Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peluncuran Novel Kelir dan Novel Prasa dalam Tinjauan Budaya, Politik dan Gaya Hidup di Era Disrupsi

4 November 2023   07:39 Diperbarui: 4 November 2023   11:42 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Devie Matahari membacakan nukilan Novel Prasa (Dok : Pribadi)

Novel Kelir merupakan gabungan dari nilai klenik, politik dan bumbu percintaan. Novel yang sarat dengan nilai ini memang dianggap bukan 'jualan' ke anak milenial jaman now yang lebih menyukai drama drama korea atau drama asing  lainnya.

Setelah Sunu Wasono memberikan penilain untuk Novel Kelir, giliran Isson Khairul yang membedah Novel Prasa, operasi tanpa nama. Novel yang mengambil setting tentang seorang anak yang kehilangan ayah akibat sebuah konflik tanah. Penggambaran Novel Prasa adalah sebuah catatan atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.

Banyaknya kasus pelanggaran HAM yang tidak pernah tuntas ini menjadi catatan kelam atas penegakan hukum. Mas Yon Bayu mengungkapkan apa yang harus dilakukan melihat setiap rezim pemerintahan nampaknya tak ada yang serius untuk menyelesaikannya. Maka beban Sejarah ini harus dituntaskan, apakah pemberian maaf, atau excuse adalah langkah yang mungkin diambil.

Isson Khairul memberikan catatan Novel Prasa terlalu banyak memberikan fakta sehingga pembaca novel seperti diberondong. Hal ini kemungkinan penulis Novel ingin membeberkan fakta yang telah terjadi, sebagai upaya mengumpulkan  ingatan kolektif yang harus diselesaikan bersama sama. Apa yang harus dilakukan dalam kasus pelanggaran HAM.

Setelah penilaian Isson Khairul, dibuka sesi tanya jawab. Penanya pertama, Topik Irawan, Kompasianers asal Karawang ini mempertanyakan proses kreatif penulisan novel.setelah Topik, penanya berikut dari Dewi Puspasari, kompasianers yang menggawangi komunitas penggila film di kompasiana ini baru saja membidani lahirnya film "Ngidam", Dewi puspasari mempertanyakan dari mana pengetahuan penulis didapat dalam menuliskan hal klenik , apakah penulis novel pernah 'mondok' di padepokan ?

Penanya ketiga Kang Bugi pengelola komunitas Vlomaya di Bogor, kompasianers ini menanyakan pengaruh novel sastra terhadap perkembangan anak. Kang Bugi mencontohkan anaknya yang bebas memilih apa yang ia baca sehingga, anak tumbuh menurut apa yang ia suka.

Sesi tanya jawab memang berjalan dinamis dan menarik, para penanya berupaya mengulik lebih lengkap atas novel dan disangkut pautkan dengan perkembangan masa kini yang mengalami pergeseran. Jawaban para pemateri dan penulis cukup memuaskan. Ada silang pendapat dalam menjawab menjadi bumbu yang menarik. Perbedaan dalam melihat era milenial antara Isson Khairul dan Sunu Wasono cukup menarik dicermati.

Siang itu, minggu (29/10) saya sangat puas mendapatkan pencerahan, pengalaman dan informasi baru tentang banyak hal. Acara yang penuh 'protein' ini ditutup dengan sesi foto bersama dan beramah tamah dengan teman kompasiners lainnya. Keakraban terjalin hangat.

Setelah acara saya pulang berjalan kaki ke stasiun Cikini bersama Mas Agung Han dan Mas Rahab Ganendra. Sebuah perjalanan yang penuh inspirasi dari pengalaman Mas Rahab tentang Kesehatan. Kami berpisah di stasiun transit Manggarai. Mas Rahab melanjutkan perjalanan ke Bogor. Saya dan Mas Agung berganti kereta ke Stasiun Tanah Abang di jalur 6 dan jalur 7.

Novel Kelir dan Novel Prasa telah menjadi bagian Sejarah sastra dan budaya. Keduanya akan menjalani nasibnya masing masing. Mas Yon Bayu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya melahirkan Kelir dan Prasa. Dua putrinya diajak maju ke depan. Sebuah momen yang berkesan. Selamat Mas Yon Bayu, Indonesia kembali  memiliki dua novel berkualitas dan sarat nilai.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun