keluarga itu pun akhirnya berdiri, pasrah. KRL terus berjalan. Jam kerja memang kereta sangat penuh. Setelah memasuki stasiun cisauk , gerbong mulai sesak. Tak lagi bisa bergerak. Tubuh mulai terkunci.
Aku memberanikan diri untuk menyapa salah satu anggota keluarga itu, suaminya. Menyarankan meminta untuk satu kursi reguler agar nenek bisa duduk. Seorang pemuda di sisi paling kanan nampak sibuk bermain ponsel. Masih berusia 20 tahunan, memakai tas ransel dan bertopi bisbol.
Dengan sopan, sang suami berbicara kepada pemuda itu untuk memberikan tempat duduknya. Pemuda itu bergeming tak bersedia memberikan tempat duduknya. Tak memberikan jawaban secara verbal tapi menolak dengan jelas lewat bahasa tubuhnya.
Sang suami menyerah, tak ingin membuat masalah. Sang Nenek diposisikan menjauhi pintu, satu langkah untuk mengurangi desakan penumpang yang terus bertambah. Dua balita, satu digendong ibu dan satu lagi digendong sang suami.
KRL memasuki stasiun rawa buntu, kereta sudah dalam kapasitas penuh maksimal, sudah saling dorong. Semua penumpang saling merapat, tak bisa lagi memilih akan menempel kepada siapa. Laki laki, wanita saling menempel. Sementara pemberitahuan  tentang pelecehan seksual diinfokan lewat speaker kereta.
Sebenarnya setiap penumpang merasa khawatir, terutama penumpang laki laki bisa dituduh melakukan pelecehan bila kebetulan karena padat menempel pada tubuh wanita yang tidak dikenalnya. Walau memang ada oknum yang memang memanfaatkan situasi.
Oknum itu bisa laki laki atau perempuan. KLR padat memang sulit membedakan mana orang yang terhimpit dengan orang yang sengaja menghimpit untuk 'mendapatkan' sensasi. KRL memasuki stasiun Sudimara. Hanya penumpang yang berani mendorong orang yang berdiri di pintu untuk bisa naik kereta. Yang di dalam kereta hanya pasrah semakin terhimpit. Tak berani protes yang akan di lawan dengan umpatan dari penumpang lain.
KRL masuk stasiun  Pondok ranji, KRL sudah tak bisa lagi dinaiki, penginfo di kereta sudah meminta penumpang tidak memaksakan diri dan diminta menunggu kereta berikutnya. Setelah itu penumpang terpaksa dan dipaksa untuk keluar gerbong, seorang nenek nampak tak sadarkan diri pingsan kekurangan oksigen. Sang suami nampak menggendong wanita sepuh itu keluar kereta diikuti 4  anggota keluarganya.
Dua petugas walka datang membantu , sibuk meminta bantuan lewat HT. Penumpang naik kembali memadati gerbong , kereta kembali menutup pintu dan melanjutkan perjalanan. Sementara pemuda yang dimintakan kursinya kembali tidur dengan lelap setelah melihat sejenak nenek yang tak sadarkan diri . Sambil bergumam pelan " Salah sendiri, naik pas jam kerja ".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H