Mohon tunggu...
Hendricus Novaldo Widodo Putra
Hendricus Novaldo Widodo Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

11 November 1994 Medical Student in Faculty Medicine Ukrida Football and Guitar my hobby

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bahrain 10, Indonesia 0 Besar; Salah Siapakah?

9 April 2012   12:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:50 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK


Pada awalnya, dimulai dari kekisruhan ditubuh PSSI kita. Saat PSSI era Nurdin Halid cs, TimNas Indonesia yang saat itu diarsiteki coach Alfred Riedl menjelma menjadi tim yang disegani kembali. Malahan kala itu, TimNas Indonesia digadang-gadang akan kembali menjadi “Macan Asia”, seperti TimNas Indonesia tahun 60an silam (zaman Iswadi Idris cs). Pada laga Play off Round 2 Qualification World Cup 2014 Zona Asia melawan Turkmenistan pun TimNas asuhan Alfred Riedl ini bermain cukup gemilang dengan menahan imbang Turkmenistan 1-1 dikandangnya dan menang dengan permainan bagus di GBK, Senayan Jakarta, dengan skor 4-3 dan memupus harapan Turkmenistan untuk masuk Piala Dunia yang pertama kalinya. Dalam sejarah FIFA sendiri, Indonesia masuk Piala Dunia hanya sekali, yakni pada tahun 1935 atau pada edisi ke-3 Piala Dunia kala itu digelar. Indonesia kala itu masuk Piala Dunia dengan nama Hindia-Nesios, karena masih dijajah Belanda.
Sontak rakyat dan bangsa ini bergemuruh pada sepakbola nasional yang sudah tampil memukau menundukan Turkmenistan dikandang, Bung Karno, kala itu TimNas masih diasuh Riedl.
Sekarang malah banyak negara-negara lain yang menganggap Indonesia merusak pesepakbolaannya sendiri. Padahal di tanah air tercinta ini, begitu banyak pemain sepakbola yang berbakat, yang sudah diakui kehebatannya oleh pesepakbola sekelas Fabio Cannavaro, mantan Kapten TimNas Italy ini. Pada laga starbol lalu, Cannavaro panggilan akrabnya, menilai Indonesia sangatlah berbakat dalam sepakbola. Pujian lain juga pernah datang menghampiri Andik Vermansyah (pemain asal Persebaya Surabaya). Andik malahan mendapat pujian dari seorang legenda MU dan Inggris sendiri, yakni David Beckham. Becks panggilan akrabnya, memuji talenta pemain asal Surabaya ini. Malahan Becks memberikan kaosnya kepada Andik sebagai kenang-kenangan sekaligus permintaan maaf, karna saat laga Indonesia Selection vs LA Galaxy, Becks mentekel keras Andik saat laga itu berlangsung di GBK, Senayan, Jakarta.
Rakyat pun menunggu-nunggu penampilan TimNas Indonesia dilaga terakhir Penyisihan Piala Dunia 2014 Group E Zona Asia melawan Bahrain, dikandang Bahrain. Selesksi pemain TimNas pun dilakukan PSSI era Djohar Arifin. Pelatihnya pun berbeda, yakni Bung Aji Santoso, yang pada SEA Games 1991 menyumbangkan Emas sepakbola. PSSI yang dipimpin SANG PROFESOR (julukan Djohar Arifin) hanya memperbolehkan golongan pemian yang bermain untuk tim-tim IPL saja yang boleh membela Merah-Putih. Keputusan SANG PROFESOR pun banyak menuai kritik dari berbagai kalangan, tapi ada juga yang mendukung dengan alasan meberikan kesempatan untuk pemain muda menanmbah jam terbang internasionalnya. Federasi Qatar juga ikut memprotes kebijakan ini, karena mereka tahu setiap Warga Negara nya berhak membela TimNas nya masing-masing itulah isi sebenarnya statu FIFA. Qatar memprotes keras, karna FA Qatar takut Indonesia sengaja memberikan kemenangan telak untuk Bahrain agar lolos ke babak berikutnya. PSSI sengaja tidak mendaftarkan lagi pemain TimNas yang dulu menghadapi Bahrain di GBK. Berdalih melindungi diri, SALEH MUKADAR, sekjen bid.kompetisi PSSI juga menjelaskan, bahwa pihaknya sudah meminta keringanan FIFA untuk boleh memakai pemain dari liga ilegal, dalam hal ini ISL, karna PSSI dalam masa transisi. Tapi kata SALEH, FIFA tidak mengijinkan hal itu. Sontak rakyat pun itu, itu adalah PEMBOHONGAN BESAR PSSI. Toh Saffe Sali saja dipanggil Federasi negaranya, yakni Malaysia, untuk membela Malaysia menghadapi Filipina dalam laga uji coba Internasional FIFA. Itukan artinya, untuk membela TimNas, tidak perlu berasal dari klub, asalkan PSSI nya mau mendaftarkan pemain itu yang berWNI. Dulu Ramang itu tukang becak lohhhhh. Dia bisa membela TimNas, padahal tidak memiliki club.
Akhirnya pertandingan itu pun datang, dan hasilnya kita dibantai 10-0. Ini lebih buruk dari pada saat kita kalah dari Tim sekelas Uruguay kala itu hanya 7-1 bahkan kita saat itu mencetak gol terlebih dahulu oleh Boaz Salossa. Dalam sejarah TimNas Indonesia, kita pernah dibantai 9-0 saat melawan Denmark pada tahun 1974. Dan ini menjadi rekor baru kekalahan TimNas terbesar dalam ajang terbesar juga. AFC pun meminta FIFA untuk memeriksa PSSI terkait dugaan suap dan masalah Liga Indonesia.
Sungguh ini menjadi cambuk yang besar bagi Bangsa, Negara dan PSSI sendiri, bagaimana bisa rekor ini terjadi?Kalo sudah begini artinya POLITIK tidak bisa dilibatkan dalam hal SEPAKBOLA. Tak ada pihak manapun yang mau disalahkan. Andai saja dualisme liga ini bisa disatukan, pastilah timnas kita lebih berwarna lagi. Dan akan kembali menjadi unjuk gigi di dunia. Garuda janganlah patah arah, sayap-sayapmu kini sedang pesakitan, kami harap cekramanmu tetap kuat. Salam satu jiwa, salam satu semangat, Indonesia. Garuda bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun