Maka kendi-kendi pada setiap reggol itu merupakan "sebuah ruang teritory" paling terdepan dalam membangkitkan dan membangun sebuah nilai kesadaran esensi manusia.
Bahwa dirinya merupakan sebuah mahluk yang tidak sendirian, Karena manusia adalah bagian dari gerak dunia dan merupakan bagian dari gerak dalam struktur masyarakat itu sendiri dalam lingkungannya. Hal senada juga pernah diungkap pada sebuah artikel dalam situs website-www.islammoderat.net-Ala NU pada Juli 2017.
Jika pada jaman sebelum banyak ditemukan moda transportasi modern untuk mempercepat perjalanan dari satu tempat ke tempat lain.Â
Banyak sekali ditemui para pejalan kaki [para musafir yang dikarenakan perjalanannya merasakan dahaga-kehausan] pasti akan menghampiri di setiap rumah milik siapapun itu untuk meminum air dalam kendi yang sudah disiapkan oleh si empu pemilik rumah.Â
Dalam skenario ini tentu saja ada sebuah batas-batas teritori yang begitu sangat puitik dan romantis antara fungsi ruang kepemilikan bersama fungsi sosial dalam pola ruang-ruang domestik struktur masyarakat kampung.Â
Kepemilikan pada masa lalu justru tidak mengacu kepada nilai-nilai yang berorientasi profite dalam sebuah kalkulasi hitung-hitungan nilai antara untung dan rugi.
Akan tetapi kepemilikan masa lalu dinilai dari seberapa jauh manusia dapat berfungsi atas ruang komunal dalam struktur sosial masyarakat dalam lingkungannya.
Akan tetapi setelah gelora semangat ide kapitalism telah berhasil dicangkokkan dalam struktur sosial masyarakat, Maka individu--individu sudah diartikan sebagai kebebasan yang mematikan dalam setiap sendi ruang-ruang kebersamaan.
Di mana ruang kepemilikan hanya dibentuk oleh besaran nominal yang berorientasi profite bahkan sudah dijadikan sebagai ajang kompetisi dalam sebuah arena pertarungan dalam kehidupan sosial masyarakat modern. Kendi-kendi itu sekarang kini sudah berubah menjadi gelas-gelas plastik produk kemasan air mineral.Â
Akan tetapi tidak selamanya dalam sebuah sistem struktur masyarakat modern kekinian itu mampu memperbudak keinginan manusia untuk terus berada dalam kungkungan lingkungan individualnya.Â
Dalam beberapa kali kejadian ketika saya bepergian dari Jogja ke Jakarta dan sebaliknya, Saya pernah menjumpai dibeberapa wilayah pantura ada beberapa sekumpulan orang-orang yang menyediakan air bagi siapa saja yang merasa dahaga lalu diberikan secara cuma-cuma tanpa memungut bayaran serupiah-pun.Â