Seperti yang juga dilakukan perusahan jasa transportasi Blue Bird, armada taksinya mengalami tekanan luar biasa. Pendapatan menurun, Uber, Grab, GoCar menyerbu sehingga pelanggan berpindah menggunakan aplikasi transportasi online.
Blue Bird merubah strategi dengan mengembangkan aplikasi online dan ikut bermitra dengan Gojek sehingga dari persaingan malah berubah menjadi kemitraan.
Perusahaan tetap beroperasi dan para pekerja (supir) tetap mendapatkan pendapatan. Begitulah era disrupsi. Siapa yang mampu melakukan adaptasi dan siap melakukan perubahan, maka bisnis masih tetap bertahan.
Saya menduga, Toko Buku Gunung Agung tidak berhasil mengatasi beban operasional dan tidak mampu mengikuti perkembangan era digital dan tidak bisa melakukan perubahan dalam marketing.
Kenangan saya membaca buku gratis di Toko Gunung Agung masih saya ingat dengan baik. Dari toko besar inilah saya mengenal banyak novel dan buku bacaan lainnya. Berdiri dengan mata tetap fokus pada buku, sambil sesekali melirik satpam yang datang bolak-balik.
Saya sesekali juga membeli peralatan sekolah di Toko Gunung Agung karena tampilannya keren dan tidak ada di toko buku kecil. Saya mengoleksi buku karya Hilman yang terkenal, Lupus .
Saya juga selalu menyempatkan ke toko buku setiap kali keluar kota. Biasanya saya akan membeli satu buku sebagai souvenir dan bukti saya pernah datang ke kota ini dengan menuliskan di halaman pertama buku yang saya beli.
Salam BahagiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H