Pengalaman naik KRL diwaktu kecil akhirnya jadi sebuah kebiasaan ketika aku dewasa. Saat ini aku tinggal tak jauh dari stasiun kereta.Sedangkan  aku bekerja di Bogor. Maka pilihan utamaku adalah naik kereta.
Aku memiliki beberapa teman baik ketika sekolah dasar. Seingatku ada Ilham , seorang anak pegawai Pertamina. Ia pernah tidak naik kelas satu tahun. Ilham, termasuk anak yang di segani karena hampir tak ada anak lain yang berani.
Walau disegani , Ilham termasuk orang yang tidak petantang petenteng. Tapi kalau sudah emosi wajah Ilham akan memerah dengan raut menakutkan. Aku pernah melihat perkelahian satu lawan satu antara Ilham dan siswa lainnya. Perkelahian yang seru karena hampir tak ada yang berani melerai kecuali orang dewasa yang kebetulan lewat. Kebiasaan duel satu lawan satu diantara siswa sekolah sering menjadi tontonan. Anak yang akan berkelahi akan diarak menuju lokasi perkelahian disebuah gang kecil . Lalu keduanya berkelahi sampai ada yang dinyatakan kalah. Perkelahian yang adil , tak ada saling keroyok  atau menyerang lawan dari arah belakang
Aku pernah berkelahi satu lawan satu di gang itu. Perkelahian pertama didalam kelas aku berhasil menang. Namun berkelahi ditonton anak anak lainnya membuatku gugup. Jadilah aku kalah. Satu pukulan  mendarat tepat dihidung membuatku berdarah.
Perkelahian langsung dihentikan, aku segera ditolong agar darah tak terus mengalir. Lawanku dan kelompoknya segera meninggalkan lokasi. Aku pulang diantar Ilham dan berbohong kepada Ibuku aku berdarah karena kena bola waktu disekolah.
Esoknya aku masih penasaran untuk bisa balas dendam tapi melihat kejadian kemarin aku urungkan. Khawatir aku akan diarak lagi berkelahi di gang samping sekolah.
Berkelahi adalah kenakalan anak laki laki. Bukan karena ingin menjadi jagoan tapi sekedar menjajal nyali dan keberanian. (Bersambung...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H