Mohon tunggu...
Noval Adeputra
Noval Adeputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

memotret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Film G30SPKI dalam Ilmu Sosiologi Komunikasi

14 Juli 2024   12:04 Diperbarui: 14 Juli 2024   12:10 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Film G30S PKI dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sosiologi, Film G30S PKI, atau "Pengkhianatan G30S/PKI", merupakan sebuah film propaganda Indonesia tahun 1984 yang menceritakan versi resmi pemerintah Orde Baru tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Film ini disutradarai oleh Arifin C. Noer dan dibintangi oleh sejumlah aktor ternama Indonesia.

Analisis film G30S PKI dari sudut pandang ilmu komunikasi dan sosiologi dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang film ini, di luar ceritanya. Berikut beberapa poin penting:

1. Komunikasi dan Konstruksi Realitas

Film G30S PKI, terutama versi Orde Baru, sarat dengan muatan ideologis dan propaganda. Film ini membangun narasi tunggal tentang peristiwa G30S PKI sebagai upaya kudeta oleh PKI yang berujung pada pembantaian para jenderal.

Melalui analisis sosiologi komunikasi, kita dapat melihat bagaimana film ini menggunakan berbagai teknik komunikasi untuk membangun realitas yang diinginkan.

  • Pembingkaian: Film ini membingkai PKI sebagai pihak antagonis dan militer sebagai pihak protagonis.
  • Penggunaan bahasa: Bahasa yang digunakan dalam film ini penuh dengan muatan emosional dan ideologis, seperti "bahaya komunis", "pengkhianatan", dan "pahlawan revolusi".
  • Gambaran visual: Gambaran visual dalam film ini pun memperkuat narasi yang dibangun, seperti adegan PKI yang melakukan tindakan brutal dan militer yang heroik.

Teknik-teknik komunikasi ini digunakan untuk memanipulasi opini publik dan membangun rasa kebencian terhadap PKI.

2. Media dan Hegemoni Makna

Film G30S PKI diproduksi dan didistribusikan secara masif oleh Orde Baru melalui berbagai media massa, seperti televisi, bioskop, dan radio. Hal ini membuat narasi tunggal yang dibangun dalam film ini menjadi hegemoni, yaitu versi yang paling diterima dan diakui oleh masyarakat.

Hegemoni makna ini diperkuat dengan adanya pembatasan terhadap informasi dan suara-suara alternatif.

Akibatnya, masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun hanya terpapar pada satu versi cerita tentang G30S PKI, yaitu versi Orde Baru yang penuh dengan propaganda dan kebencian.

3. Dampak Sosial dan Budaya

Film G30S PKI memiliki dampak sosial dan budaya yang signifikan di Indonesia.

  • Stigmatisasi: PKI dan orang-orang yang dianggap terkait dengan PKI mengalami stigmatisasi dan diskriminasi selama bertahun-tahun.
  • Trauma kolektif: Peristiwa G30S PKI dan filmnya meninggalkan trauma kolektif bagi banyak orang, terutama bagi para korban dan keluarga korban.
  • Ketegangan sosial: Narasi yang dibangun dalam film ini juga berkontribusi pada ketegangan sosial antara kelompok-kelompok yang berbeda di Indonesia.

4. Relevansi dengan Konteks Masa Kini

Meskipun peristiwa G30S PKI sudah terjadi lebih dari 50 tahun lalu, filmnya masih memiliki relevansi dengan konteks masa kini.

  • Pentingnya literasi media: Film ini menjadi contoh bagaimana media massa dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan membangun narasi tertentu.
  • Bahaya stigmatisasi: Stigmatisasi terhadap PKI dan orang-orang yang dianggap terkait dengan PKI masih ada hingga saat ini.
  • Pentingnya rekonsiliasi: Penting untuk melakukan rekonsiliasi terkait peristiwa G30S PKI agar luka masa lalu dapat disembuhkan dan persatuan bangsa dapat terwujud.

Analisis Film G30S PKI dalam Perspektif Teori Interaksi Simbolik dan Teori Konflik

Teori Interaksi Simbolik

Menurut teori interaksi simbolik, manusia memahami dunia melalui simbol-simbol yang dimaknai dan diinterpretasikan dalam interaksi sosial. Film G30S PKI dapat dianalisis melalui lensa teori ini dengan beberapa poin berikut:

  • Pembentukan Makna: Film ini membangun makna tentang peristiwa G30S PKI melalui simbol-simbol seperti palu arit, seragam PKI, dan senjata api. Simbol-simbol ini dikaitkan dengan makna tertentu, seperti bahaya, komunis, dan pemberontakan.
  • Negosiasi Makna: Makna yang dibangun dalam film ini tidak statis, tetapi dapat dinegosiasikan oleh para penonton. Penonton dengan latar belakang dan ideologi yang berbeda mungkin memiliki interpretasi yang berbeda terhadap film ini.
  • Identitas Sosial: Film ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk membangun identitas sosial. Tokoh-tokoh dalam film dikategorikan sebagai "kami" (yaitu, militer dan anti-komunis) dan "mereka" (yaitu, PKI). Kategorisasi ini membantu membangun rasa solidaritas di antara kelompok "kami" dan memicu permusuhan terhadap kelompok "mereka".

Teori Konflik

Teori konflik berfokus pada ketegangan dan kontradiksi yang ada dalam masyarakat. Film G30S PKI dapat dianalisis melalui teori ini dengan beberapa poin berikut:

  • Konflik Kelas: Film ini menggambarkan konflik antara kelas sosial yang berbeda, yaitu antara PKI yang dianggap mewakili rakyat bawah dan militer yang dianggap mewakili kelas elit.
  • Perebutan Kekuasaan: Film ini juga menunjukkan perebutan kekuasaan antara PKI dan militer. PKI digambarkan sebagai pihak yang ingin merebut kekuasaan dari militer.
  • Ideologi: Perbedaan ideologi antara PKI dan militer menjadi salah satu faktor utama yang memicu konflik dalam film ini.

Kesimpulan

Analisis film G30S PKI melalui teori interaksi simbolik dan teori konflik menunjukkan bagaimana film ini tidak hanya menceritakan peristiwa sejarah, tetapi juga membangun makna, identitas sosial, dan konflik sosial.

Penting untuk memahami bagaimana film ini bekerja dan bagaimana dampaknya, agar kita dapat lebih kritis terhadap informasi yang kita konsumsi dan membangun masa depan yang lebih toleran dan inklusif

Mungkin itu saja yang bisa saya analisis dari film G30S PKI kaitan nya dengan komunikasi sosiologi pada teori intraksi simbolik dan teori konflik. Dapat kita simpulkan teori intraksi simbolik lebih menekankan simbol-simbol dan bahasa untuk memahami dan mengartikan dunia di sekitar mereka. 

Makna simbol ini tidak statis, tetapi dapat berubah seiring waktu dan melalui interaksi sosial, sedangkan teori konflik kelompok-kelompok yang berbeda dengan kepentingan dan tujuan yang berbeda pula, kelompok-kelompok ini saling bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan sumber daya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun