan keinginannya. Untungnya bos masih menerima masukan, walau sifatnya hanya sebagai opsi pilihan saja.

ILUSTRASI karikatur
ILUSTRASI karikatur "Rayuan atau Gertakan Bos" | Sumber: menggunakan Bing Creator AI

Punya bos bergaya seperti ini memang harus kuat mental dan perasaan. Arahannya adalah putusan yang sifatnya mengikat. Tak bisa dibantah kalau tak ingin kena marah. Sifat Bos seperti ini bisa membuat suasana kerja kurang nyaman.

Bahkan, menurut Dr Tiara Damayanti seorang psikolog klinis "tekanan atasan sering kali menimbulkan respon fight on flight dalam tubuh yang seharusnya hanya muncul saat keadaan darurat, ketika respon ini aktif terus menerus, tubuh mengalami dampak negatif seperti peningkatan tekanan darah, gangguan  tidur, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh. Dalam jangka panjangnya kondisi ini menyebabkan penyakit fisik yang serius".

Hal inilah yang saya alami di awal awal pekerjaan. Suasana kerja di kantor sering terbawa hingga menjadi mimpi buruk. Namun, seiring berjalannya waktu saya mampu beradaptasi dengan gaya bos. 

Yang saya lakukan adalah memahami karakter dan latar belakang bos, memahami bos memiliki gaya dan sifat tersebut. Saya juga berusaha memenuhi hal yang memang menjadi ekspektasinya, sejauh saya mampu dan tidak berefek negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun