Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nordianto, Mengubah Problem Pernikahan Anak dengan GenRengers, Edukasi Berbasis Local Champions untuk Indonesia yang Lebih Baik

6 Oktober 2023   15:15 Diperbarui: 6 Oktober 2023   21:45 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membangun Local Champion (IG Nordianto)

Perkawinan anak telah menjadi ancaman serius. Dalam rilis Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  (KemenPPPA) yang mengutip data Pengadilan Agama selama tahun 2022 ada 55 ribu pengajuan dispensasi menikah pada usia anak anak. Yang membuat miris pengajuan dispensasi ini diajukan karena hamil diluar nikah atau diajukan karena desakan orangtua yang menginginkan anaknya segera menikah karena sudah memiliki pacar.

Rata rata pengaju dispensasi berasal dari anak anak yang  berstatus siswa putus sekolah dari tingkat SD dan tingkat  SMP.. Anak anak ini banyak yang  berasal dari keluarga miskin yang tidak memiliki akses untuk mendapatkan edukasi yang layak tentang persiapan menikah. Sebagian besar tidak paham tentang tanggung jawab dalam mengelola rumah tangga. Tidak mendapatkan pendidikan seks yang masih dianggap tabu, terutama tentang kesehatan reproduksi sehingga banyak pasangan anak anak yang akhirnya bercerai muda.  

Mengutip data dari BKKBN, usia seks anak muda sekarang cenderung maju. Bila pada dekade tahun 80-90an, remaja baru mengerti urusan seks diusia 20 tahun keatas. Saat ini  remaja sudah mengenal dan melakukan seks diluar nikah sejak usia 16-17 tahun.

Yang mengerikan adalah munculnya prostitus anak yang terjadi akibat gagal setelah menikah muda. Janda yang baru berumur 17 tahun dan tidak memiliki ketrampilan dan tak memiliki ijazah yang memadai. Padahal mereka memilki beban anak yang harus dinafkahi. Keadaan ini yang membuat janda remaja ini terjebak dalam kasus prostitusi anak.

Layaknya lingkaran setan, kemiskinan,  putus sekolah,  pergaulan bebas,, pendidikan moral spiritual yang minim menjadi faktor terjadinya kehamilan diluar nikah. Hal ini menjadi salah satu sebab angka  pernikahan anak anak di Indonesia terus mengkhawatirkan.

Akibat dari pernikahan anak melahirkan persoalan serius, mulai dari masalah kesehatan baik fisik dan psikis, belum siapnya organ reproduksi membuat angka kematian ibu dan anak meningkat, anak yang dilahirkan seringkali mengalami stunting selain itu karena pasangan anak anak belum siap secara mental seringkali berujung dengan perceraian muda. Usia 17 tahun sudah menjadi janda dengan 1-2 anak.

Menurut data BPS pada 2022, Angka penikahan di bawah usia 15 tahun sebanyak 2,26%, rentang usia 16-18 tahun mencapai angka 19,24%  dan rentang 19-21 tahun mencapai angka 33,76%. Melihat data yang tercatat pada BPS maka masih ada 22 persen yang menikah dini, 33 % menikah muda. Kalau ditotal lebih dari 55% anak remaja  di Indonesia masih menikah dibawah angka yang disarankan pemerintah dalam UU Perkawinan yaitu telah berusia minimal 19 tahun.

Nordianto dalam kegiatan Internasional (IG Nordianto)
Nordianto dalam kegiatan Internasional (IG Nordianto)
Sang Champion Untuk Gerakan Edukasi Pernikahan anak

Kisah sedih dan miris akibat pernikahan anak yang terjadi di Indonesia sangat membahayakan masadepan generasi muda. Padahal Indonesia akan memasuki bonus demografi yang hanya sekali datang dalam sejarah bangsa .

 Hal itulah yang membuat seorang anak muda bernama Nordianto Hartoyo Sanan  kelahiran november 1994 dari kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Ia  terpanggil untuk membuat perubahan. Dalam data tahun 2016, tingkat pernikahan anak, Kalimantan Barat masuk dalam urutan nomer dua  terbesar secara nasional setelah Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut data BKKBN Kalimantan Barat tahun 2016   pernikahan anak anak sangat tinggi dengan  rasio penduduk 104 : 1000  padahal rasio angka nasional  34 : 1000. Itu berarti  tiga kali lebih tinggi.

Menurut angka BPS , masih ada 12,84% Wanita Kalimantan Barat yang menikah sebelum usia 18 tahun. Hal yang dialami sendiri oleh ibunda Nordianto. Menurut ibunya, bila saja tidak menikah dini, sang Ibu yakin bisa melakukan hal yang lebih baik. Pernikahan anak yang dilakukan sang ibunda menjadi pengalaman penting bagi Nordianto. Ibunya mengalami masalah kesehatan, mengalami beberapa kali keguguran dan beberapa masalah kesehatan reproduksi lainnya.

Kelak pengalaman ibunya menjadi salah satu  inspirasi  untuk Nurdianto  memulai kegiatan edukasi tentang pernikahan anak. Dengan semangat layaknya super hero, Anto - sebagaimana ia  biasa  disapa- membangun  GenRengers Educamp. Anto merupakan sarjana sastra dan bisnis.

Tahun 2016 menjadi titik awal Anto membuat aktifitas GenRengers Educamp. Kegiatan kemah yang memilki muatan untuk memberikan pemahaman bahaya dari seks bebas, kesehatan reproduksi, bahaya NAPZA. Membangun kemadirian ekonomi untuk  menghindari terjadinya pernikahan anak.

Diawal kegiatan bukan perkara mudah apa yang dilakukan Anto, kultur budaya, kebiasaan, rendahnya literasi membuat kegiatannya dicurigai para orangtua. Beberapakali Anto dipanggil pihak desa karena kegiatannya dianggap membuka hal tabu dan sensitif yang tidak pantas untuk dibicarakan kepada  anak anak.

Dalam wawancara jarak jauh,  Anto mengungkapkan telah memulai kegiatannya  sejak 2009 yang diawali karena kegelisahannya melihat banyak teman sebayanya harus menikah diusia sangat muda. Ditahun 2014 saat ia akan lulus kuliah, Anto menjuarai pemilihan ajang duta nasional. Uang hasil menang lomba itulah yang ia gunakan sebagai modal memulai kegiatannya.

Diawal, Anto hanya bersama dua temannya untuk menjadi pionir relawan. Jarak yang jauh yang harus ditempuh menjadi alasan Anto menyiapkan   'local champion' yang bisa menjadi agen perubahan  bahaya  pernikahan anak.  Dengan adanya 'local champion" akan memudahkan dalam menyebarkan informasi dan pemahaman tentang bahaya pernikahan anak  kepada lingkungannya masing masing.

Merubah stigma pernikahan anak perlu dilakukan secara bersama sama, khususnya melalui relawan yang massif tersebar dibanyak tempat. Untuk itulah GenRengers Educamp diadakan di hampir seluruh kota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Tercatat ada 14 kabupaten dan kota dan direduplikasi di 5 provinsi. GenRengers Educamp menjadi Gerakan perubahan mindset  bagi permasalahan dan dampak buruk pernikahan anak.

Membangun Local Champion (IG Nordianto)
Membangun Local Champion (IG Nordianto)
Seperti yang dialami peserta GenRengers Educamp bernama Adinda Aisyah Nindyani, yang saat ini duduk di bangku kelas XII SMAN 2 Sanggau. -Aisyah biasa ia disapa-. Sejak kelas 1 SMP , Aisyah sudah terlibat dalam edukasi pernikahan anak, ia bahkan berkeliling ke pelosok kabupaten Sanggau yang memiliki kasus pernikahan anak cukup tinggi.

Aisyah merupakan contoh bagaimana seorang remaja bisa menjadi pelopor bagi usia sebayanya. Ia dengan aktif melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman dengan cara tidak menggurui dan tidak menghakimi. Aisyah merupakan siswa berprestasi yang menjadi role model , ia pernah mengikuti pertukaran pelajar selama hampir 10 bulan di Westfield High School di Washington  Amerika Serikat.

Aisyah dalam wawancara jarak jauh memberikan testimoninya , berikut apa yang ia rasakan dan apa manfaat ketika ia ikut kegiatan GenRengers Educamp :

Awal mula aku bisa bergabung di GenRe dan mulai bergerak mengedukasi masyarakat tentang substansi-subtansi GenRe yang salah satunya adalah pernikahan anak adalah melalui GenRengers Educamp. Metode penyampaian edukasi yang dikemas di dalam GenRengers Educamp ini menurutku adalah suatu gebrakan yang sangat efektif dan to the point namun tetap merangkul audience dengan pendekatan yang berbeda dari proses edukasi pada umumnya. Hal inilah yang menurutku membuat GenRengers Educamp menjadi suatu program ataupun inovasi dalam mengedukasi khususnya tentang pernikahan anak di masayarakat terasa lebih 'sampai' dan mudah diterima oleh banyak kalangan. GenRengers Educamp ini sudah kami bawa sampai ke daerah yang sulit untuk diakses bahkan internet dan listrik pun susah, yang masyarakatnya masih minim terhadap edukasi pernikahan anak, alhamdulillah outputnya luar biasa, remaja maupun orangtua disana bisa menerima dengan sangat baik dan harapannya GenRengers Educamp ini dapat terus terlaksana sehingga bisa menekan angka pernikahan anak secara signifikan.

Dengan aktifitasnya yang luar biasa, Aisyah terpilih sebagai pemenang best speaker dan inspirative movement oleh GenRe Indonesia dan BKKBN Nasional pada bulan Juni 2023. Aisyah memang spesial dalam menyampaikan informasi penting tentang bahaya pernikahan anak. Ia menguasai permasalahan dan ia mahir manyampaikan kepada remaja lainnya. Sehingga 'local champion' yang diinginkan Anto telah mewujud nyata.

Remaja berprestasi yang mengenyam pendidikan dengan sangat baik. Energi positif inilah yang akan dihembuskan keseluruh anak remaja, bukan saja di Kalimanatan Barat tapi diseluruh Indonesia. Remaja yang sibuk melakukan hal berguna dan bermanfaat, bukan remaja yang terjebak pada pernikahan anak yang mengurung potensi dan cita citanya untuk menjadi penerus bangsa berkualitas.

Selain Aisyah , ada cerita sukses dari anak muda bernama Ya'M Andriyan Wijaya biasa disapa Iyan. Saat ini Iyan sedang menimba ilmu di fakultas Sosiologi di Universitas Tanjungpura. Iyan termasuk anak muda yang sangat bersemangat untuk menjadi relawan  GenRengers. Sama seperti Aisyah, Iyan telah mengikuti GenRengers Educamp pada tahun 2017. Pada tahun yang sama Iyan  sangat concern untuk isu anak, kesehatan reproduksi dan isu pernikahan anak.

Iyan mengungkapkan manfaat yang ia rasakan, dengan penuh semangat anak muda yang saat ini menjadi ketua Forum Anak se-Kalimantan Barat dan pernah menjadi Duta GenRe Kabupaten Sintang mengungkapkan, peran edukasi bahaya pernikahan anak dimulai sejak remaja dilakukan oleh remaja dan manfaatnya tentu untuk remaja itu sendiri. Iyan mengumpulkan remaja teman sebayanya untuk memberikan edukasi secara informal layaknya sedang  berdiskusi. Selain itu Iyan juga menjadi pendamping atau fasilitator bagi remaja yang menjadi binaannya. Sebagai pelapor dan pelopor untuk lingkungannya.

Iyan merupakan relawan yang dibentuk GenRengers Educamp, ia menyampaikan peran penting kegiatan edukasi kepada remaja untuk paham dan sadar akan bahaya pernikahan anak. Secara pribadi Iyan mengakui dirinya bisa meraih mimpi dan cita citanya saat ini  berkat ikut GenRengers, ia bisa menguasai public speaking, kepercayaan dirinya meningkat. Sehingga Iyan bisa berkontribusi untuk edukasi kepada sesama remaja lainnya. Iyan saat ini berada di Jakarta untuk mengikuti kegiatan belajar Merdeka di Universitas Negeri Jakarta.

Membentuk Local Champions, Relawan GenRengers (IG Nordianto)
Membentuk Local Champions, Relawan GenRengers (IG Nordianto)
Apa yang didapat Aisyah dan Iyan merupakan dua contoh sukses  dari ribuan anak remaja lainnya yang telah mengikuti GenRengers . Manfaat GenRengers Educamp terhadap anak anak sangat signifikan, menurut Anto terkumpul tak kurang dari 1000 relawan yang berpotensi menjadi local champion di wilayahnya masing masing.

Anto yang memiliki hobi hiking, menulis dan videography ini beberapa kali mengikuti ajang internasional, menjadi  delegasi Asia-Pacific untuk ajang Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro Brasil untuk mempresentasikan pandangan terkait isu pernikahan anak, sebuah isu global yang menjadi isu masalah bersama.

Saat ini Anto memiliki  banyak aktifitas yang cukup menyita waktunya. Salah satu profesi yang saat ini digelutinya sebagai Special education teacher . Anto juga merupakan conselor bagi keluarga pengungsi dampak perang Ukraina-Rusia (ukraininian refugees)

Anto yang pernah menjabat  Presiden Generasi Berencana  Indonesia (2016-2020) , sangat menginginkan  pentingnya pendidikan seks, membuka wadah partisipasi, pengembangan diri dan mewujudkan mimpi tanpa terjerat dengan masalah pergaulan bebas dan terjerembab dalam pernikahan anak yang memiliki dampak negatif. Kiprah Anto secara internasional sebagai volunteer untuk program Union European sebagai salah satu pengajar Cross Cultural Understanding yang bermarkas di Polandia. Tak banyak anak muda Indonesia yang memiliki peran lokal dan peran global seperti yang dilakukan Anto.

Peran penting yang sudah dijalankan Anto dan GenRengers EduCamp telah membuat perubahan nyata, dampak yang ditimbulkan memiliki korelasi dengan menurunnya angka pernikahan anak di Kalimantan Barat. Pada tahun 2016, Kalimantan Barat menempati nomer dua secara nasional saat ini telah menurun ke posisi 4. Tentu peran serta seluruh stake holder mulai dari pemerintah, LSM,  tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat , komunitas remaja, hingga local champion yang terbentuk.

Kiprah  yang dilakukan Anto dalam melakukan perubahan mindset dalam edukasi pernikahan anak sejalan dengan semangat ASTRA untuk perbuhan. Anto mendapat penghargaan dari program Semangat ASTRA Terpadu Untuk (SATU) Indonesia dalam bidang Kesehatan pada tahun 2018.  Program SATU Indonesia  diselenggarakan setiap tahun oleh ASTRA Internasional .

Saat ini tahun ke-14 gelaran  SATU Indonesia berkiprah dengan mengambil tema : Perubahan Hari ini Untuk Indonesia Lebih Baik. Apa yang dilakukan Anto merupakan perubahan besar yang dampaknya multiefek. Pernikahan anak berimbas pada beberapa hal mendasar. Ketahanan keluarga merupakan dasar dari terciptanya lingkungan yang baik. Negara yang sukses, dimulai dari keluarga keluarga yang berkualitas. Baik dari sisi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan spiritual.

 

Referensi :

Wawancara Jarak jauh dengan Nordianto , Adinda Aisyah Nindyani, Ya'M Andriyan Wijaya

Rilis Kemen PPPA

Data BPS

Data BKKBN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun