Mohon tunggu...
Noval Palandi
Noval Palandi Mohon Tunggu... Penulis - #penulis

Menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membangun Basis Ekonomi dan Sosial untuk Kemenangan Politik

11 Maret 2022   18:00 Diperbarui: 11 Maret 2022   21:07 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang yang terjun ke dunia politik pasti berangkat dari tujuan-tujuan yang mulia. Kita sering melihat ada praktisi ekonomi, pendidikan, dan ada juga yang sudah dikenal sebagai tokoh agama sering kali menemukan kesimpulan tentang pilihannya yang terjun ke dunia politik berangkat dari perenungan panjang.

Begitu juga setiap orang yang ingin menjadi calon anggota legislatif, hampir semua berangkat dari cita-cita perubahan. Dari yang pensiunan sampai caleg milenial pasti visi-nya adalah visi perubahan. Keinginan besar untuk menjadi caleg berangkat dari kerisauannya melihat bahwa di sudut daerahnya masih banyak suara-suara yang tidak terdengar hingga ke gedung parlemen sehingga ketimpangan pembangunan ada dimana-mana. Itu yang rata-rata mendorong mereka untuk mulai ikut bersosialisasi diri di tengah masyarakat. Melakukan investasi sosial.

Dari yang bujang sampai yang sudah punya cucu, dari yang baru lulus sarjana sampai yang pensiunan kepala dinas, yang kaya raya sampai yang miskin, semua memberanikan diri untuk memilih bertarung  dipemilihan legislative. Kalau dalam teori probabilitas; 480 orang caleg dari 16 partai dengan komposisi caleg masing-masing partai berjumlah 30 orang maka masing-masing dari mereka memiliki peluang 0,06 persen. Ada 480 orang caleg memperebutkan peluang menang kurang dari 1 persen. Ini adalah pilihan yang luar biasa, pilihan yang berani.

Pilihan menjadi caleg itu tidak berdiri sendiri, pasti konsekwensi-nya adalah harus dikenal, dan menjadi orang yang dikenal itu tidak organik, pasti membutuhkan biaya. Terutama untuk membuka jalan mendapatkan titik basis. Caleg dituntut memiliki hitung-hitungan yang cermat, tetapi setiap yang dilakukan berharap bisa dikapitalisasi menjadi suara.

Kita bisa kalkulasi secara sederhana. Dengan target suara aman untuk mendapatkan satu kursi di dapil, diturunkan dalam kebutuhan pembiayaan untuk setiap orang sampai dengan hari H. Kira-kira sebanyak itu dana yang disiapkan.

Jangan dibayangkan bahwa setiap hari para caleg harus memberi sejumlah uang agar komitmennya dapat dipegang, tetapi untuk menyiapkan gula dan kopi saja dibutuhkan perencanaan pendanaan yang memadai. Alih-alih mendapatkan kepastian dukungan di TPS belum masuk Daftar Calon Tetap saja sudah dihantui bayangan cibiran dari calon pemilih,"Mau jadi anggota dewan, menyiapkan satu gelas kopi saja tidak mampu," atau, "Beli rokok satu bungkus saja masih hitung-hitung." Dilematis, melayani mereka belum pasti memilih, tidak dilayani sudah tersedia sederet kemungkinan berita miring yang akan tersebar ke semua calon pemilih yang lain.

Akhirnya, dana pemenangan lebih sering membengkak, jika budget yang disediakan menipis, terpaksa mencari sumber dana lain yang bisa diutangkan. Karena sudah basah, basah sekalian. Sudah maju pantang mundur. Semoga Allah membantu memenangkan. Muncul pernyataan untuk membangun sugesti positif, meyakinkan diri, bahan obrolan dengan tim sukses yang semakin hari semakin menyisakan banyak piring dan gelas kotor. Akhir cerita, yang menang menyisakan utang, yang kalah menahan derita. Semakin akut penderitaannya ketika mengetahui bahwa capaian suara lebih kecil dari jumlah yang mengaku tim dan pendukung sejak deklarasi setahun sebelum pileg sampai rekapitulasi suara di TPS.

Semua jatuh tersungkur, yang menang tersedot pikirannya untuk mencari sumber uang yang bisa menutupi utang. Yang kalah meradang, status sosia bergeser dari yang banyak uang menjadi yang banyak utang, dari yang paling banyak kunjungan menjadi yang paling sepi. Itu realitas lima tahunan yang seolah-olah seperti cerita sinetron yang dilihat setiap hari, ditimpali, tetapi ditunggu-tunggu tayangan ulangnya. Terus begitu dan selalu menyisakan korban.

Untuk itu kemenangan harus disiapkan. Bukan dibiarkan mengalir tanpa perencanaan dan persiapan. Terutama menyiapkan dua hal yaitu menyiapkan basis ekonomi dan basis sosial. Basis ekonomi adalah pendanaan yang akan menopang program, dan basis sosial sebagai objek program yang harus dirawat dan menghasilkan suara yang ditargetkan.

Caleg yang memiliki basis ekonomi yang kuat lebih meyakinkan berbicara target dan capaian suara. Karena dengan pendanaan yang memadai yang dimiliki semua program pemenangan dapat dieksekusi dan dievaluasi dengan baik. Sehingga semua tim yang bekerja tidak terkendala semua aktivitasnya dalam menjalankan program pemenangan.

Caleg yang memiliki basis sosial, dia bisa bekerja targeted and Segmented. Bekerja sesuai dengan target suara dan sesuai dengan segmen pendulang suara yang telah ditentukan. Yang terpenting lagi adalah dapat bekerja fokus dan dapat terhindar dari penggunaan potensi pemenangan yang berlebihan, tetapi tidak berdampak pada pencapaian suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun