Mohon tunggu...
Noval Sahori
Noval Sahori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Saya adalah sosok seseorang yang bisa dibilang sedikit berbicara, karena saya lebih banyak menganalisis dalam menjalani kehidupan, akan teta[i saya akan banyak berbicara kepada sosok seseorang yang menurut saya tepat untuk dijadikan tempat cerita, perlu diketahui dianmnya saya bukan introvert. Untuk hobi saya sangat suka sekali bermain futsal atau sepak bola karena dengan bermain keduanya membuat saya merasa bahagia dalam menjalani kehidupan, bukan futsal dan sepak bola saja, akan tetapi saya juga sangat suka menonton dan sekaligus mempelajari tentang keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebingungan 'si Rezim' di Pilkada 2024

31 Agustus 2024   20:28 Diperbarui: 31 Agustus 2024   20:33 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun 2024 merupakan tahun politik yang sangat dinantikan di Indonesia. Di tahun ini, rakyat Indonesia akan melaksanakan pemilihan umum serentak, termasuk pemilihan presiden, anggota legislatif, dan kepala daerah di berbagai wilayah. Momen ini sangat penting karena akan menentukan arah dan kebijakan negara selama lima tahun ke depan. Atmosfer politik pun semakin hangat dengan berbagai manuver dari partai politik, calon-calon yang mulai bermunculan, serta kampanye yang semakin intens.

Pada tahun politik seperti 2024, masyarakat akan menjadi lebih aktif dalam berpartisipasi, baik melalui media sosial, kampanye terbuka, maupun diskusi publik. Setiap warga negara memiliki kesempatan untuk memberikan suara yang akan mempengaruhi masa depan bangsa. Oleh karena itu, isu-isu strategis seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan akan menjadi bahan perdebatan yang menarik dan menjadi fokus utama para kandidat dalam meraih dukungan.

Namun, tahun politik ini juga memiliki tantangan tersendiri. Meningkatnya polarisasi di tengah masyarakat, berita palsu, dan kampanye negatif sering kali mewarnai jalannya proses demokrasi. Hal ini bisa mempengaruhi stabilitas sosial dan politik, sehingga peran masyarakat dalam menyaring informasi dan menjaga persatuan sangat penting. Selain itu, lembaga penyelenggara pemilu juga dihadapkan pada tantangan untuk memastikan proses pemilu berjalan dengan jujur, adil, dan transparan.

Di sisi lain, tahun politik 2024 juga memberikan harapan bagi perubahan dan pembaruan. Dengan semakin terlibatnya generasi muda dalam politik, ada harapan bahwa aspirasi baru dan segar dapat terwujud dalam kebijakan yang lebih progresif dan inklusif. Tahun politik ini bukan hanya sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi juga kesempatan bagi seluruh elemen bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Pilkada 2024 menjadi tantangan besar bagi rezim Jokowi. Meskipun Jokowi telah berhasil memimpin Indonesia selama dua periode, situasi politik saat ini menunjukkan bahwa partai-partai pendukungnya tidak dapat menganggap remeh persaingan di berbagai daerah. Sejumlah faktor, termasuk perubahan dinamika politik, penurunan popularitas di beberapa segmen masyarakat, dan munculnya kekuatan politik baru, telah membuat rezim ini menghadapi kesulitan dalam mempertahankan dominasinya di pilkada.

Salah satu kesulitan utama adalah tingginya ekspektasi publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi, terutama dalam hal ekonomi, infrastruktur, dan penanganan masalah sosial. Meski telah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, rezim Jokowi masih dihadapkan pada masalah seperti inflasi, pengangguran, dan ketidakpuasan publik terhadap beberapa kebijakan. Hal ini berdampak pada elektabilitas para calon kepala daerah yang diusung oleh partai pendukung pemerintah, karena pemilih sering kali mengaitkan kinerja daerah dengan kinerja pusat.

Selain itu, munculnya tokoh-tokoh muda dan partai baru yang menawarkan alternatif segar bagi pemilih, terutama generasi milenial dan Gen Z, turut memperketat persaingan. Para kandidat oposisi semakin gencar dalam mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap kurang efektif, dan mereka memanfaatkan media sosial untuk membangun dukungan. Ini menjadi tantangan bagi para calon kepala daerah dari partai pendukung Jokowi, yang harus bersaing dengan narasi yang lebih berani dan inovatif dari oposisi.

Di tengah persaingan yang semakin sengit ini, rezim Jokowi harus mampu melakukan konsolidasi politik yang kuat dan memastikan bahwa program-program pemerintah di tingkat pusat juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di daerah. Kerjasama antarpartai pendukung harus diperkuat untuk memenangkan pilkada, dan strategi kampanye perlu disesuaikan dengan dinamika politik lokal yang sangat beragam. Tanpa strategi yang tepat, bukan tidak mungkin rezim Jokowi akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan pengaruhnya di tingkat daerah pada pilkada 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun