Puisi Jokpin melewati semua batas, umur, suku, agama dan wawasan. Ia menjadi mewah dan menggelitik, kadang menelanjangi sehingga terhenyak. Oooo…begitulan Jokpin menguliti  kehidupan dengan puisinya.Â
Pemilihan judul seperti Perjamuan Khong Guan, dimana gambar legenda biskuit itu menyeruak menjadi hal hal yang tak terduga saat Jokpin mengisinya. Saat menikmati Khong Guan, suguhan puisi Jokpin mengalir , berlompatan, berjungkir balik yang inilah kenikmatan dalam menikmati senja di sebuah rumah yang dibeli dari uang yang sedikit.
Ponsel menjadi barang yang  di eksploitasi Jokpin dalam bait puisinya. Kegilaan manusia jaman sekarang yang tak pernah lepas benda ini sehingga Jokpin menyentilnya dengan nomer Tuhan yang tak pernah disapa.
Jokpin memang telah tiada, namun syairnya akan terus hidup. Hanya saja jari jarinya yang kurus kini tak lagi menghasilkan puisi ajaib. Entah kapan lagi Tuhan mengirimkan penyair dengan kejeniusan yang mirip mirip Jokpin.
Salam Bahagia,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H