Euforia keberhasilan Greysia Polii dan Apriani Rahayu dalam meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 hingga kini masih terasa. Bonus berupa uang dan aset berharga terus mengalir dari berbagai kalangan. Terakhir, Presiden Joko Widodo mengundang pasangan ganda putri bulu tangkis itu dan atlet Olimpiade lain ke Istana Merdeka.
Pemberian bonus kepada atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia tentu menjadi kabar bahagia bagi semua orang. Peluh dan air mata yang dikeluarkan oleh atlet selama mengemban nama bangsa memang patut dihargai. Perjuangan para atlet untuk bisa tampil di Olimpiade sangat tidak mudah, maka menjadi hal wajar jika saat ini mereka mendapat lampu sorot yang paling terang.
Di Indonesia, tradisi memberikan bonus kepada atlet yang berprestasi di ajang Olimpiade dimulai pada 1988. Ketika itu tiga Srikandi panahan Indonesia yakni Nurfitriyana Saimana, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani berhasil meraih medali perak.Â
Prestasi yang mereka torehkan ini disambut dengan gembira oleh berbagai pihak. Sebab, ini merupakan medali pertama yang diraih Indonesia selama mengikuti ajang Olimpiade.
Ketika sampai di Indonesia, ketiganya langsung menerima bonus penghargaan. Nurfitriyana mendapat bonus Rp 20 juta dari Pemda DKI Jakarta, Lilies memperoleh tabungan deposito senilai Rp 10 juta dari Gubernur Jatim. Sementara itu, Kusuma mendapat hadiah rumah tipe 54 dari pengusaha Sulawesi Selatan. Tidak hanya itu saja, tiga Srikandi juga mendapat beasiswa Supersemar dari Presiden Soeharto.
Seiring berjalannya waktu besaran bonus yang diberikan kepada atlet Olimpiade terus bertambah. Terkini, di Olimpiade Tokyo 2020 atlet yang berhasil mendulang emas mendapat bonus sebesar Rp 5,5 miliar. Sementara itu peraih medali perak mendapat Rp 2,5 miliar, medali perunggu Rp 1,5 miliar.
Apresiasi kepada atlet yang berprestasi memang perlu dan harus dilakukan. Namun, hal ini jangan sampai membuat kita lupa untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu pembinaan. Bonus berupa uang tunai memang dapat memberikan motivasi kepada atlet lain untuk menorehkan prestasi yang sama.Â
Tapi, hal itu akan sia-sia jika pembinaan tidak berjalan dengan baik. Untuk terus konsisten mencetak atlet-atlet berprestasi diperlukan sebuah investasi jangka panjang melalui pembinaan.
Perhatian kepada atlet seharusnya diberikan pula ketika mereka tengah berproses menempa diri untuk menjadi juara. Dalam proses penempaan diri, sudah semestinya atlet diberikan dukungan penuh agar bisa fokus seratus persen. Dukungan harus diberikan dalam pelbagai hal, mulai dari fasilitas yang berkualitas hingga jaminan hidup sejahtera.
Hal yang tidak kalah penting ialah memberikan kemudahan kepada atlet untuk tetap menjalankan pendidikan mereka. Hak mereka untuk mendapat pendidikan yang layak jangan sampai terabaikan.Â
Pendidikan dan prestasi dalam bidang olahraga merupakan dua hal yang sama-sama penting. Jangan biarkan mereka harus mengobarkan salah satu di antara dua hal tersebut.
Memberikan bonus kepada atlet memang lebih mudah dan murah daripada melakukan pembinaan. Namun hal itu hanya akan memberikan dampak jangka pendek.Â
Generasi penerus mungkin akan termotivasi melihat senior mereka mendapat bonus yang berlimpah. Motivasi itu bisa saja hilang ketika mereka tahu proses pembinaan tidak dijalankan dengan benar. Untuk itu, solusi jangka panjang mesti dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H