Tiga tahun rumah perjuangan ini pintunya terkunci, lampunya mati, gelap gulita seperti rumah hantu.
Tak berpenghuni. Setiap orang nyaris tak berani mendekat, dia telah tumbuh menjadi momok dalam akar pikiran setiap mereka.
Kita semua terdiam lama, seperti meratapi kesalahan yg kita sadari tapi kita abai.
Bayangan keemasan itu seperti terkubur dihadapan mata kita bersama.
Dia seperti terkubur dalam-dalam. Rumah perjuangan kita telah ditinggalkan.
Sejarah gerakan kita kelam. Dan disebelah sana ada mereka yg merayakan kekelaman cerita yg sedang kita gores.
3 tahun pula kita merawat mimpi-mimpi itu di warung-warung kopi.
Mimpi yg kita ramu dalam kegalauan komunal yang mengisi gelas-gelas kopi kita.
Tapi kita tidak pernah bertemu kebosanan. Seperti ada saja pemantik buat kita memelihara tradisi.
Hingga saat ini ide-ide yg telah bercampur dengan kopi hitam kita menjadi jalan kita menghubungkan titik demi titik sejarah.
Pergulatan kita yang menembus siang dan malam di sosial media, membangunkan kita bahwa tidur panjang ini harus diakhiri.