Tak beberapa lama kemudian kami sampai di tempat yang kami tuju sebuah rumah yang nampak asri dan sangat nyaman untuk kami bertiga tinggal selama kuliah nanti.
Abi dan Isal nampak senang, kedua sahabatku itu sudah tak sabar ingin segera masuk kedalam,
"Waaahhhh Ben manteb nih rumah, bakal betah gue!" kagum Isal
" Iya Ben keren " singkat Abi
Lalu ku biarkan mereka lebih dulu memasuki rumah tersebut. Ketika mereka ingin membuka pintu secara bersamaan seseorang membuka pintu dari dalam, Abi dan Isal terperanjat kaget.
"Astagfirullah!!!" teriak Abi dan Isal bersamaan seraya menutup mata dengan kedua tangannya.
Dari belakang aku hanya tersenyum dan segera menyapa orang tersebut.
" Kang Ujang ya? " sapa ku..
" iya,,Mas Beni ya? sama teman-teman nya yang mau nempatin rumah ini kan? sahut Kang Ujang ramah.
Aku menyikut-nyikut kedua sahabatku yang masih menutup mata dengan kedua tangannya dan sedikit mengintip disela-sela jarinya lalu perlahan membuka nya dan bersalaman dengan Kang Ujang. Kang Ujang memang memiliki cacat pada wajahnya seperti bekas luka bakar di separuh wajahnya. Dan ia adalah seorang penjaga rumah yang akan aku tempati bersama kedua sahabatku, teman almarhum ayah telah menitipkan semuanya kepada Kang Ujang.
" Mari masuk " ajak Kang Ujang.
Perlahan kami mengikutin Kang Ujang masuk ke dalam rumah, lalu Kang Ujang secara tiba-tiba membalikan badannya membuat napas kami bertiga tersentak.
" Yaaah begini lah keadaan rumah nya, ini Mas Beni kunci rumah nya, kalau ada perlu hubungi saya aja ya, rumah saya di kampung sebelah, mari Mas" pamit Kang Ujang.
" Oh iya Kang marii " sahut ku.
Kedua kawanku masih belum bisa berkata-kata sampai tubuh Kang Ujang lenyap di depan pintu. Kami sangat senang pada awal-awal menempati rumah itu, banyak yang sering kita lewati bersama di dalam rumah sebelum perkuliahan dimulai, sholat bersama, sarapan bersama sampai-sampai hampir setiap malam tak hentinya kedua sahabatku berebut remot tv untuk bergantian menonton, dan aku hanya tertawa melihat tingkah mereka yang terkadang membuat pusing ku mendadak kambuh dan kalau sudah begitu mereka baru berhenti dan memperhatikan aku layaknya seorang bayi, sahabatku yang baik :) aku selalu beruntung memiliki kalian, kalian lah yang mengisi kekosongan ku, menghilangkan rasa rindu ku kepada ayah ibu.
Perkuliahan pun dimulai kami bertiga mengambil jurusan yang berbeda, Isal tertarik dengan dunia komunikasi, aku sastra, sedangkan Abi mengambil hukum. Awal kuliah kami datang bersamaan ke kampus, semua mata kaum hawa tertuju pada kami bertiga dan tentu saja aku tidak langsung besar kepala karna ku sudah tau siapa yang menjadi pusat perhatian itu..Yup! Abi ku yang tampan yang menghilangkan dahaga mata para wanita itu.
Dan seperti biasa aku dan Isal saling berpandang.
" mmmm Bi w kesana ya nanti sms aja kalo udah balik ok Bi, Ben duluan!" ujar Isal dan berlalu
" w juga ya Bi, calling-calling aja lah " aku pun berlalu.
Ku lihat dari kejauhan 'Tampan ku' itu nampak kebingungan dan kikuk, terlihat seorang wanita yang ingin mendekatinya dan dapat ku tebak! Abi pun berlari meninggalkan wanita itu..
Semua berjalan baik di awal-awal perkuliahan kita kawan.
Sampai akhirnya Abi memperkenal kan seorang wanita kepadaku dan Isal di kantin kampus, aku dan Isal sangat terkejut karena yang ku tahu Abi adalah pria yang fobia dengan wanita tapi dia normal hanya saja selalu gerogi jika dekat wanita.
" Ika " senyum wanita itu memperkenalkan dirinya.
Aku dan Isal meresponnya dengan ramah, yang membuat aku dan Isal terbelalak Abi tidak pulang dengan kami tapi dengan Ika kekosan Ika. Kami pun tak bisa berbuat apa-apa melihat kawan kami yang nampaknya sedang di mabuk asmara itu, toh bagus Abi ku yang pemalu itu sudah mulai berani. Tak lama setelah Abi dan Ika pergi, tiba-tiba dua orang mahasiswa dengan dandannan yang berantakan menegur Isal dan mengajak Isal pergi bersamanya, ternyata mereka kawan sekelas Isal, namun mereka sangat sinis kepadaku dan tidak menyambut sapaan tangan ku. Isal pun pergi bersama mereka dan aku pulang sendiri.
Lama ku tunggu ke datangan kedua sahabat ku dirumah sampai akhirnya pukul sembilan Abi masuk rumah dan tanpa memberi salam langsung masuk kamar, kontan aku kahwatir dan mendekati pintu kamarnya untuk menanyakan keadaanya.
" gue gak apa-apa Ben, gue lagi seneng banget " ujarnya dari dalam kamar
" kok malah langsung masuk kamar? " tanya ku.
" tengsin gue nanti keliatan banget tablo nya"
" emang udah tablo " ujar ku perlahan " giamana sama Ika?"
" Jadi dooonk!"
" hah serius !!!!! "
" yohaaaa"
" dapet apaan lo ampe seneng gitu? "
" dapet nenen ! "
.....Bersambung.....
sebelumnya
http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/10/06/kontrak-ku-dengan-nya-i/
Novalia.R
[0.o]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H