Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Demi NU, Jokowi Maupun Prabowo Sebaiknya Jangan Pilih Cak Imin

12 Mei 2018   02:35 Diperbarui: 12 Mei 2018   03:51 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar kembali berulah. Setelah semua kekuatan dikerahkan, semua lobi-lobi politik dibisikkan, dan semua manuver politik dilancarkan untuk mendapatkan perhatian Jokowi agar dijadikan Cawapresnya di Pilpres 2019, kini ia berbelok arah.

Sebagaimana dilansir Kumparan.com, baru-baru ini, pria yang pernah berseteru dengan mantan Presiden Indonesia KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Allahummaghfirlahu) itu, membuat pernyataan yang menurut saya sangatlah sombong, congkak dan over percaya diri. "Prabowo hanya menang kalau sama saya," katanya.

Sebagai pimpinan parpol yang kerapkali menyatakan bahwa PKB adalah partainya NU, jujur, setelah membaca statement Imin, saya sebagai warga NU amat dan sangat malu, Ironis sekaligus ingin ketawa. Sebegitu hausnyakah seorang Imin akan kekuasaan (Cawapres), sehingga membuat pernyataan demikian dengan tanpa rasa malu dan sadar diri. Plin-plan dan mencla-mencle. Begitu kira-kira diksi yang tepat untuk menggambarkan manuver politik Imin dalam beberapa terakhir ini.

Bagaimana tidak, sebelumnya ia juga menyampaikan statement yang sama kepada Jokowi, meski dengan kalimat yang berbeda, namun intinya sama. "Salah pilih Cawapres, Anda bisa kalah," begitu kata dia, saat hadir ke acara Mata Najwa beberapa waktu yang lalu.

Satu sisi Imin sangat percaya diri, namun di sisi lain dia juga tidak percaya diri. Percaya diri karena berani mengultimatum Jokowi dengan bahasa setengah mengancam, dan juga percaya diri karena menjamin Prabowo akan menang bila berpasangan dengannya.

Lalu dimana letak ketidak percayaan dirinya? Nah, ini yang lucu. Sejak bangsa ini didirikan, baru pertama kali dalam sejarah perpolitikan Indonesia, ada salah satu pimpinan parpol yang mendeklarasikan dirinya sebagai cawapres, bukan capres. Sombong, tapi tanggung. Begitu kira-kira. Kalau memang Imin merasa punya kekuatan dan massa yang banyak, mengapa tidak sekalian mendeklarasikan diri sebagai capres?

Alasan PKB memiliki tatakrama sebagai partai koalisi hanyalah dalih untuk menutupi kelemahan dan ketidak percayaan dirinya sendiri. Akui saja bahwa sejatinya dirinya itu lemah, suara partainya kalah jauh dibanding suara Golkar, tapi nafsu ingin menjadi Wakil Presiden begitu mebuncah, bahkan ingin ejakulasi.

Sebaiknya dan alangkah baiknya, Jokowi maupun Prabowo tidak usah memilih Imin sebagai Cawapres. Bukan-apa-apa. Kasihan NU, Kyai, dan pesantren-pesantren selalu dibawa-bawa ke ranah politik. Biarkan saja dia bermanuver. Nanti kalau sudah diiming-imingi jatah kekuasaan, insya Allah akan merapat pada waktunya.

aceh.tribunnews.com
aceh.tribunnews.com
Tidak benar bahwa PKB itu partainya NU. Setelah kembali ke khittah, NU bukan lagi sebagai partai politik, tapi organisasi keagamaan. Kembali berdakwah dan mengurusi umat, sebagaimana tujuan awal NU didirikan pada tahun 1926.

Jadi, kalau Imin selalu berteriak PKB adalah partainya NU, jelas hal itu hanyalah klaim belaka. NU adalah organisasi keagamaan, tapi warganya atau pengukitnya ada dimana-mana dan partai apa saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun