Mohon tunggu...
Ar.novalIri
Ar.novalIri Mohon Tunggu... Arsitek - Ndh arsitektural workshop

seorang arsitek bertinggal di pinggir desa, pensuka kopi, lagu klasik dan seni rupa kontemporer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kota dan Orkestra Pembangunan

29 September 2023   18:49 Diperbarui: 7 Oktober 2023   02:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pulang kekotamu

Ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu

Tiap sudut menyapaku bersahabat

Penuh selaksa makna…

         Itu adalah sepenggal lirik lagu popular disekitaran tahun 90-an yang dinyanyikan salah satu musisi legendaris Indonesia. Secara tematik lirik tentu saja si penulisnya ingin menyiratkan sebuah ikatan batin dengan kota yang membangkitkan kenangan waktunya. Tentu bagi saya, anda atau siapapun anda yang bahkan pernah bertinggal di kota Yogyakarta, Pasti akan selalu teringat atau bahkan akan selalu rindu untuk kembali merasakan sebuah romantisme atsmosfir berhuni di kota budaya, kota pelajar dan kota pariwisata ini. Dimana geliat setiap gerak perubahan dan pembangunan kotanya yang semakin hari menunjukkan sebuah kecenderungan meningkat pesat dalam beberapa dekade. Hal Ini sesuai dengan dialektika perkembangan modernisasi yang menuntut selalu adanya penyesuaian bagi setiap sektor yang mendukung perkembangan kotanya.

         Dapat dicermati bagaimana dinamika sebuah kota itu dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat didalamnya. Demikian juga atau sebaliknya. Artinya, Perkembangan masyarakat terungkap dalam perkembangan kota itu sendiri. Dinamika ini terjadi secara alamiah karena masyarakat tentu saja akan selalu memiliki kecenderungan mengekspresikan kehidupannya melalui perkembangannya. Dalam sebuah atikel ISBEDY stiawan Z.S pada SKH Lampung Post, 19 Juni 2004. Kota tanpa ruang komtemplatif Penulis mencoba untuk merefleksikan "kenangan yang berjalan", Dalam persektifnya penulis melihat bahwa, Kota adalah sebuah sajak yang terdedah karena alam dan didedahkan sistem dan kebijakan. Namun, dari sisi wajah arsitektur yang begitu dinamik dan problematik belum banyak terungkapkan. Tentu saja hal ini bisa saja terjadi dan dirasakan oleh setiap insan atau warga masyarakat yang berhuni dalam sebuah kelompok komunitas masyarakat dimanapun ia berhuni. Terlebih ketika ungkapan-ungkapan tersebut berhasil untuk membangkitkan perasaan akan sebuah kenangan dalam kurun waktu dan tempat tertentu, Memang hal ini bisa dianggap lumrah terjadi dan bahkan sering dialami oleh setiap warga yang bertinggal dalam sebuah komunitas/kelompok masyarakat dimanapun tempat ia berhuni. Terlebih ungkapan-ungkapan perasaan akan kenangan dalam kurun waktu dan tempat tertentu, yang sekaligus dapat mengingatkan bahkan menghapus jejak sebuah memori.

          Perhatian nan seksama terhadap bagaimana dinamika kota dipengaruhi perkembangan masyarakatnya demikian pula sebaliknya. Artinya, perkembangan masyarakat terungkap dalam perkembangan kota itu sendiri. Dinamika ini terjadi secara alamiah karena masyarakat selalu memiliki kecenderungan mengekspresikan kehidupan melalui perkembangannya. Dalam skala kecil, misalnya, keluarga sebagai rumah tangga selalu ingin memperbaiki dan mengembangkan rumah sesuai dengan kemampuannya, terutama jika memiliki rumah sendiri. Dalam realitasnya, hal ini sedikit berbeda jika rumah yang ditempati keluarga itu bukan milik sendiri. Munculnya masalah tersebut karena perasaan akan identitas tempat-nya agak tergedradasi. Aspek itu juga perlu diperhatikan dalam skala yang lebih besar, jika rasa memiliki itu sudah tidak dipunyai masyarakat setempat, maka perasaan akan identitas terhadap suatu tempat menjadi hampa. Sehingga, dorongan untuk membangkitkan rasa memiliki dan mengembangkan kawasan yang baik sesuai dengan perkembangan masyarakat pun menjadi tidak signifikan.

             Markus Zahnd (Perancangan Kota Secara Terpadu - Kanisius Soegriyapranata University Press, 1999) menyebutkan ada tiga istilah teknis yang menggambarkan sebuah perkembangan kota yakni :

Pertama : perkembangan horizontal atau perkembangan yang mengarah ke luar. Artinya, daerah bertambah, sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pinggir kota, di mana lahan masih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota (di mana banyak keramaian).

Kedua : perkembangan vertikal atau perkembangan yang mengarah ke atas. Dalam hal ini, daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap sama, sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Cara ini sering terjadi di pusat kota, di mana harga lahan mahal dan di pusat-pusat perdagangan.

Ketiga :  perkembangan interstisial atau perkembangan yang dilangsungkan ke dalam. Dalam hal ini, daerah dan ketinggian bangunan rata-rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota, dimana antara pusat dan pinggiran yang kawasannya dibatasi dan hanya dapat dipadatkan.

         Mencermati penjabaran tulisan diatas dapat dijelaskan tentu saja tidak hanya terjadi satu persatu akan tetapi secara simultan. Sekarang ini dengan perubahan dinamika perkembangan kota nya yang semakin pesat, Tentu saja berdampak pada perkembangan kota itu sendiri yang sangat kurang baik. Sebab kota juga butuh sentuhan tangan-tangan yang dapat menggugah hati, pikiran dan yang mau/mampu untuk bertindak.

        KOTA juga merupakan hasil suatu karya seni sosial, kota juga sebagai arena pergulatan antar berbagai kepentingan, konflik, dan ketidakpastian akan selalu timbul tanpa bisa dihindari. Misalnya, konflik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, antara pembangunan infra struktur dan pelestarian lingkungan, antara sektor formal dan sektor informal, antara kebijakan dan kepentingan warganya. Yatno Wibowo,ST pada 12 desember 2006

         Oleh sebab itu, menelisik pada kenyataan tersebut, Idealnya kota Yogya dengan adanya perbedaan kultur, agama, etnis, geografis, iklim, teknologi, ideologi, dan lain-lain, Seharusnya kota Yogya itu harus lebih mampu mendorong terciptanya wajah kota yang berkarakter sehingga tidak monoton pada façade kotanya. Kevin Lynch dalam The city environtment, 1965. Menguraikan bahwa penampilan dan wajah kota bagikan mimpi buruk. Bagaimana tidak, monotonitas, serba sama, tak berwajah, lepas dari konteks alamnya dan sering tidak terkendali, tidak manusiawi. Selain itu, air dan udaranya kotor, jalan-jalannya sangat berbahaya dan dipadati oleh berbagai jenis kendaraan bermotor, papan reklame mengganggu pemandangan. Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin semakin menganga melebar. Penataan ruang kota dan lingkungan hidup memanglah rumit dan begitu pelik, karena sudah menyangkut berbagai benturan antara pendekatan teknokratik-komersial-ekonomis dan pendekatan demokratik-humanis-ekologis.

          Tentu saja dengan bentuk keseragaman wajah kota akan mengakibatkan tidak adanya identitas kota yang menjadi ciri khas dan kemudian akan disusul dengan memudarnya kebudayaan asli karena pergeseran nilai-nilai dengan apa yang disebut modernisme. Dampak yang begitu terasa itu adalah terjadinya kejenuhan dalam sikap masyarakat kota hingga pada muaranya akan berdampak ke persoalan urbanisasi. Kemudian muncul sebuah pertanyaan apakah Urbanisasi adalah solusi?, Mengapa kita secara visioner tidak mengubah sebuah presepsi dan perilaku yang mampu untuk menjawab persoalan kesejahteraan warganya dengan membuat generator kegiatan ekonomi lokal dengan skala meluas sehingga mampu memberikan peningkatan kesejahteraan dan membuat para penghuninya merasa lebih betah, nyaman untuk berhuni bahkan menyehatkan.

          Kota, Ibarat seperti sebuah pertunjukan orkerstra yang mampu memahami setiap dawai-dawai dalam cerminan suara hati yang ditransformasikan dalam bentuk bahasa desain. Dapat dibayangkan, jika Kota Yogyakarta yang kaya dengan kearifan budaya lokal dan kesenian tradisional apabila dapat diwujudkan dengan memadukan unsur-unsur tersebut masuk keranah setiap proses perancangan dan perencanaan arsitektur-kota nya, Tentu saja akan menjadikan kota Yogya mempunyai roh tersendiri secara citra rasa dalam setiap urat nadi sudut kota nya. Kajian J.J. Rizal, kolomnis masalah sejarah Batavia tempo doeloe di Moesson Het Indisch Maanblad, dan beberapa karya di wilayah-wilayah lain di nusantara yang ternyata tidak cuma menunjukkan dominannya pemikiran indrawi semata. Kajian ini dapat kita jadikan landasan referensi nan apik sehingga, Kita semua juga dapat belajar pada pola kesederhanaan masyarakat pada perkampungan tradisional Nias, kampung Naga dll, Kita juga dapat belajar terhadap kecanggihan struktur nan rumit pada bangunan-bangunan kraton yang ada di seluruh nusantara, struktur bangunan candi-candi dan lain-lainnya. Kemudian ada sebuah pertanyaan mengapa tradisi pemikiran yang telah menghasilkan kesederhanaan yang agung dan kecanggihan struktur nan rumit ini terputus di era kini ?

        Nah, keterputusan tradisi jelas akan mengakibatkan khazanah arsitektur lokal yang sebetulnya sangat kaya sebagai sumber inspirasi itu belum secara masife dijadikan sebagai dasar penciptaan karya-karya di era kini. Pada sisi lain apakah kita juga tidak lagi sanggup berdialog dengan karya-karya yang ada diluar sana. Bahkan jika dibandingkan dengan karya-karya di nusantara pada masa silam. Sebagai upaya mengarahkan sumber daya material yang real dan tenaga ke arah pencarian "identitas diri". Tentu saja peran para arsitek, para perencana kota dan lembaga yang menaunginya tidak boleh menyerah pada nasib dan membela diri. "Kita sekadar merancang dan merencana, tetapi keputusan akhir hanya akan ditentukan para penentu kebijakan, tingkat elit birokrasi, dan para penyokong kekuasaanya," Seharusnya dari persoalan ini perlu disadari secara bersama bahwa yang seharusnya dilakukan menganggap hal yang demikian itu adalah merupakan bagian dari tugas mulia-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun