Kelas 3 adalah kelas campuran, bisa digunakan untuk pengusaha pribimi, pejabat menengah pribumi  (abteenar) dengan tiket sebesar 1,20 gulden masih ada kelas inlander khusus yang diisi oleh pegawai pribumi rendahan atau pengusaha kecil dengan tiket 0,8 gulden. Terakhir ada kelas Inlander yang bisa diisi rakyat jelata  dengan tarif 0,24 gulden.
Pembagian kelas kereta tentu juga diiringi fasilitas yang didapat walau tetap ada aturan rasis didalamnya. Hal yang akhirnya dilenyapkan ketika Indonesia merdeka. Saat ini untuk tiket Rangkasbitung- tanah Abang hanya dibutuh uang tak lebih dari Rp 10.000 dan siapapun boleh naik kereta.
Stasiun Rangkasbitung saat ini selain melayani  jalur KRL Rangjasbitung -Tanah Abang juga melayani kereta api ekonomi jalur Rangkasbitung-Merak.
Fatmawati dan Stasiun Rangkasbitung
Ibu negara pertama Indonesia itu masih terlihat belia, gadis asal Bengkulu itu diantar keluarganya menuju Jakarta untuk menemui kekasih hatinya yang sudah resmi menikahinya pada 1 Juni 1943 walau dengan cara yang unik. Pernikahan Bung karno dengan Fatmawati sejatinya tidak dihadiri sang mempelai pria yang sedang berjuang di Jakarta.
Sang mempelai laki laki diwakili tokoh masyarakat yang juga sahabat karib Bung Karno. Pernikahan jarak jauh ini berjalan khidmat. Andai saja zaman itu sudah ada internet dan fasilitas video call pasti pernikahan tersebut juga akan menggunakan fasilitas digital zaman now.
Setelah pesta pernikahan yang secara umur juga cukup terpaut jauh, cinta Bung Karno  mengalir lewat surat surat yang dititipkan secara khusus. Saat itu Jepang sudah mendarat di pulau jawa, sumatera dan beberapa pulau besar di Indonesia.
Perjalanan Fatmawati terpaksa harus dilalui dengan rahasia mengingat keadaan tidak stabil. Setelah disusupkan dengan berganti kendaraan dan diseberangkan dengan kapal menuju Pelabuhan di Banten. Sesampainya Fatmawati dan rombongan keluarga dijemput menggunakan mobil menuju Rangkasbitung.
Bung Karno Ketika itu sudah mengatur perjanan sang kekasih hatinya, seorang camat di Rangkasbitung menerima rombongan dan menginap di rumah sang camat. Uniknya , sang sahabat Bung Karno ini tak tahu bila rombongan asal Bengkulu ini adalah istri Bung karno.
Baru pada malam hari Ketika jamuan makan malam Fatmawati bercerita bahwa dirinya telah dinikahi Bung Karno. Sang Sahabat tentu kaget karena berita pernikan Bung Karno tak pernah tersiar di koran atau media besar saat itu.