Artikel ini lanjutan dari artikel sebelumnya, sila baca disiniÂ
Peristiwa ini masih aku ingat, cukup menyebalkan. Masih berhubungan dengan kawasan senen. Aku punya teman SMP. Aku lupa namanya. blasteran Indonesia -- Jepang. Temanku ini memang aneh bin ajaib. Entah karena masa puber yang tak terkendali. Ia ingin memiliki kartu remi 'khusus dewasa' .
Dan tempat membeli barang seperti itu berada dikawasan merah Senen. Awalnya aku menolak karena ngeri dengan kriminalitas di Senen. Tapi karena temanku terus merajuk dan iming iming dibayarin nonton film Perwira Ksatria yang dibintangi Dede Yusuf aku akhirnya setuju menemaninya.
Dan benar begitu masuk kawasan ini, banyak calo menawari video, buku dan remi 'dewasa' . Aku yang berlaga sok tau tidak menggubris sampai masuk ke lokasi yang paling aman. Transaksi temanku berjalan alot karena harga yang ditawarkan mahal.
Aku memutuskan untuk berpindah penjual. Benar saja begitu akan berpindah penjual harga langsung berubah lebih murah. Transaksi berhasil. Satu paket remi 'dewasa' telah berpindah tangan.
Aku dan temenku segera keluar dan berjalan cepat mencari posisi aman. Langsung naik metromini duduk dibangku depan. Sejauh itu aman.
Sampai di Cempaka putih, temanku sibuk melihat remi dengan wajah 'mupeng'. Aku geleng geleng kepala melihat kelakuan temanku ini. Aku sendiri tak tertarik karena merasa jijik.
Setelah selesai , satu paket remi itu diberikan kepadaku untuk dibawa pulang dengan alasan ia takut ketahuan bila punya barang seperti itu. Aku tentu tak mau menerima , aku usulkan untuk dibuang atau dibakar saja.
Temanku tak setuju dan ia cuma ingin reminya dibantu aku simpankan. Terserah mau disimpan dimana yang penting aman. Perdebatan sengit terjadi walau akhirnya aku mengalah dan membawa kartu remi 'dewasa' itu pulang ke rumah.
Seharian aku tak tenang, Kartu remi aku sembunyikan dibawah lemari baju didalam kotak sepatu. Aku tahu jadwal Ibuku ke kamarku.
Kalau saja ayah atau ibuku tahu entah bagaimana nasibku. Esoknya kartu remi ini aku bawa ke sekolah dan aku serahkan kembali kepada temenku. Aku tak perduli lagi bila harus berkelahi bila ia tak mau menerima kartu reminya.
Aku seperti dijebak dengan dititipi kartu remi 'dewasa' ini. Disekolah kartu remi disimpan di lubang kamar mandi , tersembunyi.
Pertemananku tak sampai bubar dengan temanku ini. Karena ia meminta maaf dan telah memusnahkan kartu reminya. Sejak itu aku berhati hati bila diajak membeli sesuatu yang illegal. Karena kelak semasa SMA bukan saja kenakalan remaja tapi sudah masuk dalam penyalahgunaan narkoba.
Keingintahuan remaja semasa SMP terhadap hal 'dewasa' memang besar. Masa itu video Betamax sedang booming. Bahkan penyewaan video bertebaran. Tak hanya film film biasa namun ada juga yang menawarkan film 'dewasa'.
Aku pernah satu kali diajak bersama teman teman yang lain. Sepulang sekolah aku dan temanku ke rumah salah satu teman. Tak jauh dari sekolah.
Sepanjang jalan menuju rumah temanku, perbincangan memang sudah 'liar'. Aku punya firasat ini pasti kegiatan yang tidak baik. Tapi karena sudah bergabung rasanya akan aneh bila tiba tiba aku memisahkan diri atau minta pulang.
Dan benar saja , pertunjukan film desawa dimulai. Aku hanya mampu menonton tidak lebih dari 5 menit sebelum merasa jijik. Aku keluar rumah dan beralasan mengambil jambu air dihalaman rumah. Kebetulan memang sedang banyak berbuah. Aku lebih memilih diatas pohon jambu ketimbang ikut nonton film dewasa.
Pengaruh film dewasa untuk remaja bermacam macam saat itu. Menurutku pengaruhnya cukup besar, apalagi teman temanku yang berasal dari keluarga kelas menengah. Hubungan seksual diluar nikah terjadi saat di bangku SMP. Ada teman Wanita yang sampai hamil dan harus keluar sekolah. Ada teman laki laki yang berhubungan dengan pelacur jalanan. Cerita yang aku dengar ketika itu.
Bila ditahun 1987-1990 saja sudah seperti itu, mungkin saat ini bisa lebih mengerikan karena untuk menonton flim atau konten dewasa jauh lebih mudah karena fasilitas internet.Belum lagi prostitusi saat ini yang bisa dipesan lewat online. Dipermudah aplikasi chating.
Selain video, kartu remi yang banyak beredar adalah stensilan. Istilah untuk buku dengan cerita 'dewasa'. Harga stensillan tak begitu mahal. Untuk kantong anak SMP mudah dibeli. Maka peredaran stensilan 'dewasa' marak dikalangan anak SMP. Tak hanya anak laki laki, anak wanita juga diam diam juga tertarik dengan stensilan.
Dari pihak sekolah sebenarnya sering melakukan  pencegahan dengan aksi geledah tas , tapi karena seringkali bocor maka jarang sekali tertangkap barang 'dewasa' dari tas teman temanku. Lagipula teman temanku cukup cerdik bila harus menyembunyikan. Ada lokasi tersembunyi yang bisa dipakai untuk menyimpan barang ilegal terutama rokok.
Untuk barang satu ini, menjadi barang gagah gagahan saja. Merokok seperti ingin diakui lebih dewasa. Hanya sebagian kecil yang sudah jadi kebiasaan. Untuk urusan rokok, anak anak wanita tak mau kalah. Walau tak seberani anak laki laki merokok di luar sekolah. Anak anak wanita merokok di tempat yang menjadi basecamp mereka. Rokoknya pun jauh lebih elit, rokok putih yang harganya lumayan mahal.
Rokok, barang 'dewasa' , pergaulan bebas , ganja adalah hal yang aku temui semasa SMP. Diwajah wajah polos anak berseragam kemeja putih celana biru itu ada banyak cerita yang kadang 'mengerikan'.
Maka didikan yang baik dirumah dan pelajaran agama sejak dinilah yang mampu meredam itu semua. Aku belajar untuk bisa membedakan mana hal yang baik dan mana hal buruk. Pergaulan sangat kuat untuk menjerumuskan, memilih teman adalah salah satu kunci.
Bergaul harus dengan semua orang tapi menentukan teman yang baik itu wajib. Aku telah menjalani fase ini. Melihat teman yang jadi ketergantungan dengan ganja, melihat teman yang harus keluar karena hamil dan melihat teman yang harus bolak balik ke dokter kelamin karena terkena penyakit kelamin.
Masa SMP adalah masa indah, dimana aku mengenal cinta monyet, tertarik dengan wanita,menjelajah sebagian Jakarta, mulai mengenal kelompok kajian islam, dan dimasa SMP ini pula aku belajar ilmu kebal (akan aku ceritakan secara khusus)
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H