Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Punya Tabungan tapi Miskin

3 November 2023   11:03 Diperbarui: 3 November 2023   16:43 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komitmen menabung (SHUTTERSTOCK/WILLIAM POTTER)

Di dalam KRL yang belum terisi penuh, seorang wanita muda berseloroh kepada temannya dengan nada bercanda "punya tabungan tapi miskin". Selorohan dengan nasa bercanda itu tampaknya tak membuat suasana menjadi panas, yang disebut miskin hanya tersenyum santai.

Saya yang berada di dekat kedua wanita muda dan mendengar selorohan itu cukup tertarik dengan perkataan "Punya Tabungan Tapi Miskin".

Aktivitas menabung memang sejatinya tidak secara langsung membuat orang jadi kaya raya atau tajir melintir. Memang orang kaya rata-rata memiliki tabungan dalam jumlah yang cukup, karena orang orang kaya paham betul ada situasi di masa depan yang kadang di luar prediksi.

Dalam sejarahnya, aktivitas menabung sudah dilakukan sejak manusia ada di muka bumi. Awalnya menabung tidak berbentuk uang, tapi berupa bahan makanan, hewan ternak, tanah atau benda berharga lainnya.

Menabung merupakan upaya manusia untuk bisa bertahan hidup seperti para petani biasanya akan menyisihkan hasil panen sebagai tabungan di masa paceklik. Hasil panen itu disimpan di dalam tempat yang aman.

Ilustrasi menabung (sumber via detik.com)
Ilustrasi menabung (sumber via detik.com)

Seorang nelayan juga melakukan tabungan dengan menyimpan hasil tangkapannya untuk diawetkan dengan cara diasinkan atau diasapkan. Hasil tangkapan yang telah diawetkan akan disimpan dan dimakan ketika angin barat atau saat tidak bisa melaut.

Orang orang modern saat ini tentu memiliki cara yang lebih baik dalam menabung. Uang, logam mulia, perhiasan. Metode menabung juga jauh lebih lengkap dan lebih mudah. Bahkan tak sekedar menabung, tapi juga sudah dilengkapi instrumen asuransi dan investasi. 

Jadi sekali mendayung, dua tiga pulang terlampaui. Sambil menabung, mendapat manfaat asuransi dan manfaat investasi. 

Benarkah Menabung Tetap Miskin?

Kembali ke selorohan dua wanita di KRL. Menabung memang bukan cara untuk menjadi kaya. Menabung menyisihkan sebagian dana untuk digunakan pada masa depan. Motif menabung untuk berbagai tujuan, ada yang menabung untuk membeli rumah, kendaraan, alat elektronik, atau untuk pendidikan, wisata, perjalanan ibadah hingga persiapan masa depan (masa tua).

Menabung bisa menggunakan uang atau dibelikan logam mulia. tentu ada perbedaan. Ada hitungan nilai uang masa depan, karena bisa tergerus inflasi. Namun bila menggunakan instrumen logam mulia, nilai uang bisa terjaga karena nilai logam mulia lebih stabil dalam jangka menengah dan panjang.

Maka pilihan menabung untuk tipe orang akan tergantung dengan tujuan dan motif menabung. Ada yang menabung untuk jangka pendek sehingga hanya perlu menabung di rekening bank reguler. 

Menabung tentu bukan instrumen investasi, sehingga orang yang rajin menabung akan terlihat tidak kaya raya. Malah akan mengurangi pengeluarannya karena disisihkan sebagian pendapatannya. Mungkin, dengan begitu sepintas akan terlihat orang yang menabung akan mengurangi makan di luar, mengurangi jalan jalan, mengurangi nonton film di mal, mengurangi belanja barang di marketplace, mengurangi hangout di cafe atau semua bentuk pengeluaran yang sifatnya konsumtif.

Saya menduga sebutan kata 'miskin' ini karena si teman wanita mengerem semua bentuk pengeluaran konsumtif dan dialihkan untuk menabung. Sehingga tercetuslah selorohan "Punya Tabungan Tapi Miskin".

Literasi Keuangan untuk Menabung

Kebiasaan menabung adalah hal yang baik dan harus dibiasakan sejak kanak-kanak. Dengan memiliki kebiasaan untuk menyisihkan uang jajan misalnya, anak anak akan memahami cara bijak untuk memperlakukan uang. 

Anak juga akan bisa menahan diri ketika berkeinginan memiliki barang yang disukainya. Orang tua bisa memfasilitasinya dengan menyediakan kaleng atau dompet khusus untuk menabung. Anak akan belajar manajemen keuangan sederhana sejak dini.

Sekolah biasanya juga memfasilitasi untuk siswa menabung, biasanya uang yang ditabung akan digunakan untuk biaya wisata akhir tahun atau bisa juga untuk membayar keperluan anak didik lainnya, seperti membeli peralatan sekolah, membeli buku atau lainnya.

Menyisihkan uang untuk menabung memang lebih sebagai instrumen berjaga jaga untuk kebutuhan masa depan yang diprediksi maupun tidak diprediksi, seperti yang saya alami sendiri saat tempat kerja tiba-tiba berhenti operasi. Tak ada pesangon, tak ada kompensasi apapun dari tempat kerja.

Beruntung saya memiliki tabungan yang jumlahnya lebih dari 6 bulan gajian normal, sehingga saya masih bisa bertahan sambil mencari peluang lain di lembaga baru. Bersyukur belum genap dua bulan saya sudah mendapat tempat kerja baru. Bayangkan bila saya tak memiliki tabungan maka akan timbul kesulitan keuangan yang bisa menyulitkan ekonomi keluarga.

Bila mengikuti pendapat perencana keuangan, untuk sebuah keluarga disarankan memiliki tabungan 12 kali dari gaji normal yang biasa diterima, sedang untuk jomblo memiliki tabungan 6 bulan gaji normal, sehingga bila terjadi PHK maka masih bisa bertahan sambil mencari alternatif pekerjaan baru.

Menabung merupakan kebiasaan yang baik, namun belajar manajemen keuangan lebih penting, belajar tentang investasi, asuransi dan pengamanan aset. Hidup kadang tidak bisa diprediksi, namun berjaga jaga jauh lebih penting. 

Jangan lupa bukan hanya masalah uang dan aset saja, namun menjaga kesehatan, kebahagian, keluarga dan pertemanan adalah 'investasi' yang wajib dimiliki.

Salam Bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun