Mohon tunggu...
Novalinda Barus
Novalinda Barus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ordinary People but Special to God

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penanaman Kelapa Sawit Tak Perlu Dikembangkan?

8 Agustus 2014   23:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dewasa ini perkembangan tanaman kelapa sawit semakin pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 luas areal kelapa sawit mencapai 5.592.000Ha (angka sangat sementara), dimana terjadi peningkatan 4,5% dibandingkan dengan luas areal kelapa sawit pada tahun 2012 yang mencapai 5.349.800Ha.

Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim serta persyaratan tumbuh tanaman, kelapa sawit mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga dapat ditanami di berbagai kondisi lahan baik pada tanah mineral maupun tanah gambut. Pada areal tanah mineral, umumnya kelapa sawit ditanami pada areal kelas S3 (agak sesuai dengan faktor pembatas sedang) sampai dengan N1 (tidak sesuai bersyarat dengan faktor pembatas berat) sesuai dengan kelas kesesuaian lahan tanah. Selain itu, kelapa sawit juga ditanami pada areal tanah gambut (tanah yang secara dominan tersusun dari bahan organik dengan berbagai tingkat kemasaman dan perbaikan).

Akhir-akhir ini, issue mengenai penanaman kelapa sawit baik di areal tanah mineral maupun di tanah gambut menjadi sangat hangat untuk diperbincangkan. Mulai dari issue “Lingkungan Hingga Berdampak pada Kredit Jangka Panjang Perbankan (khusus untuk penanaman pada areal tanah gambut)”.

Belakangan juga begitu banyak pihak yang mencekal adanya pembukaan lahan baru untuk penanaman kelapa sawit pada tanah mineral. Terutama dengan alasan diantaranya mempertahankan kelestarian hutan. Begitu juga pada areal gambut yang menganggap sawit merupakan tanaman yang mengkonsumsi air terlalu banyak sehingga dapat menyebabkan kekeringan permanen/ irreversible pada tanah gambut dan menjadi faktor utama terjadinya kebakaran lahan. Hal ini pula yang menjadi dasar Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melalui ASEAN Peatland Forest Project (APFP) dan Wetlands International-Indonesia (WI-I) melakukan diskusi serius dengan para investor dan perbankan di Indonesia pada tanggal 03 Juni 2014 kemarin.

Jika tanaman kelapa sawit dianggap menjadi momok yang menakutkan terutama bagi pemerhati lingkungan, bagaimana kelanjutan perkembangan tanaman kelapa sawit selanjutnya?

Tahukah kamu?

Dari beberapa observasi ilmiah yang telah dilakukan, selain berdampak negatif terdapat juga banyak dampak positif dari perkembangan tanaman tersebut. Diantaranya:



  1. Tanaman sawit dapat menjadi tanaman konservasi tanah dan air yang memiliki kemampuan merehabilitasi tanah dan memperbaiki tata air melalui akar-akar serabut tanaman yang mampu mencapai lapisan bawah tanah sehingga mampu menurunkan aliran permukaan yang juga berarti terjadinya penurunan erosi dan degradasi tanah.


  2. Tanaman sawit tidak melulu menggunakan pupuk buatan yang berdampak negatif bagi tanah apabila digunakan secara terus menerus dengan jangka panjang. Tanaman sawit menghasilkan hasil samping yang sekitar 85-90% dapat diolah menjadi pupuk organik dan diaplikasikan pada areal tanaman sawit sendiri (umumnya dilakukan oleh perusahaan perkebunan baik negeri maupun swasta)


  3. Tanaman sawit juga mendukung integrasi peternakan sapi dan kerbau sehingga dapat mengatasi masalah kelangkaan lahan yang menjadi sandungan obsesi capaian swasembada daging sapi dan kerbau (walaupun masih terdapat kendala untuk pengembangan dan perlu disusun strategi, diantaranya ketersediaan bibit sapi yang baik, penyebaran penyakit ternak yang menjadi tugas lembaga litbang dan perguruan tinggi, kebijakan pemerintah dalam mendukung pemodalan bagi peternak kecil dan peningkatan mutu geneik sapi yang perlu mendapat perhatian serius).


  4. Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak yang tumbuh dan dikembangkan di benua Eropa (bunga matahari dan kedelai), tanaman kelapa sawit memiliki luas permukaan daun yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman kedelai dan bunga matahari. Sehingga dapat memperkecil erosi yang terjadi yang diakibatkan oleh besarnya air hujan yang jatuh dan menghantam permukaan tanah.


  5. Selain itu, secara sosial tanaman kelapa sawit dapat memberikan penghasilan bagi petani yang bergerak di bidang agrobisnis tersebut (perorangan) dan lapangan pekerjaan yang begitu besar bagi masyarakat (perusahaan besar).

Coba bandingkan dengan lapangan pekerjaan yang dapat disediakan untuk tanaman hutan (bukan berarti hutan tak perlu dilestarikan ya, hutan harus tetap dilestarikan!! Inilah yang menjadi tantangan terberat bagi para pemerhati lingkungan, hutan dan pakar pertanian untuk dapat bekerja sama sehingga dapat dihasilkan perkebunan yang bersifat “sustainable plantation”. Bukan saling menyalahkan dan menganggap ilmu dibidangnya yang terpenting demi kelangsungan hidup manusia. Lingkungan harus tetap hijau, lapangan pekerjaan harus tetap dipertahankan. ALAM BUKAN WARISAN TETAPI TITIPAN YANG HARUS TETAP DIJAGA KELESTARIANNYA. Pergunakan alam untuk kemakmuran rakyat, lestarikan alam untuk anak dan cucu di masa depan. Salam Lestari J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun