Nasib memang tak ada yang  bisa menerka. Seperti apa yang dialami sebagian anak anak dan wanita di Indonesia yang  belum mendapatkan kesempatan menerima pendidikan yang setara. Entah dengan alasan gender, alasan budaya, alasan ekonomi dan alasan lainnya.
Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang harus dinikmati di negeri ini. Tapi masih ada beberapa wilayah dipelosok negeri ini yang belum bisa mendapatkan pendidikan dengan layak. Seperti yang dialami sebagian anak anak dan  Wanita dari suku Arfak yang tinggal di dusun Kobrey .
Dusun Kobrey terletak di distrik Ransiki, Kabupaten Ransiki Manokwari Selatan  Butuh 4-5 jam perjalanan darat menuju  dusun  ini dari Ibukota provinsi Kota Manokwari,  ditempati sekitar 250 kepala keluarga (KK)  suku Arfak. Suku asli Papua ini termasuk suku terbesar di Papua yang menempati kepala burung pulau Papua.
Suku Arfak tersebar dibeberapa kabupaten. Mulai dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan, Kabupaten Pegunungan Arfak, Kabupaten Bintuni, Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Wondama. Luasnya persebaran suku Arfak menjadikan suku ini sebagai suku terbesar di Provinsi Papua Barat.
Risna Hasanudin, Wanita  pemilik nama lengkap  yang lahir di Banda Naira, 1 Februari 1988. Tempat bersejarah dimana para pejuang kemerdekaan pernah dibuang, Bung Hatta, Syahrir, dr Cipto Mangunkusumo adalah beberapa nama yang pernah merasakan masa pembuangan di pulau yang indah ini.
Â
Kuliah kerja nyata (KKN) menjadi awal perkenalan Risna Hasanudin dengan Papua. Ditahun 2006 Risna melakukan KKN di Papua, bukan saja alamnya yang eksotis menarik hati tapi segala hal tentang Papua membuat Risna jatuh hati.
Risna yang berkuliah di Kota Ambon menetapkan tekadnya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat saat ia melihat dengan langsung problematika yang dihadapi anak anak dan wanita di Papua . Sekolah belum menjadi prioritas utama. Banyak anak anak yang  tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis.
Terutama untuk anak anak wanita yang rata rata putus sekolah saat duduk di bangku sekolah dasar. Risna miris melihat kenyataan banyak anak anak suku Arfak akhirnya tertinggal dengan saudara lainnya yang tinggal di wilayah barat Indonesia.
Wanita  lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura ini memutuskan pindah dan tinggal di dusun Kombrey. Wanita pemberani ini tinggal disalah satu rumah warga. Sebuah pilihan hidup yang tidak biasa dilakukan anak muda seusianya.