Kecelakaan jatuhnya 2 pesawat EMB 314 Super Tucano di Pasuruan Jawa Timur meninggalkan duka yang mendalam. Empat perwira menengah TNI AU gugur dalam misi Latihan. Dua pesawat Super Tucano ini jatuh setelah hilang kontak pada pukul 11.18 WIB. Pesawat mengudara sekitar 20 menit setelah lepas landas dari Lanud Abdurahman Saleh Malang.
Dua pesawat Super Tucano  jatuh di lokasi berbeda, Super Tucano bernomor ekor TT- 3103 jatuh di ladang kentang di kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan ini menewaskan Kolonel Pnb Subhan (Komandan Wing 2 Lanud Abdulrahman Saleh) dan Mayor Pnb  Yuda A Seta. Peristiwa ini sempat dibuatkan video oleh warga setempat dan akhirnya viral di media sosial.
Sedangkan pesawat Super Tucano dengan nomor ekor TT-3111 yang diawaki Letkol Pnb Sandra Gunawan (Komandan Skadron udara 21) bersama Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya (Kepala Dinas Personel Lanud Abdulrahman Saleh) jatuh di lereng gunung yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger (TNBT). Kesaksian warga pesawat terbang rendah lalu jatuh menabrak lereng.
Menurut Kepala Dinas penerangan TNI AU, Marsekal pertama TNI R Agung Sasongkojati, dua pesawat ini tebang dalam formasi dengan dua pesawat lainnya total ada empat pesawat yang terbang. Namun setelah berada di udara keempat pesawat ini dihadang awan besar dan cuaca buruk sehingga harus berpisah dan membubarkan diri dari formasi. Namun nasib berkata lain, dua pesawat jatuh dengan kemungkinan saling bertabrakan atau saling bersenggolan di udara saat lepas formasi.
Pesawat Role Model yang Mampu Bertempur
Jatuhnya pesawat Super Tucano bukan pertama kali, pada 2016 juga terjadi kecelakaan pesawat Super Tucano yang dibeli Indonesia sebanyak 16 unit dari Brasil. Pesawat ini merupakan pengganti pesawat latih OV 10 Bronco yang telah di grounded karena usianya telah usang dan tak laik terbang.
Super Tucano merupakan pesawat latih lanjutan yang bisa digunakan juga untuk operasi militer dengan sasaran pengintaian, anti perang gerilya, close air support dan penyapu musuh yang berada di darat. Pesawat ini mampu terbang rendah dengan kecepatan terbatas untuk menyisir lawan yang berada di tempat terbuka atau hutan.
Sebagai pesawat counter insurgency (COIN) kemampuan Super Tucano didukung kelincahan bermanuver karena memiliki gaya gravitasi 7+ dan -3,5. Kemampuan ini disebut sebut setara dengan F 5 Tiger. Karena operasi pesawat lebih diutamakan untuk mendukung pasukan di darat maka pesawat  dipersenjatai jenis senjata mesin berat (SMB) berkaliber 12,7 mm jenis FN Herstal M3P. Selain itu Super Tucano juga mampu membawa berbagai bom, rudal yang bisa dicanteli di dua sayap dan body bawah pesawat.
Total berat bom dan rudal yang bisa dibawa 1.550 Kg,  jenis bom yang bisa dibawa MK-81/MK 82, bom cluster, rocket pod FFAR, dan rudal berpemandu laser seperti Maverick. Untuk menghadapi sesama pesawat alias duel di udara (dogfight). Super Tucano memiliki arsenal rudal anti pesawat jenis AIM-9L Sidewinder atau MAA-A1 Piranha.
Selain itu pertahan diri Super Tucano juga dibekali RWR (Radar Warning Receiver) lalu ada MAWS (Missile Approach Warning System) dan satu alat pertahanan bernama chaff/Flare Dispenser.
Untuk sebuah pesawat latih, Â Super Tucano juga memiliki sistem pertahanan diri yang lumayan keren. Yang paling menarik, dilengkapinya area cockpit dengan bahan baja Kevlar. Proteksi khusus di area cockpit karena pesawat ini sering melakukan terbang rendah untuk menyasar lawan didarat sehingga pesawat ini juga jadi sasaran empuk tembakan dari darat.
Pilot Super Tucano juga dibekali kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero untuk melakukan penyelamatan dalam keadaan darurat. Ini menjadi pertanyaan, kenapa pilot dan co-pilot tidak menggunakan kursi lontar saat pesawat dalam keadaan darurat ? Pertanyaan ini mungkin akan terjawab setelah investigasi kecelakaan selesai.
Untuk kegiatan malam hari Super Tucano juga dilengkapi perangkat FLIR (Forward Looking InfraRed)Â dengan kemampuan ini pilot pesawat mampu melakukan navigasi, identifikasi hingga membidik sasaran pada segala medan dan segala kondisi cuaca.
Pasca Tugas Kemanusian Membantu Rakyat Palestina
Kolonel Pnb Subhan merupakan sosok penting dalam operasi pengiriman bantuan kemanusian pemerintah Indoneisa untuk rakyat Palestina. Kolonel Pnb Subhan merupakan Mission Commander membawahi 44 anggota tim lainnya.
Dengan menggunakan 2 pesawat Hercules TNI AU dengan nomor S-1327 dan A-1328 dengan jumlah bantuan seberat 26 Ton. Perjalanan menuju Mesir harus menggunakan rute panjang , dari Bandara Halim Perdanakusuma -- Bandara  Sultan Iskandar Muda Banda Aceh- Yangon (Myanmar)- Mumbai (India)-Abu Dhabi (UEA)- dan final destination di bandara El Arish di Mesir.
Misi Penerbangan kemanusian selesai dilakukan dengan sukses dan selamat pada 8 November 2023, Sebuah tugas terakhir yang dilakukan Kolonel Pnb Subhan sebelum akhirnya gugur dalam misi latihan formasi. Duduk di baris kedua, pesawat memang sepenuhnya dikendalikan Mayor Yuda yang duduk di bangku pertama.
Misi terakhir Kolonel Pnb Subhan dan ketiga perwira lainnya. Sebuah pengabdian seorang prajurit dalam mengemban amanah negara. Gugur dalam tugas militer merupakan resiko yang harus dihadapi semua prajurit TNI.
Sesi latihan bisa jadi sama bahayanya dari misi operasi militer sesungguhnya. Seperti kecelakaan yang dialami kapal selam Nanggala 402 yang karam di perairan Bali pada 21 April 2021. Kapal selam yang membawa 53 awak itu terbelah menjadi tiga bagian dan ditemukan di kedalaman lebih dari 800 meter.
Prosedur dan Perawatan Alutsista TNI
Kecelakaan yang menimpa alutsista TNI memang kerap  kali terjadi, Sebagian pengamat memberikan catatan terhadap prosedur perawatan alutsista. Selain masih banyak alutsista yang telah berusia tua yang tentu membutuhkan perawatan ekstra.
Dengan dana yang tersedia TNI memiliki kewajiban menjaga semua alutsista agar tetap  memiliki performa yang baik saat dibutuhkan dan digunakan. Seperti latihan terbang formasi dengan empat pesawat Super Tucano merupakan sebuah kegiatan yang seharusnya aman.
Namun faktanya dua pesawat tidak pernah kembali ke pangkalan dan harus berakhir dalam tugas. Rakyat Indonesia tentu memiliki keinginan untuk melihat TNI yang kuat dan cukup dalam mengamankan seluruh wilayah Indonesia yang sangat luas.
Alutsista TNI yang dimiliki sangat dibutuhkan, baik dari sisi kualitas dan sisi kuantitas. Mengingat ancaman terhadap kedaulatan negara harus pertaruhkan setiap jengkalnya. Tentu mewujudkannya  membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sementara pos pos pengeluaran negara juga sangatlah besar. Tentu upaya memprioritaskan pengeluaran adalah hal  penting. Mendahulukan kepentingan negara dan rakyat, bukan hanya selera atas kemajuan yang ternyata hanya dinikmati segelintir orang saja.
Atau membangun sesuatu yang belum perlu dibangun. Menggelontorkan dana triliunan rupiah walau dengan mengajak investor swasta sekalipun. Bisa jadi alutsista TNi merupakan prioritas penting untuk mencegah perampokan di laut, penyelundupan melalui udara atau penerobos asing yang seenaknya masuk wilayah kedaulatan Indonesia.
Semoga ada pelajaran yang baik dari kecelakaan pesawat Super Tucano dan tidak ada lagi berita duka dari  pesawat TNI yang jatuh. Turut berduka cita yang sedalam dalamnya bagi keluarga TNI AU yang gugur dalam tugas, Semoga diberikan tempat terbaik, Aamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H