Aku langsung dibawa menggunakan sepeda motor ke Puskesmas kecamatan yang jaraknya sekitar 3 km. Saat itu hari minggu puskesmas tentu tutup. Tapi Wan Mad tahu kemana ia harus menyelamatkan aku yag terluka.
Yang aku ingat saat itu sedang ada pertandinagn bola volley didekat puskesmas. Saat aku dan Wan Mad tiba di Puskesmas pertandingan langsung terhenti. Seorang laki laki bercelana pendek segera datang menghampiri.
Wan Mad langsung meminta laki laki yang ternyata seorang perawat  untuk segera mengobati lukaku dengan alasan terkena golok . Beberapa orang juga akhirnya datang mengerumunii aku dan Wan Mad. Beberapa orang bertanya dengan menggunakan Bahasa lampung yang aku pahami. Nampaknya mereka sudah bisa menduga luka yang aku alami karena belajar ilmu kebal.
Rupanya Wan Mad sudah banyak dikenal orang memiliki ilmu kebal sehingga mereka dengan cepat bisa menebak aku belajar ilmu kebal.
Wan Mad tak banyak menjawab pertanyaan orang orang yang nampak kepo. Ia segera membawaku masuk kedalam ruang pengobatan. Sebuah ruangan bercat putih dengan ukuran 4 x 4 meter. Aku diminta segera berbaring di kasur khusus pasien.
Dengan cekatan lelaki yang masih menggunakan kaos dan celana pendek itu memeriksa lukaku. Dan tersenyum bahwa Lukaku tidak dalam dan bisa dijahit. Aku diminta untuk tenang dan memberikan semangat untuk 'belajar' lagi dengan baik.
Laki laki itu dengan cepat menyiapkan suntikan bius lokal lalu menyiapkan perlengkapan untuk menjahit luka. Proses penjahitan berjalan cukup cepat. Laki laki itu terus mengajakku mengobrol atau bertanya yang sebenarnya tidak terlalu penting. Mungkin ia ingin mengalihkan agar aku nyaman dan tidak ketakutan ketika dijahit.
Ada tujuh jahitan untuk menutup luka dilenganku. Setelah itu laki laki itu memberikan beberapa obat yang aku duga obat penghilang rasa sakit dan vitamin.
Proses penyelamatan berjalan sukses, walau akhirnya mendapat luka aku bersyukur bisa segera mendapat pertolongan. Wam Mad dan aku kembali ke rumah yang langsung disambut oleh keluarga besarku. Yang aku ingat hingga tulisan ini dibuat, mereka tetap meminta aku belajar ilmu kebal kembali.
Sebuah permintaan yang tak pernah aku jalani lagi. Aku memutuskan tidak akan belajar ilmu ilmu seperti ini. Dengan tegas aku katakan kepada ayah bahwa aku tidak mau lagi belajar ilmu kebal.
Pelajaran penting yang aku dapatkan hari itu adalah  jangan takut untuk menolak apa yang membuat ragu. Harusnya aku berani menolak 'uji coba' ilmu kebal itu.