Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Membangun Rumah Horor

13 Juni 2023   20:47 Diperbarui: 13 Juni 2023   20:50 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit : MultiDesain 

Artikel ini merupakan sambungan dari artikel sebelumnya. Untuk membaca artikel sebelumnya, sila dibaca disini

Ringkasan kisah sebelumnya

Ayahku memutuskan pindah rumah ke gang senggol. SEbuah gang kecil yang hanya muat untuk 2 sepeda motor. Banyak kenangan di gang senggol ini.

Kisah Selanjutnya 

Perjuangan ayahku membangun rumah boleh dibilang luar biasa.  Tanah di Jakarta awal tahun 1980-an sudah mulai mahal.  Sebagai PNS sebenarnya ayah sering mendapatkan tawaran rumah subsidi dari pemerintah bekerjasama dengan Perumnas. Namun Ayah dan Ibuku tidak tertarik  karena letaknya dipinggiran Jakarta atau malah sudah diluar Jakarta seperti  Bekasi, Tangerang Depok  atau Bogor.

Dengan alasan jauh dari lokasi mengajar ayahku di Tanah tinggi Jakarta Pusat ayahku tak pernah mengambil tawaran rumah subsidi pemerintah  dan diakhir masa tuanya hal ini menjadi salah satu penyesalan

Tanah yang saat ini menjadi rumahku awalnya milik seorang tetangga yang berprofesi sebagai polisi, karena kebutuhannya beberapakali  tetangga ini meminjam uang kepada ayahku dengan janji akan mengembalikan. Namun karena tak kunjung bisa dikembalikan, tetanggaku ini menawarkan tanahnya untuk dibeli ayahku dengan potongan hutangnya.

Diatas Tanah itu sendiri telah berdiri sebuah sumur tua, kamar mandi umum  dan sebuah pohon beringin besar yang 'angker'. Banyak cerita cerita menyeramkan di pohon ini. Apalagi ada  cerita tentang seorang yang bunuh diri di kamar mandi. Kisah horor ini sempat membuat Ayahku ragu ragu.

Namun bila tidak diambil tawaran ini, Ayahku akan kehilangan kesempatam memiliki rumah sendiri. Apalagi saat itu sudah memiliki dua putra yang terus tumbuh besar.  Walaupun  tabungan ayah dan ibuku belum cukup untuk membayar harga tanah yang ditawarkan.

Untuk mengatasinya Ibuku  menjual  perhiasan emas  milikinya yang dihadiahi nenekku. Hampir seluruh  perhiasan emas yang dimiliki ibuku terjual . Sebagian sisa uangnya disimpan untuk persiapan  membangun rumah.

Pembangunan rumahku berjalan penuh dengan suka duka. Dengan modal nekat Ayah dan Ibuku membangun rumah. Berusaha tak peduli dengan omongan tetangga tentang kisah horor yang begitu santer . Selain itu ada komplain  kamar mandi umum yang akan hilang.

Untuk Kamar mandi umum sebenarnya sudah dibereskan oleh sipemilik tanah. Ganti rugi terkait kamar mandi sudah ditunaikan. Selain itu penebangan pohon beringin juga sudah dilakukan dengan bantuan Bang Madi yang tak kenal rasa takut. Walau cerita yang aku dengar Bang Madi didatangi beberapa mahluk gaib penunggu pohon. Entah apa yang dilakukan Bang Madi melawan mahluk gaib itu pikiran kanak kanakku saat itu.

Menjual Sepeda Motor

Pembangunan rumahku sempat mangkrak cukup lama, baru terbangun dinding. Rumah yang masih jauh dari selesai. Bangunan mangkrak ini menjadi tempat bermain anak anak atau tempat menjemur pakaian.

Untuk menyelesaikan rumahku ayahku menjual sepeda motor kesayangannya. Setelah sepeda motor  terjual  tak ada lagi jalan jalan sore ke Monas. Sebagai gantinya ayahku membeli sebuah sepeda balap relaigh made in Inggris untuk alat transportasinya.

Sepeda yang menurutku sangat keren , karena dibawah batangan sepeda tertera nomer serial yang kata ayahku sepeda ini original alias asli.

Rumahku akhirnya rampung juga dengan penuh perjuangan. Sebuah rumah dengan kontur tanah yang tinggi dibanding rumah sekitarnya. Untuk masuk kedalam rumah harus menaiki 4 undakan tangga. Luas rumah itu sendiri 3 X 9 meter. Karena kebutuhan , rumah dibangun 2 lantai.

Konsep rumah kekinian pada zamannya diterapkan pada rumahku .Jendela rumah dibangun dengan bukaan besar agar rumah terang tanpa menggunakan lampu disiang hari. Untuk dapur dibuatkan minimalis tapi fungsional dengan meja kompor dilapisi keramik. Selain itu dibuat wastafel khusus untuk mencuci piring.

Rumahku dibangun bertahap , lantai semen diganti menggunakan keramik , hal yang baru Ketika itu. Plafon rumahku juga dibuat tinggi agar sirkulasi udara berjalan baik. Tahap demi tahap dilalui hingga rumahku menjadi layak huni.

Dan cerita horor itu lenyap , walau ada upaya menakut nakutiku tentang penunggu pohon yang pindah tempat ke wuwungan rumahku. Bahkan bila tengah malam  kata beberapa tetangga terdengar suara aneh dari atas rumah atau melihat makhluk gaib berdiri diatas rumah.

Aku sendiri tak pernah mendengar suara suara  atau melihat hal hal aneh.  Ayah dan Ibuku termasuk orang yang tidak percaya tentang cerita takhayul. Dan itu diajarkan ke anak anaknya. (Bersambung...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun