Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Karier Harus Melalui Jalur Gelar Sarjana

25 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 27 Agustus 2023   01:55 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pekerja Kantor | Sumber : Pexels

Di saat ekonomi sedang mengalami tekanan berat dan perusahaan juga mengalami kesulitan keuangan. Saya hanya berpikir sederhana, bila saya terkena pengurangan karyawan paling tidak status saya bukan pengangguran tapi mahasiswa. 

Maka di pertengahan 1998 saya mendaftar di sebuah kampus yang mengadakan kelas malam untuk karyawan. Memang 99% teman kuliah saya adalah karyawan dari berbagai perusahaan di sekitaran Jakarta.

Ada yang berasal dari bank, perusahaan logistik, perusahaan manufaktur dan bermacam jenis perusahaan lainnya. Mereka datang untuk mengejar mimpi menjadi sarjana strata 1 yang dijanjikan bisa digunakan untuk promosi jabatan di perusahaan masing-masing. Mimpi yang sama.

Selama kuliah saya berhasil meminta izin untuk pulang lebih cepat. Biasanya 1 jam sebelum jam pulang normal. Lokasi kantor saya ketika itu berada di kawasan Lippo Karawaci Tangerang sedang kampus berada di Kemayoran Jakarta pusat.

Perjalanan Karawaci -- Kemayoran bukan perjalanan mudah di tahun 98, tidak ada bus TransJakarta, tak ada ojek online, tidak tersambung dengan jalur Commuterline. Hanya mengandalkan bus patas dari Karawaci ke Senen, dari Senen berganti metromini hingga di depan kampus.

Dari kantor di Lippo Karawaci saya naik angkot hingga halte bus di dekat pintu masuk tol Tangerang-Jakarta. Untungnya saya melawan arus balik. Tapi kemacetan tetap saja saya rasakan ketika mendekati Jakarta, apalagi pas masuk Tomang ke arah Senen.

Kehilangan Jam Kuliah Pertama

Perjalanan panjang Tangerang-Jakarta memang seperti kutukan. Dispensasi waktu yang hanya 1 jam membuat saya kehilangan jam pertama yang dimulai tepat jam 17:00, saya baru sampai kampus di jam 18:00. Itu pun saya harus shalat maghrib terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

Alhasil saya hanya punya waktu 30 menit untuk jam pertama, tapi bila perjalanan sedang macet parah karena ada demo di depan MPR/DPR saya akan terlambat hingga jam 19:00. Jam pertama sudah selesai, kejadian kehilangan jam pertama bukan sekali dua kali tapi sudah berkali-kali.

Sehingga pernah satu kali saya dicoret dari jadwal kuliah oleh salah satu dosen karena dianggap sering mangkir, walaupun saya sudah jelaskan berkali-kali alasan ketidakhadiran saya di jam pertama.

Parahnya saya juga tidak diizinkan untuk ikut ujian akhir semester (UAS) karena tak memenuhi jumlah absen yang disyaratkan. Kalau sudah begini saya akan melaporkan ke Ketua Jurusan bahkan sampai pimpinan kampus tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun