Mohon tunggu...
Novaldi ARaska
Novaldi ARaska Mohon Tunggu... Lainnya - Penyembah Tuhan Yang Ahad

Sekadar tulisan penghambaan diri kepada Yang Maha Agung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat Hamba

26 Februari 2021   19:00 Diperbarui: 26 Februari 2021   19:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Oleh: Novaldi Ade Raska

Surat Hamba

Ini sebuah surat kecil dariku hamba-Mu yang taat, duhai Tuhan Yang Maha Mulia.
Hamba akan sedikit menceritakan kepada-Mu sesosok pertapa muda.
Tidak! Dia tidak membawa wajah yang menakutkan sebab bersetubuh dengan alam.
Juga dia tidak membawa aura menusuk khas pemilik ajian pancasona, yang masyhur di empat penjuru mata angin.
Pertapa ini, hanya sesosok makhluk malang yang ditinggalkan.

Pita suara miliknya tidak akui dia tuannya; Bisu, tanpa suara.
Kaki? Bahkan dia hanya memiliki pangkal paha setelah pinggul kakinya.
Lalu, bagaimana dengan tangan?
Engkau yang berhenti mencintainya, terlupa berikan sepasang telapak tangan kepadanya.

Dan kini, tangan hangat yang biasa menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
Menggendongnya untuk beranjak.
Dan menceritakan banyak hal agar pertapa ringkih itu dapat tersenyum.
Telah mati kau bunuh Tuhan!

Oh, Tuhan Yang Maha Adil.
Sudahkah Engkau merasa puas dengan semua permainan yang menyenangkan?
Ah, indah sekali menikmati panorama seorang pertapa, yang terkurung seorang diri di dalam bilik yang gulita.

Tetapi, kalau dipikir lucu juga.
Ada manusia yang menggeliat seperti ulat.
Cacat fisik juga mental.
Engkau sungguh jenius!

Tetapi Tuhan Yang Terhormat.
Tidakkah kau ingin berikan sedikit saja kebahagiaan kepadanya?
Ya, jangan terlalu banyak.
Nanti memandangi pertapa cacat tidak lagi menyenangkan.

Ayolah, berikan dia sedikit kebahagiaan.
Jadikan dia pertapa sungguhan.
Berikan dia kekosongan layaknya pertapa sakti berilmu tinggi.
Itu tidak akan sulit untukmu Tuhan.

Lalu, hilangkan keberadaan dia di dalam kepala orang-orang di sekitarnya.
Maka, penderitaannya akan penuh.
Dan Engkau Tuhan, akan kembali tertawa terbahak-bahak.
Sembari menikmati anggur merah kesayangan-Mu.

Sekian surat dariku hamba-Mu yang taat. Untuk-Mu, Tuhan Yang Terhormat.
-

Medan, 25 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun