Pedagang musiman merupakan jenis bisnis yang mengandalkan momentum waktu, event, produk (buah musiman)  dan tentunya perayaan besar. Baik perayaan  nasional atau perayaan keagamaan hingga event yang sengaja diadakan. Pedagang musiman sudah paham waktu terbaik, lokasi strategis hingga daya beli sebuah lokasi.
Walau berdagang berdasarkan momentum, pedagang musiman bisa meraup keuntungan yang lumayan besar . Bahkan mereka terbiasa bersaing dalam lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pedagang lainnya. Saling berhadapan atau saling bersebelahan , bisnis mereka tetap moncer.
Pedagang musiman di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu, saya mencoba  mencari literatur sejak kapan pedagang musiman muncul. Tercatat pedagang kecil tergambar pada salah satu relief candi Borobudur, bila mengikuti waktu candi Borobudur dibangaun, maka sejak abad ke 8 sudah ada pedagang kecil . Apakah pedagang ini masuk dalam kategori pedagang musiman memang tidak terinformasi.
Paling tidak sudah tercatat bahwa pedagang kecil merupakan sektor yang sudah ada sejak zaman kerajaan kerajaan Nusantara hingga hari ini.
Kemerdekaan Indonesia memang layak dirayakan baik dengan simbol simbol maupun dengan aksesoris yang menambah keriuhan dan keramaian. Ada geliat ekonomi yang berputar ketika perayaan kemerdekaan, suatu hal yang positif.
Sejarah Bendera Pusaka Merah Putih
Bendera yang dijual pedagang musiman  dengan berbagai ukuran yang belum masuk dalam kriteria bendera negara . Bila merujuk ukuran bendera resmi kenegaraan adalah persegi panjang, dengan rasio panjang 3 meter dan lebar 2 meter. Itulah ukuran bendera yang pertama kali dijahit oleh Fatmawati sebelum proklamasi.
Bung Karno sendiri yang memerintahkan salah seorang kepercayaannya mengambil kain di gudang pintu air lalu dibawa ke kediamannya di Pegangsaan Timur nomer 56. Kain berwarna merah dan putih itu terbuat dari kain katun halus. Lalu kain itu dijahit tangan oleh Fatmawati. Pengerjaannya dilakukan berhari hari bahkan harus lembur.
Walau belum tahu kapan bendera akan dikibarkan, Fatmawati tetap menjahit bendera dan meyakini bendera ini kelak akan menjadi bagian dari sejarah penting bangsa Indonesia.
Perbedaan pendapat dikalangan pemuda dan kalangan tua tentang kapan di proklamasikan berujung dengan peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Pasca peristiwa inilah proklamasi kemerdekaan dibuat dengan  tulis tangan Bung karno lalu diketik oleh Sayuti Melik di rumah Laksamana Maeda di jalan Diponegoro.
Jum'at pagi sekitar jam 10 , halaman rumah Bung Karno menjadi saksi pembacaan proklamasi kemerdekaan. Ada seremoni pengibaran bendera merah putih saat itu. Semuanya berlangsung cepat mengingat saat itu Jakarta sedang mencekam karena Jepang belum menunjukkan menyerah. Apalagi baru beberapa hari dua kota mereka di bom atom, Nagasaki dan Hiroshima.