Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peluncuran Novel Kelir dan Novel Prasa dalam Tinjauan Budaya, Politik dan Gaya Hidup di Era Disrupsi

4 November 2023   07:39 Diperbarui: 4 November 2023   11:42 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianers aktif mengambil gambar (Dok : Pribadi)

Acara sudah berjalan, pembacaan nukilan Novel Kelir sudah dilakukan. Pembawa acara Mba Nuyang sedang memperkenalkan para pemateri yang ada di depan termasuk penulis Novel. Sudah duduk Sunu Wasono, Isson Khairul dan Mas Yon bayu. Ketiganya terlihat santai dengan suasana akrab. Di Antara peserta yang hadir sebagian besar saya kenal sebagai kompasianers, sebagian lagi baru saya lihat. Tampil dengan nyentrik, saya menduga mereka adalah para sastrawan, budayawan atau seniman.

Mba Nuyang cukup piawai memandu acara walau beberapa kali lupa dalam menyebutkan nama mas Yon Bayu yang menurutnya baru kenal dan akrab dalam 4 bulan terakhir. Sunu Wasono menjadi pemateri pertama yang membongkar Novel Kelir.

Novel ini berlatar belakang tentang ramalan kebangkintan kembali Kerajaan Majapahit setelah 500 tahun. Di sebuah tempat seorang laki laki bernama Ki Andong membangun sebuah petilasan Ki Anang Alas yang moksa di Gunung Candil.

Devie Matahari membacakan nukilan Novel Prasa (Dok : Pribadi)
Devie Matahari membacakan nukilan Novel Prasa (Dok : Pribadi)
Sunu Wasono menilai ada kemiripan Novel Kelir dengan Novel Ahmad Tohari yang sangat legend, Ronggeng Dukuh Paruk, novel ini sudah diangkat ke layar lebar. Dua novel berbeda zaman ini mengangkat hal yang sebenarnya menjadi budaya di sebuah tempat namun menyeleweng dari budaya mainstream.

Ki Anang Alas sendiri melakukan moksa karena tidak menerima agama Islam Ketika mulai menyebar saat Kerajaan Majapahit mulai redup, Raja Brawijaya  sebagai raja terakhir Majapahit memiliki dua versi cerita. Ada yang menuliskan menerima ajaran agama Islam dan versi kedua tidak menerima dan melakukan moksa ke sebuah tempat untuk menepi. Lokasi moksa Raja Brawijaya inilah yang menjadi misteri yang membuat banyak orang diam diam mencari dimana lokasinya.

Sunu Wasono mengungkapkan banyak lokasi yang akhirnya dijadikan tempat petilasan, ngalap berkah, tempat pemujaan , tempat semedi untuk berbagai motif keinginan. Seperti yang terjadi di Gunung Kawi, gunung Kemukus  dan berbagai tempat keramat lainnya.

Dalam Novel Kelir, nilai kejawen ditampilkan sebagai sebuah ritual, sebuah kepercayaan yang dianut Masyarakat jawa pada umumnya. Tokoh utama dalam Novel , Dyah menjelaskan kejawen kepada Paksi . Ia datang ke Padepokan yang dibangun sang Kakek, Ki Andong atau biasa disebut Kromo.

Selain nilai kejawen, Novel Kelir menampilkan pengaruh politik  yang samar namun cukup kuat. Pembangunan padepokan yang didalamnya ada makam Ki Anang Alas yang dipercaya sebagai salah satu prajurit Majapahit yang moksa. Pembangunan Padepokan dibiayai dan atas Prakarsa seorang Jenderal dari Jakarta.

Kompasianers aktif mengambil gambar (Dok : Pribadi)
Kompasianers aktif mengambil gambar (Dok : Pribadi)

Sunu Wasono dalam kritiknya, Novel Kelir masih kurang tajam dalam membahas tentang Sabdo, Ki Anang Alas. Menurut mantan dosen Universitas Indonesia yang suka main ketoprak ini, ada baiknya bila penulis menajamkan siapa Ki Anang Alas lantaran novel adalah produk fiksi yang bisa berkelit karena ruangnya sangat luas.

Sunu Wasono juga mengkritik penggunaan ejaan kata yang menurutnya kurang pas dalam tata Bahasa Indonesia yang baku. Walau hal ini bisa dijawab sebagai wilayahnya editor novel yang kurang jeli melihat ada ejaan kata yang tidak sesuai kaidah Bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun