Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pedagang yang Hanya Muncul Menjelang Perayaan 17 Agustus Serie Kemerdekaan #1

1 Agustus 2023   14:10 Diperbarui: 1 Agustus 2023   14:12 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Kemerdekaan 17 Agustus selalu disambut meriah dari kota besar hingga pelosok negeri. Seluruh kawula , baik kawula tua, muda hingga kawula zaman now menyambut dengan caranya masing masing.

Saya tak ketinggalan untuk memotret kemeriahan perayaan kemerdekaan ke-78. Dan yang paling mencolok adalah pedagang musiman yang cuma muncul saat menjelang tanggal 17 Agustus.Rasanya tak lengkap bila tak ada pedagang pedagang ini. Mereka menjajakan dagangan-nya tepat dipinggir jalan raya. Lokasi strategis yang mudah dilihat calon pembeli.

Saya secara sengaja berkeliling menggunakan sepeda motor untuk melihat geliat pedagang musiman 17 Agustusan. Dalam hitungan saya didalam komplek perumahan saja sudah ada 4 pedagang yang  men-display pernak pernik bendera, umbul umbul dan aksesoris lainnya.

Pedagang ini membentangkan tali tali memanjang. Bendera dan umbul umbul dipasang pada tali tali. Berkibaran tertiup angin seakan ingin mengingatkan "sambutlah kemedekaan ini dengan jiwa nasionalis dengan membeli bendera atau aksesoris lainnya"

Tentu warna yang paling dominan adalah warna merah dan putih ditambah beberapa ornamen lainnya. Bendera yang dipajang berbagai ukuran , dari ukuran besar, menengah dan bendera kecil yang cocok dipasang di kendaraan roda dua dan roda empat.

Selain itu pedagang  juga menyediakan bendera merah putih dari plastik dan kertas yang biasanya dipasang menggunakan bentangan benang dan dipasang di jalan atau di gang.

Selain pedagang bendera yang muncul disetiap akhir Juli hingga Agustus ini, adalah pedagang kaos kemerdekaan RI , pedagang musiman ini menawarkan kaos kaos berwarna merah , putih atau gabungan merah dan putih. Kaos ini sudah disablon khusus dengan gambar burung garuda atau tulisan  dirgahayu kemerdekaan RI dan berbagai kalimat kalimat patriotik lainnya.

Biasanya pedagang kaos menyediakan berbagai ukuran , baik ukuran dewasa hingga anak anak. Memang ukuran anak anak jauh lebih banyak. Karena biasanya penggemar loyal kaos ini adalah anak anak. Cara display pedagang kaos hampir mirip dengan pedangam bendera, memajang dengan tali atau batang besi.

Selian dua pedagang ini masih ada pedagang yang menjajakan bambu yang sudah dicat warna merah putih, lalu ada pedagang batang pohon pinang yang sudah dipasangi penyangga bambu untuk meletakan barang barang hadiah.

Batang pohon pinang ini dijual untuk permainan legendaris yang hanya dimainkan saat 17 Agustusan yaitu panjat pinang yang batangnya sudah dilumuri cairan licin yang menyulitkan orang untuk naik.

Asal Muasal Pedagang Musiman

Pedagang musiman merupakan jenis bisnis yang mengandalkan momentum waktu, event, produk (buah musiman)  dan tentunya perayaan besar. Baik perayaan  nasional atau perayaan keagamaan hingga event yang sengaja diadakan. Pedagang musiman sudah paham waktu terbaik, lokasi strategis hingga daya beli sebuah lokasi.

Walau berdagang berdasarkan momentum, pedagang musiman bisa meraup keuntungan yang lumayan besar . Bahkan mereka terbiasa bersaing dalam lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pedagang lainnya. Saling berhadapan atau saling bersebelahan , bisnis mereka tetap moncer.

Pedagang musiman di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu, saya mencoba  mencari literatur sejak kapan pedagang musiman muncul. Tercatat pedagang kecil tergambar pada salah satu relief candi Borobudur, bila mengikuti waktu candi Borobudur dibangaun, maka sejak abad ke 8 sudah ada pedagang kecil . Apakah pedagang ini masuk dalam kategori pedagang musiman memang tidak terinformasi.

Paling tidak sudah tercatat bahwa pedagang kecil merupakan sektor yang sudah ada sejak zaman kerajaan kerajaan Nusantara hingga hari ini.

Kemerdekaan Indonesia memang layak dirayakan baik dengan simbol simbol maupun dengan aksesoris yang menambah keriuhan dan keramaian. Ada geliat ekonomi yang berputar ketika perayaan kemerdekaan, suatu hal yang positif.

Sejarah Bendera Pusaka Merah Putih

Bendera yang dijual pedagang musiman  dengan berbagai ukuran yang belum masuk dalam kriteria bendera negara . Bila merujuk ukuran bendera resmi kenegaraan adalah persegi panjang, dengan rasio panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Itulah ukuran bendera yang pertama kali dijahit oleh Fatmawati sebelum proklamasi.

Bung Karno sendiri yang memerintahkan salah seorang kepercayaannya mengambil kain di gudang pintu air lalu dibawa ke kediamannya di Pegangsaan Timur nomer 56. Kain berwarna merah dan putih itu terbuat dari kain katun halus. Lalu kain itu dijahit tangan oleh Fatmawati. Pengerjaannya dilakukan berhari hari bahkan harus lembur.

Walau belum tahu kapan bendera akan dikibarkan, Fatmawati tetap menjahit bendera dan meyakini bendera ini kelak akan menjadi bagian dari sejarah penting bangsa Indonesia.

Perbedaan pendapat dikalangan pemuda dan kalangan tua tentang kapan di proklamasikan berujung dengan peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Pasca peristiwa inilah proklamasi kemerdekaan dibuat dengan  tulis tangan Bung karno lalu diketik oleh Sayuti Melik di rumah Laksamana Maeda di jalan Diponegoro.

Jum'at pagi sekitar jam 10 , halaman rumah Bung Karno menjadi saksi pembacaan proklamasi kemerdekaan. Ada seremoni pengibaran bendera merah putih saat itu. Semuanya berlangsung cepat mengingat saat itu Jakarta sedang mencekam karena Jepang belum menunjukkan menyerah. Apalagi baru beberapa hari dua kota mereka di bom atom, Nagasaki dan Hiroshima.

Suasana saat itu memang sangat tidak kondusif, Bung Karno berpikir untuk meminimalkan bahaya terhadap penduduk sipil. Apalagi bulan itu juga bulan Ramadhan, yang mayoritas umat islam sedang berpuasa.

Informasi Proklamasi Kemerdekaan memang masih terbatas, karena teknologi yang tersedia dan menjaga keamanan secara keseluruhan. Bahkan ada tokoh pergerakan nasional yang baru tahu proklamasi kemerdekaan beberapa hari berikutnya.

Bendara  merah putih disimpan Bung Karno lalu ketika harus pindah Ibukota ke Yogyakarta pada saat agresi militer sekutu , bendera  merah putih juga turut dibawa ke Yogyakarta.

Pun saat Bung Karno harus menjalani pengasingan oleh militer sekutu yang ditumpangi Belanda ke Bangka Belitung, Bendera merah putih dititipkan Bung Karno kepada ajudan kepercayaannya , Husein Muntahar.

Untuk menjaga keamanan, bendera  merah putih di pisahkan warna merah dan warna putih dalam dua bagian dan disimpan dalam dua tas berbeda.

Baru pada tahun 1949 bendera kembali dijahit atas permintaan Bung Karno dan dikibarkan pada perayaan kemerdekaan 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.

Bendera Merah Putih yang dijahit Ibu Negara pertama di Indonesia ini selalu dikibarkan saat perayaan 17 Agustus di Istana Merdeka di Jakarta dan sejak 1958 ditetapkan sebagai bendera pusaka.

Perayaan Kemerdekaan 17 Agustus 1968 adalah tahun terakhir Bendera pusaka merah putih berkibar di Istana Merdeka. Karena alasan kain bendera termakan usia dan warna yang memudar, bendera pusaka disimpan dan digantikan oleh bendera duplikat yang baru.

Begitulah kisah bendara pusaka Merah Putih yang telah 'mengangkasa' di atas tiang bendera. Sebuah kebanggaan dan kehormatan bendera pusaka merah putih. Untuk memasangnya tak sembarangan ada aturan aturannya. Hormat sempurna untuk Sang Saka Merah Putih. Merah jiwanya, Putih Badannya.

Selama Agustus, saya berencana menulis  17 artikel khusus kemerdekaan dan inilah artikel pertama. Saya berharap ada masukan, kritik membangun yang bisa dituliskan di kolom komentar. Terima kasih telah membaca artikel sedehana ini.

Salam Bahagia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun