Kisah Sebelumnya
Kenakalan kenakalanku saat kanak kanak cukup membuat ayah dan ibuku repot. Namun karena hukumannya aku malah mendapat hoby mendengarkan radio.Â
Kisah selanjutnya (artikel ini bisa dibaca secara terpisah)
Usiaku terus bertambah, sudah saatnya memasuki usia sekolah. Sebagian teman teman seusiaku sudah menyelesaikan pendidikan di taman kanak kanak (TK) , tapi  entah karena  pertimbangan apa , aku tak kunjung didaftarkan masuk TK oleh ayah dan ibuku.
Padahal aku sangat ingin bersekolah di TK. Memakai seragam dan disiapkan bekal makanan tiap pagi. Menurutku sekolah TK itu keren dan menyenangkan. Apalagi bila sedang ada kegiatan keluar , jalan jalan. Atau pergi ke sebuah tempat.
Aku sudah meminta dimasukkan ke TK dekat rumah tapi ayahku beralasan sekolah TK tak terlalu penting. Langsung masuk SD saja nanti, begitu kilah ayahku. Dan kelak inilah yang membuatku sedikit tertinggal dibanding teman temanku yang lain.
Untuk urusan membaca, aku sudah lancar membaca sebelum masuk Sekolah Dasar (SD), untuk urusan berhitung aku pun mampu menghitung sederhana dengan baik.
Satu hal yang tidak pernah aku dapatkan adalah pelajaran bernyanyi . Anak anak yang melalui TK sudah terbiasa bernyanyi dan hafal beberapa lagu. Sedang aku tak bisa sama sekali.
Ketika masa pendaftaran SD aku sudah berusia 7 tahun. Usia yang sangat cukup. Ayahku berusha mendaftarkan pada SD negeri yang tak jauh dari rumah. Sayang, jumlah siswa yang diterima terbatas. Beberapa SD menolak karena kuotanya sudah cukup. Hal ini sempat membuat panik ayahku. Bila aku tak masuk SD tahun ini aku akan terlambat secara usia.
Jadilah perburuan SD itu membuat ayahku bekerja keras. Posisinya sebagai guru SD tak banyak membantu untuk bisa memuluskan aku diterima di SD negeri dekat rumah.